There is no Limit to Avarice

6.1K 483 44
                                    


Dada tegap, pandangan tajam lurus ke depan. Siap menantang kehidupan. Kakinya mantap melangkah menapaki karpet merah bertabur bunga. Gaun putih tanda penghinaan atas dirinya ia biarkan tergerai menyapu tempatnya berpijak. Tiada air mata yang ia kucurkan secara percuma untuk meratapi nasibnya. Ia sudah terbiasa dengan penghinaan.

Beginilah nasibnya terlahir sebagai si miskin tanpa sanak saudara. Sedari kecil, orang-orang di desanya selalu menghinanya seolah ia adalah sampah yang merusak pemandangan. Apa salahnya terlahir miskin? Bukankah si kaya tak akan kaya jika tidak ada si miskin? Di mana mereka meletakkan otak yang menjadi pondasi bahwa seseorang itu terlahir sempurna dengan adanya pemikiran melebihi binatang.

Apakah mereka sudah bermutasi menjadi binatang? Meletakkan otak di tempatnya, tapi hanya menjadi pelengkap saja?

Entahlah.

Uzumaki Naruto tak mampu mencerna. Ia sudah berada di batas kemampuannya dalam berpikir.

Berulang kali ia berharap bisa meninggalkan desanya. Namun apa mau dikata. Kepala desa sengaja tak membuat akses transportasi umum dengan tujuan agar desanya tak terjamah oleh orang asing. Hanya si kaya yang bisa bepergian meninggalkan desa dengan kendaraan pribadi. Para si miskin hanya mampu menatap penuh ketidakberdayaan si kaya yang makin menjadi.

Ketamakan tiada batas bagi mereka para si kaya. Memperlakukan si miskin semena-mena. Memperbudak mereka dengan bayaran tak seberapa. Sekolah? Rumah sakit? Hotel? Restoran? Jangan pernah mencari. Kalian tak akan menemukannya. Desa mereka bukan tempat wisata.

Hanya segelintir orang kaya yang berprofesi sebagai dokter. Mereka beroperasi di rumah mereka dengan peralatan tak kalah dengan rumah sakit. Hanya saja jika ingin mendapatkan pelayanan bak pasien darurat, mereka harus menyiapkan nominal yang tidaklah sedikit.

Mengingat kehidupan begitu mengenaskan, rasanya ingin Naruto pergi mencari pendidikan layak untuk mengubah sistem bobrok di desanya. Biarlah kaki patah sebelum sampai di kota, asalkan ia sudah merasakan namanya mencoba. Namun hal itu rasanya sudah terlambat.

Seorang pria dewasa berbadan tegap, berambut hitam dengan pandangan ingin membunuh siapa saja yang menghalangi langkahnya, berjalan beriringan dengannya. Jangan tanyakan perasaannya saat ini. Rasanya ia ingin  membumi hanguskan manusia sejenis Uchiha Sasuke dari muka bumi.

Sebagai pimpinan tertinggi dalam bidang keamanan desa, Sasuke tergolong manusia tamak yang menjadi sasaran kebencian Naruto. Harusnya Sasuke menghentikan ketidakadilan di desa. Nyatanya Sasuke masuk dalam golongan si tamak dengan jalannya sendiri.

Beristri tiga, masih merasa tak cukup memuaskan hasratnya dalam mengoleksi wanita.

"Tersenyumlah, Naruto. Tunjukkan kebanggaanmu memasuki kaum elit."

Hidung Naruto kembang kempis dengan napas memburu. Kepalanya terasa terbakar saat kesabarannya mengering. Apa yang perlu dibanggakan dari pernikahan konyol yang dipaksakan. Masih banyak wanita yang selevel dengan Sasuke kenapa ia menjadi sasaran tak bermoral lelaki dewasa berusia 35 tahun itu. Usianya saja belum menginjak setengah dari usia si tamak Sasuke.

Usianya baru akan 17 tahun dua bulan lagi. Ia bertanya apakah pernikahannya sah atau tidak. Legal atau tidak. Bagaimana ia tahu jika sekolah saja ia tak pernah. "Sialan!" Jiwa murka Naruto meledak memuntahkan perang batin yang sulit untuk dikendalikan.

Mungkin Naruto bisa membunuh Sasuke saat tertidur. Setidaknya jika ia dihukum mati, ia bisa tenang karena sudah mengurangi populasi si tamak di desanya.

"Kau tidak takut jika kau tertidur di sampingku, kau tidak akan bangun lagi untuk selamanya?"

Sasuke tersenyum lebar mendengar ucapan Naruto. Pria itu mengendarai mobilnya melewati jajaran pepohonan yang berjajar rapi di sepanjang jalan. Keduanya baru saja pulang dari tempat diadakannya upacara pernikahan keduanya. Upacara itu dihadiri kaum elit, kecuali istri-istri Sasuke yang setia menunggu di rumah layaknya istri baik hati mengizinkan suami menikah lagi.

LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang