The Only Limit to Stay

2.3K 351 40
                                    

Minggu berlalu, tanpa lelah Naruto mengurus keluarga kecilnya. Segalanya tidak mudah, apalagi Sasuke cenderung begitu sensitif dengan keadaannya. Beruntung para pelayan tanggap dengan keadaan. Jika ia sibuk dengan keperluan Sasuke, mereka akan membantu anak-anak perempuan Sasuke dari istri-istri sebelumnya menyiapkan keperluan belajar. Mereka belajar dengan tenaga ahli dari kota yang setiap hari senin sampai jum'at datang untuk mengajar di kamar mereka masing-masing. 

Sedangkan Menma dan Izuna sering menghabiskan waktu di kamar tamu di mana papa mereka dirawat. Mereka biasanya merecoki Sasuke dengan berbagai pertanyaan kekanakan dari keduanya. Tak seperti Izuna yang cerewet, Menma hanya sesekali bertanya. Mulai dari menanyakan apakah luka papanya itu sakit atau tidak. Pertanyaan itu terus berulang jika mereka sudah melupakan apa yang mereka tanyakan beberapa jam lalu.

"Apa gigi Papa sakit saat makan?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu, Izuna?" Sasuke menatap putra keduanya yang bersila di samping kakinya sambil menatapnya dengan wajah khawatir. Kepalanya sudah serasa mau pecah mendengar ocehan Izuna sepanjang waktu. Kondisinya memang sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia sudah bisa duduk dengan benar, hanya saja ia harus menggunakan kursi roda saat Naruto membawanya berjalan-jalan di taman. 

"Papa tidak pernah mandi, jadi Papa pasti tidak gosok gigi."

Sasuke dibuat terkejut dengan pergerakan Izuna yang tiba-tiba menaiki pangkuannya dan berdiri dengan kedua lututnya di atas pangkuannya. Rasa sakit seketika menjalar ke kepalanya saat berulangkali Izuna membenarkan posisinya. Sasuke meringis menahan sakit. Matanya terpejam erat. Ingin marah, tapi ia tidak ingin membuat kedua anaknya takut padanya. Meski ia merasa kewalahan menghadapi keaktifan Izuna, tapi hanya mereka berdua saja yang menemaninya saat Naruto sedang sibuk di luaran.

"Zuna, Papa kesakitan," Menma berteriak mengingatkan. Namun Izuna masih tetap tidak beranjak dari tempatnya.

"Zuna hanya ingin melihat apakah gigi Papa berlubang." Izuna berusaha memisahkan belahan bibir Sasuke untuk memastikan keadaan gigi papanya. 

Melihat papanya kesakitan dan Izuna masih saja bermain-main, Menma dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Izuna hingga tubuh mungil adiknya tersungkur ke samping. Sayang posisi Sasuke hanya menyisakan ruang satu orang saja, hingga saat Izuna tersungkur ke samping, ruang itu tidak cukup untuk menahan sebagian tubuh Izuna yang keluar dari area ranjang. Alhasil Izuna terjatuh ke atas lantai.

Sasuke yang merasa tubuh Izuna yang tiba-tiba menjauh dari pangkuannya, disusul suara gedebam, membuatnya membuka mata dengan cepat. Dadanya berdebar kencang saat tidak mendapati keberadaan Izuna di atas ranjang. Sasuke berguling ke samping dan mendapati Izuna terlentang dengan mata terbuka, dan napas tersendat. Tidak ada suara tangisan. Sepertinya Izuna masih dalam fase terkejut dan akibat napas tersendat, suaranya tidak bisa keluar. "Izuna!"

Sasuke mencoba meraih tubuh Izuna dengan tangan kanannya. "Menma, panggil pelayan!"

"Hiks! Huwa, Zuna!"

"Menma panggil pelayan!" Sasuke menggenggam erat kaos bagian depan yang dikenakan Izuna dengan erat, lalu mengangkatnya dengan susah payah. Sasuke berguling kembali hingga posisi tubuhnya terlentang. "PELAYAN!"

Mendengar Menma hanya menangis, Sasuke terpaksa memanggil pelayan dengan nada kencangnya. Sembari menunggu pelayan, Sasuke mengelus dada Izuna dengan perlahan berharap dapat membantu putranya bernapas dengan baik. Rasa khawatir menggerogoti hatinya. Air matanya mengalir saat tidak mendapati Izuna tak jua menangis. Seumur hidupnya, ini kali pertama ia menangisi keadaan orang lain. 

"Sasuke-sama, Anda memanggil?"

"Hubungi Orochimaru dan Naruto, segera!"

Sang pelayan berjenis kelamin perempuan tengah baya itu bergegas melaksanakan perintah Sasuke tanpa banyak bertanya. Entah apa yang membuat Menma menangis begitu kencang, ia berusaha menyimpan rasa penasarannya. Jika tuannya memerintahnya dengan nada tinggi berarti sesuatu hal yang bersifat darurat sedang terjadi.

LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang