Suara pendingin ruangan dan tetesan cairan infus menjadi melodi yang mengiringi kelamnya sebuah bencana. Meletakkan kepala yang terasa lebih berat dari beban hidupnya di samping tubuh Ino, Naruto menatap penuh luka tangan pucat dalam genggaman.
"Naruto-kun?"
"Ya, paman?" Naruto tetap pada posisinya tanpa ingin mencoba bangkit dan memberi hormat pada ayah Ino. Bukan ia tidak sopan, kepalanya memang benar-benar terasa berat untuk diangkat. Kondisinya ikut memburuk setelah melihat kejadian yang sungguh sangat di luar batas kewajaran.
"INO!" Naruto berteriak histeris melihat Ino meringis kesakitan. Darah mulai merembes sedikit demi sedikit membasahi pakaian dress tanpa lengan sebatas lutut yang dipakai Ino. Kakinya melangkah cepat menghampiri Ino, kemudian memeriksa keadaan wanita tersebut.
"Ada apa ribut-ribut!? Hari masih pagi! Kalian mengganggu istirahatku." Sasuke datang setelah keributan terjadi. Pria itu tidur di kamar tamu tak jauh dari area dapur, jadi dari awal keributan, ia sudah merasa terganggu.
"Ino, Sasuke. Tolong cepat bawa ke tempat Dokter Orochimaru!"
Sasuke menatap datar keadaan Ino. "Memangnya kau siapa menyuruhku. Kau bisa menyuruh supir pribadi untuk mengantarnya."
Naruto mengepalkan kedua tangannya. Dipaksanya tubuh lemahnya untuk bangkit dari sisi Ino dan menghampiri Sasuke. Dengan sisa kekuatannya, ia memukul pelipis Sasuke hingga pria itu jatuh tersungkur. Air mata Naruto menetes, menatap penuh benci orang yang sayangnya berstatus suaminya itu. "Kalian, cepat panggil supir!" Naruto berbalik menghadap ke arah 2 pelayan yang masih terdiam tanpa mampu berbuat apa pun.
Naruto menutup kedua matanya. Genggaman tangannya kian erat di tangan Ino saat mengingat kejadian beberapa jam lalu. "Paman ... kenapa paman mengizinkan putri Paman menikah dengan manusia keji seperti Sasuke?"
Inoichi menatap wajah Naruto yang terlihat pucat. Tangannya terulur mengelus kepala pirang Naruto. "Bukan hanya sekali, berulangkali paman menolaknya, tapi Ino bersikeras ingin menikah dengan Sasuke dengan alasan cinta."
"Lalu sekarang, apa yang akan paman lakukan?"
Inoichi menarik tangannya. Pandangannya beralih pada wajah pucat putrinya. "Aku akan memaksa Ino bercerai dengan Sasuke."
"Lalu ... bagaimana dengan Sakura? Masalah ini sudah termasuk tindak kriminal."
"Kau tau sendiri daerah ini berdiri atas kuasa orang-orang picik. Sekalipun kami melaporkannya, Sakura tidak akan bisa disentuh oleh hukum. Selain ayahnya seorang Kepala Daerah, Sasuke juga menjabat sebagai kepala keamanan. Bagaimana bisa kita bertindak?"
Inoichi kembali memandang Naruto. "Kuharap desa ini tidak cepat kehilangan orang baik sepertimu. Kau mengingatkanku pada ayahmu yang berjuang untuk kesejahteraan rakyat miskin." Inoichi menghela napas. Ia mengingat dengan jelas ayah Naruto memimpin orang-orang di daerahnya untuk bernegosiasi masalah petani dan pedagang.
Minato adalah pendatang dari kota yang jatuh hati pada Kushina saat kunjungannya ke daerah mereka. Saat itu Minato berkunjung dalam rangka mensejahterakan rakyat miskin di pelosok Jepang yang tak terjamah. Berjuang keras memajukan otak para si miskin untuk belajar baca tulis serta perhitungan dalam jual beli.
Kegigihannya membuahkan hasil. Sekolah yang dibangunnya dengan harta pribadi menjadi saksi bahwa beberapa tahun lalu desa mereka sempat mengalami kemajuan bagi rakyat miskin. Sayang, sepeninggal Minato, bangunan itu diklaim sebagai milik pemerintah desa dan dijadikan sebagai kantor keamanan dan penjara.
Tentu saja atas kerjasama keluarga Uchiha yang sedari dulu bertugas sebagai keamanan desa serta Kepala Desa, yaitu Ayah Sakura. Ia hanya rakyat biasa yang kebetulan memiliki harta lebih. Untuk itu putrinya dianggap pantas mendampingi Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limit
FanfictionSatu kata untuk menggambarkan kehidupan Naruto, 'menyedihkan'. Yatim piatu, tak diinginkan, selalu dianggap tak masalah jika terjadi hal buruk pada pemuda itu. Toh tak akan ada yang rugi jika Naruto harus mengalami hal menyedihkan. Diantara batas k...