There is a Limit to Everything.

2.8K 398 76
                                    


Otot pelipis menyembul, rasa sakit tak tertahankan bergejolak mengaduk perut bagai isinya berpindah posisi Naruto rasakan menjelang ujung krusialnya. "Sa ... hah! Sasuke hen ... ugh!" Naruto meremat kencang alas kasur yang tak lagi di tempatnya. Matanya terpejam erat. Entah karena apa tiba-tiba perutnya sakit luar biasa.

Mungkin akibat pergerakan liar Sasuke di atasnya atau hal lainnya. Biasa Sasuke melakukan hal yang sama jika mereka berada di atas ranjang, tapi entah mengapa malam ini begitu berbeda. Sebelum Sasuke pulang ia sering merasa mulas. Puluhan menit ia habiskan di dalam kamar mandi, akan tetapi penyebab mulasnya tak kunjung keluar.

Sudah memperingatkan Sasuke untuk tidak melakukan ritual rutinnya, tapi seperti dugaannya, Sasuke akan menolak. Berakhirlah kini perutnya serasa diperas paksa. Rasa bagai ada sesuatu tekanan kuat dari dalam kejantanannya pun ia rasakan. 

Naruto mencoba mengatur napasnya saat suara lenguhan panjang keluar dari bibir Sasuke. Rasa panas kembali ia rasakan saat cairan Sasuke memenuhi lubangnya. Menghela napas lega begitu berat di atas tubuhnya menghilang tergantikan kekosongan.

"Boleh aku ke kamar mandi?" Keheningan melanda sesaat. Hanya suara napas Sasuke yang  terdengar sedikit memburu.

"Boleh."

Naruto berguling dengan perlahan menuju pinggir ranjang. Ringisan kecil keluar dari bibirnya saat merasakan persendiannya tertarik  kuat seolah ingin lepas dari tempatnya.

Naruto memaksakan diri untuk berjalan ke arah ujung ruangan meski kakinya terasa bergetar akibat rasa sakit di perut serta seluruh persendiannya. Astaga! Kenapa tubuhnya bisa seperti ini? Setahu dirinya, sedari pagi hingga usai makan malam ia baik-baik saja. Bekerja pun tak ada masalah.

Naruto membuka penutup kloset, kedua tangannya bertumpu pada meja belakang kloset. Bibirnya kembali meringis saat cairan merah keluar melalui lubang kencingnya. Melihat hal itu membuat mata Naruto terbuka lebar. Rasa takut seketika menggerogoti pikirannya. Ia takut terkena penyakit berbahaya akibat hubungan tidak wajarnya bersama Sasuke. "Sa ... Sasuke!"

Tenggorokan Naruto terasa bagai terganjal sesuatu. Tubuhnya perlahan jatuh ke atas lantai ketika kakinya tak sanggup lagi menopang tubuhnya. Suara derap langkah kaki terburu-buru terdengar olehnya.

"Jangan berteriak malam-malam Naruto. Kau akan mengganggu yang lainnya. Bisakah kau tidak membuat onー" ucapan Sasuke terhenti saat matanya tertuju ke dalam kloset. Tak kalah dengan Naruto, ia mulai merasa was-was dengan kondisi Naruto. Bukan hanya Naruto, tapi juga dirinya. Sebagai orang terpelajar, ia bisa memungkinkan berbagai hal buruk yang akan terjadi.

"Sial!" Sasuke memencet salah satu tombol di atas kloset untuk menggantikan warna merah yang tergenang di dalamnya. "Besok kita ke dokter." Sasuke meraih tubuh Naruto, mendekapnya dan membawanya ke bawah shower.

Sasuke mengatur suhu air shower untuk membersihkan tubuh Naruto dan dirinya. Pikirannya bercabang memikirkan apakah ia juga terkena penyakit berbahaya akibat melakukan seks kurang sehat?

***

Sesuai kesepakatan, sehari setelah kejadian tersebut, Sasuke membawa Naruto ke kediaman seorang dokter spesialis penyakit dalam setelah kemarin sempat berkunjung. Mereka tak bisa langsung ditangani karena harus melakukan berbagai prosedur sebelum menjalani pemeriksaan radiologi. Baik dirinya maupun Naruto harus berpuasa terlebih dahulu agar dapat menjalani beberapa pemeriksaan radiologi. Di sana Naruto menjalani berbagai pemeriksaan Radiologi Diagnostik untuk memastikan penyakit apa yang diderita olehnya. Sasuke pun ikut dalam pemeriksaan itu.

Meski pemeriksaan telah usai, Sasuke tak langsung pulang. Ia tetap menunggu hasilnya akibat rasa penasaran sekaligus takut. Sambil menunggu hasilnya, Sasuke berkonsultasi tentang hubungan seksualnya yang menyimpang tersebut. Ia takut jika karena hal itu, ia terkena penyakit berbahaya.

LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang