You're the Limit

3.2K 442 30
                                    

Secangkir kopi dan sebuah buku tebal menemani sarapan pagi Sasuke. Meski waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi tak secuil makanan pun mengisi lambungnya. Salahkan istri barunya yang malas beranjak dari atas kasur hingga membuatnya seperti ini.
Kopi saja yang menyediakan pelayan, bukan istrinya.

Sasuke meletakkan buku di tangannya ke atas meja kecil di samping kirinya. Meraih kopi di samping bukunya, Sasuke menatap tubuh telanjang istri barunya yang tidur miring menghadap ke arahnya. "Manis," Sasuke bergumam setelah merasakan kopi hitam tanpa gula melewati tenggorokannya sambil memandang tubuh penuh tanda merah keunguan di tubuh Naruto.

Sasuke tak menyangka jika firasatnya tidaklah salah. Mungkin Naruto akan menjadi batasan untuk dirinya kembali mencari wanita lain di luar sana. Ia tahu Naruto memiliki kelebihan di atas ranjang dibanding istri-istri lainnya. Meski  harus berakhir bermain kasar, setidaknya Naruto masih hidup. Ia tahu Naruto tak selemah  itu. Pemuda itu memiliki energi berlebih yang tak dimiliki orang lain. Semangat menggebu-gebu yang dimiliki Naruto membuatnya tertantang untuk menghancurkannya.

Naruto selalu bermulut besar jika berhadapan dengan orang kaya. Tak ada orang miskin di daerah tersebut yang berani memaki orang kaya selain Naruto. Ia ingin membungkam mulut cerewet Narutoーyang sayangnya terasa manis ituーagar tak lagi berkata kasar.

Sasuke meletakkan kembali cangkir yang menyisakan sedikit kopi di tangannya ke atas meja tanpa mengalihkan pandangan dari tubuh Naruto.

Prang!

"Ck!" Berdecak sebal, Sasuke membiarkan  cangkir kopinya jatuh ke lantai. Kaki kanannya bergerak menindih kaki kirinya. Siku tangannya  ia letakkan di pinggiran kursi yang didudukinya.

"Kapan kau akan bangun?" Sasuke menumpu dagu. Matanya kembali menjelajahi tubuh Naruto. Rasanya ia tak bosan memandangnya. Bahkan wajah cantik istri-istrinya kalah cantik dari tubuh penuh luka milik Naruto.

Sasuke terpaksa melakukan kekerasan karena Naruto berusaha memberontak saat harus melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Meski ia sudah membuat Naruto hampir kehabisan napas, tapi pemuda itu masih bisa melawan. Sungguh suatu perjuangan yang tak mudah. Beruntung Sasuke adalah seorang pejuang. Pejuang hak asasi pribadi. Apa pun haknya, ia harus mendapatkannya.

"Ku kira kau tak akan bangun. Tidakkah kau merasa jika saat ini kau memiliki tanggung jawab untuk mengurus suamimu?" Sasuke menatap pergerakan Naruto yang kesulitan membalikkan badan.

"Sssh, brengsek!"

Sasuke tersenyum lebar saat mendengar umpatan Naruto. Apalagi saat tubuh itu berguling memperlihatkan bahu, leher, serta punggung penuh luka gigitan darinya. Luka itu menandakan bahwa ia sangat menyukai pemilik luka tersebut.

"Brengsek!" Kembali Naruto mengumpat saat tubuhnya serasa remuk redam. Sekuat tenaga ia menopang tubuhnya untuk bangkit dari kasur. Wajahnya memerah kesal saat cairan hangat mulai menetes mengaliri paha dalam hingga ke ujung kakinya saat ia berdiri.

Naruto berjalan tertatih menuju kamar mandi di seberang  ranjang. Bahkan ia melewati Sasuke begitu saja seolah hanya dirinya saja yang berada di sana.

Melihat Naruto masuk ke dalam kamar mandi, Sasuke ikut menyusul. Sebelum memasukinya, Sasuke melepaskan tali yang mengikat handuk mandi yang dikenakannya. Sebenarnya ia sudah mandi, hanya saja ia malas untuk meninggalkan kamar Naruto untuk berganti pakaian. Alhasil kini ia tak memakai apa pun.

"Perlu kumandikan?"

Naruto menoleh ke arah pintu dengan tatapan tajam. Ia tak peduli jika posisi memalukannya dilihat oleh Sasuke. Toh semalam ia juga berada di posisi lebih memalukan dari ini. "Jangan menggangguku, brengsek! Aku lelah!"

LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang