There is no Limit to Human Progress

2.3K 364 63
                                    

Sudah lama rasanya Ino tidak menginjakkan kaki di tempat penuh dengan keegoisan masa muda. Bibirnya melengkung tipis melihat rumah yang pernah ia tinggali begitu bersih dan rapi. Bahkan suasana di dalamnya tak sepanas dulu. 

"Mengenang masa lalu?"

Ino hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Naruto. Rasanya ia tak salah berdamai dengan Naruto di masa lalu. Nyatanya karena Naruto sekarang ia memiliki keluarga yang diimpikan. Suami yang begitu perhatian. "Naruto … aku hamil."

"Eeeh! Yang benar!?" Naruto langsung meletakkan nampan berisi beberapa gelas minuman beraneka warna ke atas meja, lalu duduk di sebelah Ino hingga posisi wanita itu kini berada di antara dirinya serta Sai. Saat ini Ino sedang berkunjung bersama Sai membahas kasus Sasuke yang sudah menemui titik terang. 

Sasuke sendiri bersikap acuh. "Selamat. Jaga kandunganmu." Meski begitu, hanya ekspresinya saja yang terlihat tidak peduli. Wajahnya memang tercetak dengan ekspresi terbatas. 

Terkadang Naruto heran pada Sasuke. Meski khawatir, wajah Sasuke terlihat seperti mengejek orang lain yang terkena musibah. "Benar! Kau harus rajin-rajin periksa pada Dokter Orochimaru!"

"Ehem!" Sasuke berdehem begitu Naruto mulai ngelantur dari tujuan awal kedatangan Sai. Jika tidak diperingatkan, maka mereka akan membicarakan masalah kehamilan Ino. Mungkin merambat ke makanan yang harus dikonsumsi, minum vitamin, banyak-banyak beristirahat, dan lain sebagainya.

"Hehehe, maaf. Habis aku senang Ino membawa kabar gembira." Naruto beranjak dari sisi Ino untuk mendekati Sasuke. Kedua lengannya langsung melingkar di lengan Sasuke. "Jadi, bisa mulai rapatnya?" Naruto menyandarkan tubuhnya ke tubuh Sasuke. Menumpukan sebagian berat badannya pada tubuh Sasuke. 

"Naruto … kau berat!"

"Sasuke!" Naruto berteriak tak terima akan ucapan Sasuke. "Memangnya kau juga tidak berat saat … eh?"

"Saat apa?"

Naruto mendongak, menatap wajah Sasuke dengan pipi bersemu merah muda. Merasa ada yang salah dengan ucapannya, Naruto menoleh ke arah Sai dan juga Ino. Andai ia tidak menyadari akan ucapannya, mungkin ia tidak bisa menatap wajah Sai dan Ino. Beruntung ia tidak mengucapkannya sampai selesai sampai pada masalah hubungan ranjang. 

Setelah keadaan Sasuke membaik, terkadang mereka melakukannya barang satu, atau dua ronde. Sasuke sudah mulai kuat berjalan, tapi tidak bisa berlama-lama. Kakinya masih terasa ngilu, katanya.

"Sebaiknya kita lanjutkan." Merasa suasana menjadi canggung, Sai mulai mengembalikan perbincangan ke pokok permasalahan. "Pelaku adalah kekasih Shion. Awalnya Shion ingin menguasai harta Sasuke dengan menikah Sasuke tentunya, tapi tetap ...  di belakangmu ia akan menjalin hubungan dengan kekasihnya. Shion sudah kami tangkap bersama kekasihnya. Kau harus menghadiri persidanganー"

"Tidak! Biarkan pengacaraku saja yang berbicara. Aku tidak sudi bertatap muka dengannya."

Sai mengangguk singkat. "Baiklah, jika itu maumu."

"Naruto-sama, maaf mengganggu."

Naruto melepaskan lilitannya di lengan Sasuke saat seorang pelayan memanggilnya. "Ada apa?"

"Ada pria tampan yang katanya pengurus perkebunan ingin bertemu."

"Suruh masuk saja."

"Baik, Naruto-sama."

Semua mata memandang ke arah Naruto seolah mereka meminta penjelasan. "Apa?" Naruto yang merasa ditatap bak maling, menatap balik semuanya dengan pandangan biasa saja.

"Pria tampan, siapa?" Ino bertanya dengan ekspresi penasaran.

"Ah, adik Gaara. Dia yang mengelola perkebunan menggantikanku. Dia juga yang menempati rumahku saat ini."

LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang