TPO; 33🥀

50 9 0
                                    

• LavenderWriters Project VI •

• Turn Past On © Kelompok 04 •

• Part 33 By: Awliyaslv_ MandaVire & lindraVey •

• Rabu, 31 Maret 2021 •

---

H A P P Y  R E A D I N G

PRANG!

Sebuah vas hancur berkeping-keping, setelah dilemparkan oleh seorang laki-laki berkaos hitam. Reno, napasnya tampak memburu, telinganya pun memerah. Amarah tengah menyelimuti hatinya saat ini.

Bukan tanpa alasan. Kemarahan Reno saat ini, disebabkan oleh sebuah foto yang baru saja diperolehnya dari seseorang. Foto tersebut menunjukkan jika Debby tengah duduk dan berbincang seorang laki-laki yang jelas Reno sendiri pun mengenalnya. Laki-laki yang selama ini Reno anggap sudah tiada.

Zadan.

'Ternyata dia main-main di belakang gue,' batinnya tersenyum pahit.

"Lihat aja, apa yang bakal gue lakuin setelah ini!" lanjutnya bergumam.

Reno memutuskan untuk menghubungi salah satu teman seperkumpulannya.

"Siapin pasukan, kita ke Bandung malam ini juga," ucapnya pada orang di telepon.

TUTTT ....

Reno memutus sambungannya begitu saja. Tanpa mau berlama-lama, Reno bergegas keluar dari kamarnya dan pergi ke basecamp tempat ia dan teman-temannya biasa berkumpul.

••••

Setelah tadi pagi dilarikan ke rumah sakit karena mendadak tak sadarkan diri di toilet sekolah, akhirnya Arzan siuman di malam harinya. Sebuah kabar yang harusnya sangat menggembirakan, bukan?

Ya, memang seharusnya demikian.

Tapi tidak bagi sang empu yang berbaring di nakas, Arzan malah berharap sebaliknya. Berharap ia tak sadarkan diri, agar tak merasakan sakitnya dibohongi.

Arzan memijat kepalanya pening, walau masih belum mendapat seluruh ingatan, tapi gambaran bayangan itu jelas terus memenuhi pikiran Arzan. Bak menyuruhnya untuk memecah teka-teki.

Arzan duduk, mengambil segelas air. Dirinya sangat kelimpungan, ia butuh Tamara, butuh seseorang untuk menenangkan hati dan pikiran.

CEKLEK.

Bak punya telepati yang bagus, pintu dibuka oleh Tamara. Gadis dengan sweater biru yang datang dengan wajah cemas itu mendekati Arzan, melihat dan memastikan keadaan sang kekasih tak kenapa-napa.

"Zan, kok bisa di sini?" tanya Tamara cemas. Dirinya mendapat panggilan dari Ragas.

Arzan tak menjawab, hanya segera menarik gadis kesayangannya ke pelukan hangat. Tak mau melepas.

"Zan?" Tamara bingung.

Arzan tampak berbeda, deru napasnya terlalu pelan, membuat pikiran Tamara melayang ke hal buruk lainnya. Bahkan badan Arzan dingin seperti es, apakah sesuatu yang buruk terjadi padanya?

Tamara harap tidak.

"Nginap di sini?" Arzan melepas pelukan mereka, duduk tegap dengan jari bertautan cemas.

"Iya, Tata udah izin sama Bunda."

Bukannya senang, Arzan malah tampak gugup. Netra matanya bergerak tak nyaman. Tamara tak terbiasa dengan Arzan yang demikian.

04; Turn Past On✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang