Pertemuan Terakhir?

396 27 0
                                    

~o0o~

Happy
Reading

~o0o~



Sejak tadi wanita paruh baya itu selalu menanyakan pertanyaan tiada henti. Bagaimana Sofia? Sudah jadian belum? Sofia cantik tidak? Dan bla bla bla bla.

Sepulang kantor memang Elvan memutuskan untuk berkunjung ke rumah orangtuanya dan juga menginap semalam disini. Tapi setelah di rasa sepertinya keputusannya salah malah dirinya menjadi korban ocehan ibunya dan sang ayah hanya sesekali menahan tawa geli.

"Kamu jangan galak-galak sama dia El. Mama rasa kamu bakal jadi deh sama Sofia, udah ada rasa belum sih kamu? " tanya Sarmitha.

"El ngga tau, Ma. "

Sarmitha berdecak sebal masa belum ada kemajuan sih. Anaknya itu benar-benar membuatnya dongkol, sampai kapan dirinya harus bersabar untuk mendapatkan mantu dan cucu?

"Sudahlah sayang, biarkan dia menjalankan kedekatannya tanpa paksaan begitu. Lama-lama juga es akan mencair saat sudah bertemu mataharinya. " sahut Damar, ayah Elvan yang sedari tadi menjadi penonton ibu dan anak itu.

"Belain aja terus bujang lapuk mu itu. Mama tuh pengen cepet-cepet punya mantu biar bisa di pamerin sama temen-temen Pah. " ujar Sarmitha melengos.

Damar hanya geleng-geleng melihatnya sebenarnya yang kebelet nikah itu bukan Elvan anaknya. Tapi istrinya yang selalu bilang ingin mantu dan gendong cucu. Dirinya akui anaknya itu memang sudah cukup untuk berumah tangga, tapi semua keputusan itu ada di tangan Elvan.

"Ma, tunggu El habisin satu kencan lagi sama Sofia nanti aku putusin gimana kedepannya. Aku gak mau nanti punya istri yang cuma bisa abisin uang buat seneng-seneng doang. " balas Elvan.

"Pokoknya Mama tunggu kabar baik ngga mau yang buruk. " Sarmitha beranjak pergi ke dapur.

"El gak janji. " lirih Elvan.

"Memangnya kamu tidak sedang dekat dengan perempuan boy selain pilihan ibumu?" tanya Damar sambil menyeruput kopinya.

Elvan hanya menggelengkan kepala. Tapi sempat terbesit gadis bar-bar yang menolongnya tempo hari. Namu segera ia buang jauh-jauh pikirannya, dirinya mana mungkin suka pada gadis itu pasti orang akan mengecapnya sebagai pedofil.

"Apa yang kurang darimu sih? Wajah tampan keturunan ku tak ada kurangnya, soal harta ya jangan di tanya lagi. Apa Papa harus turun tangan boy? " ungkap Damar.

"Ck! Diamlah Pa. Mama saja membuat ku pusing lebih baik kau cukup jadi penonton saja. " kesal Elvan.

Tawa Damar langsung mengisi ruangan keluarga saat ini. Dirinya hanya bergurau tadi mana mungkin ia akan seperti istrinya yang ripuh sana sini mencarikan jodoh untuk Elvan, toh nanti juga pasti anaknya akan mendapatkan wanita yang tepat. Damar yakin itu.

"Beginikah nasib anak satu-satunya?. "batin Elvan.

"Ya sudah Papa mau istirahat dulu. Kamu juga lebih baik menyiapkan diri untuk besok. " seringai Damar.

Membuat Elvan memutar bola mata malas. Ayahnya memang selalu membuatnya jengkel tapi bagaimana pun hanya dia yang tak pernah memaksa tentang pasangan hidupnya.

Setelah kepergian sang ayah dirinya juga beranjak naik ke lantai dua menuju kamarnya. Di rebahkannya tubuh yang besar itu ke kasur.

"Ya aku harap dia wanita yang tepat. "



⏳⏳⏳



Om Ganteng Om Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang