KRRRIIINGGGG
Anela mengumpat tanpa suara, ia mengusap wajahnya kasar. Hari Senin memang selalu hari yang paling ia benci di dunia, seperti murid murid lainnya. Kepala Lia nongol gitu aja tepat di samping jendela dekat bangku mereka.
"Heh!" Bisiknya.
Anela menoleh, "apaan anjir gue gak mood ikut upacara," keluhnya.
"Yakin?? Haruto jadi pemimpin upacara loh." Mendengar itu Anela langsung cengar. Matanya berbinar-binar dan rasa malasnya tiba-tiba hilang begitu saja.
"Oke, cus!" Anela mengangkat satu tangannya seperti superhero, lalu berlari keluar kelas.
Diluar sana Lia dan Yedam geleng-geleng.
"Sumpah kayanya kalau Haruto masuk ke jurang, Anela bakal ikut dengan sukarela deh." Ujar Lia.
Yedam terkekeh, "masalahnya si Haruto mah gak bego, mana mau dia masuk ke jurang."
"Dam, lo kalo mau berantem sama gue sini gue ladenin. Kan gue bilang 'kayanya' bukan beneran." Lia memukul lengan Yedam.
Yedam meringis, kemudian mengelus-ngelus tangannya. Pukulan Lia lebih menyakitkan daripada pukulan Anela. Menurut Yedam pukulan Anela mah kaya digigit semut. Tapi kalau dipukul Lia rasanya kaya di injak gajah.
Kurang ajar memang.
"Awas cinlok ya lo pada, berantem mulu dah kaya bawang merah bawang putih," celetuk Anela tiba-tiba.
Yedam mencibir, "ogah! Mendingan gue ngedeketin mashiho daripada sama si Lia."
Lia melotot. "Mashiho adek kelas sepuluh b itu?? Lo homo?!" Tanya Lia tak percaya.
Mashiho memang sangat menggemaskan untuk ukuran cowok. Bahkan banyak cewek yang dengan terang terangan kalau mereka iri dengan kegemasan Mashiho.
Yedam mematung, tidak percaya dengan pertanyaan bodoh Lia.
"Bodo au ah. Ayo buruan ke lapangan."
Tanpa membalas pertanyaan Lia, Yedam langsung berlari ke lapangan. Disusul oleh Anela yang berjalan menggandeng tangan Lia.
Kebetulan sekali kelas sebelas posisinya tepat berada di tengah lapangan, jadi posisinya dengan pemimpin upacara sangatlah dekat.
Anela maju paling depan, cengar cengir karena bentar lagi mau liat Haruto. Ia melihat ke barisan paling kanan pojok dimana posisi Haruto sebelum maju ke depan. Kebetulan sekali Haruto menoleh dan akhirnya pandangan mereka bertemu.
Anela langsung melambaikan tangannya, tapi Haruto sama sekali tidak membalas.
Lia yang menyadari itu langsung menarik tangan Anela yang masih melambai-lambai. "Udah La, dia gak liat lo."
Selang beberapa menit setelah persiapan yang cukup lama akhirnya upacara dimulai. Pokoknya setiap kali Haruto jadi pemimpin upacara, Anela pasti selalu semangat 45.
Soalnya kalau kata Anela, Haruto ganteng banget waktu upacara.
Tidak heran juga Haruto yang baru kelas sepuluh sudah langganan jadi pemimpin upacara. Tinggi badannya yang teramat tinggi seperti tiang listrik, ditambah suara berat milik Haruto yang sangat tegas itu menjadikan nilai plus baginya.
Saat Haruto berdiri tepat di hadapan Anela, rasanya Anela tidak bisa berhenti tersenyum.
"Hai!" Bisik Anela, kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Haruto.
Anela senang, sedangkan Haruto mengumpat di dalam hatinya, rasanya ia ingin menyingkirkan wajah Anela dari hadapannya saat ini. Kenapa??
Karena Anela terlihat sangat mengganggu tapi terlihat lucu secara bersamaan. Haruto ingin menyunggingkan senyumnya.
Tapi dia tidak boleh, ingat pemimpin upacara harus jaga image!
Setelah Haruto berbalik, ia melakukan tugasnya sebagai pemimpin upacara seperti biasa.
"Duh, dari belakang aja keliatan ganteng banget ya Li. Udah cocok tuh jadi suami gue." Celoteh Anela saat melihat punggung Haruto yang lebar dan tegas itu.
"Iya dia mah emang cocok buat siapa aja kali La, sayangnya lo yang gak cocok buat dia,"
Anela menoleh, menatap temannya tidak percaya. "Hah kenapa?? Kan gue juga cantik."
"Dianya kalem, lo-nya kaya setan."
Mendengar itu Anela hanya memanyunkan bibirnya, lalu memilih untuk tidak membalas omongan Lia yang menusuk tepat kedalam hatinya.
Perih atuh.
Saat pengibaran bendera, dimana semuanya harus hormat pada bendera. Tepat detik itu juga Anela merasakan perih pada perutnya. Tangan kirinya mulai memegang perutnya, ia meringis saat rasa sakit itu semakin menyiksa.
Anela mengingat-ingat apa yang salah.
Ah, dia lupa sarapan karena berangkat lebih awal.
Dalam sekejap kesadaran Anela menghilang.
Bugh.
"ANELA!!" Lia otomatis berteriak saat sahabatnya itu jatuh ke arahnya.
Murid murid yang lain langsung ricuh, sedangkan petugas UKS yang berjaga langsung mengambil tandu untuk mengangkat Anela. Saat itu Haruto hampir saja menoleh saat mendengar seseorang berteriak nama Anela. Ia sudah tau pasti apa yang terjadi pada gadis itu.
Haruto berusaha tenang, ia menarik nafas panjang lalu ia hembuskan. Wajahnya terlihat tidak nyaman, rahangnya mengeras, ia mengepalkan tangannya erat. Peluh mulai bercucuran di sekitar wajahnya.
Haruto panik.
Ya jelas.
Yakali engga.
Tapi kenapa Haruto panik??
Salah satu harapan Haruto saat ini adalah, semoga upacara kali ini cepat selesai.
●●●
JANGAN LUPA VOMMENT GUYS!!!
gemoynaaaaa ╥﹏╥
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan · Watanabe Haruto
Fanfiction"Aru, balikan sama gue yuk!" "Ogah!" Hanya sebuah kisah seorang Anela yang berusaha balikan sama Haruto setelah dua tahun lamanya. Dan Anela yang masih mencari jawaban kenapa Haruto mengakhiri hubungan mereka yang saat itu sedang baik-baik saja...