[9] kayanya sih modus.

280 36 2
                                    

Anela mengerjapkan kedua matanya, kepalanya masih sedikit pusing namun perutnya sudah tidak terlalu sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anela mengerjapkan kedua matanya, kepalanya masih sedikit pusing namun perutnya sudah tidak terlalu sakit. Ia mengedarkan pandangannya kesegala arah, lalu ia mendapatkan Haruto yang sedang menunduk tepat di sebelah ranjangnya. Anela melihat ke bawah, mengikuti pandangan Haruto.

"Ni bocah liatin apa sih?" Bingungnya.

"Ada apa sih dibawah situ??" Tanya Anela masih terus melihat ke bawah.

"Udah bangun??"

"Yang lo liat gimana?? Gue udah ngomong gini masih ditanyain udah bangun. Serius, ternyata lo bego juga ya." Cibir Anela, lalu kembali menidurkan tubuhnya.

"Tapi gak sering kaya lo," balas Haruto dengan wajah datar. Lalu ia mengambil kotak makan yang ada di sebelahnya.

"Bangun, terus makan," ujarnya sambil meletakkan kotak makan miliknya di atas kasur.

Anela bangun dengan senyum yang ia tahan-tahan daritadi. Siapa sih yang enggak seneng diperhatiin doi. Apalagi ganteng.

"Kak, jangan kebiasaan gini napa?? Pagi itu makan, udah tau perut lo gak kuat kalo gak makan." Mulut Haruto sibuk mengomeli Anela, sedangkan tangannya sibuk membuka kotak makan dan bersiap untuk menyuapi Anela.

"Jadi ceritanya gue dimarain nih??" Anela menunjuk dirinya sendiri, kemudian ia tertawa pelan.

"Jangan ketawa-ketawa, cepet makan!" tegasnya, lalu ia menyuapkan satu sendok nasi pada Anela.

Dan Anela jelas menerimanya dengan senang hati.

Di balik jendela UKS sudah ada segerombolan anak yang sedang berebutan untuk melihat pemandangan tersebut. Siapa lagi kalau bukan gengnya Haruto ditambah Lia yang berada tepat ditengah mereka semua.

"Tuhkan, udah gue bilang si Haruto masih sayang sama kak Anela." Ucap Jeongwoo.

"Emang ada yang bilang Haruto gak sayang sama si Anela?? Diliat dari sisi manapun si Haruto keliatan banget masih bucin Anela." Yedam menimpali.

Dari bawah Lia langsung menyikut perut Yedam. "Heh, kan lo kemaren juga ikut-ikutan nyuruh Anela nyari cowok lain."

"Kenapa Haruto pake acara pura-pura gak sayang sama kak Anela sih?? Padahal pas denger kak Anela pingsan dia langsung kebakaran jenggot." Ujar Jihoon penuh dengan keheranan.

"Hah, sejak kapan Haruto punya jenggot??" Jeongwoo bingung.

Lia menepak kepala Jeongwoo tanpa rasa kasihan, "maksudnya tuh panik, bego!"

Jeongwoo mengerucutkan bibirnya, matanya berkaca-kaca. Dia salah apa??

"Perlu kita jodohin gak sih mereka berdua tuh?? Kesel banget gue lama lama liat Haruto yang sok jaim banget," Junkyu memberi ide.

"Gak! Gak perlu!" Lia menolak dengan tegas.

"Lah kenapa??" Tanya Yedam bingung.

Lia mendesah pelan, "gak gak pokoknya jangan, biarin aja hubungan mereka ngalir kaya biasanya. Nanti kalau emang Haruto beneran sayang sama Anela, dia bakal nerima Anela lagi kok."

Mereka mengangguk setuju dengan perkataan Lia. Mereka juga kepo sampai kapan Haruto akan mengelak masalah perasaannya ke Anela.

Kalau sampai bertahun-tahun lamanya Haruto tidak peka, maka Jeongwoo bertekad untuk menculik mereka dan langsung menikahkan mereka berdua.

Jeongwoo gemas sekali dengan hubungan Haruto dan Anela.

Padahal sendirinya tidak punya pacar.

"Lagian lu Kyu, sok sokan jodohin orang. Jodohin diri lo sendiri dulu, tuh." Yedam menoyor kepala Junkyu.

Junkyu melotot, "yeu! mending gak punya pacar daripada jadi buaya kaya elo,"

"Bilang aja gak laku, iri kan lo gak ada cewek yang mau sama lo?!" Yedam cengar cengir sok ganteng.

Padahal memang ganteng.

"Dih ngapain iri sama orang kaya lo, gak guna." Junkyu melet ke arah Yedam.

"Cewek gak ada yang mau deket-deket sama lo karna kalah imut sama lo, makanya jangan imut imut banget jadi cowok." Yedam masih saja mengejek Junkyu. Baru saja Junkyu ingin menendang Yedam, tapi tidak jadi karena Lia lebih dulu mengomeli mereka berdua.

"Allahuakbar, lo bedua bisa diem gak sih anjir berisik banget kaya kenalpot," omel Lia.

"Btw, nih cewek siapa sih??" Asahi tiba-tiba membuka suara kemudian menunjuk Lia.

Iya, itu adalah detik-detik terakhir sebelum pantat Asahi tepos karena tendangan maut Lia.

Pindah ke dalam UKS dimana Haruto masih menyuapi Anela layaknya bayi. Padahal tangan Anela tidak kenapa-napa. Bisa saja Anela makan dan Haruto mengawasi. Tapi mau bagaimana lagi, Haruto ingin melakukan ini.

"Aru, lo kalau kaya gini bikin gue pengen nikahin lo tau gak," jelas Anela kemudian meminum air putih yang sejak tadi ia pegang di tangannya.

Haruto diam, tapi tangannya masih menyuapi Anela.

"Haru, mau nikah sama gue gak??"

"..."

"Gue deh yang lamar, serius."

"Cepet abisin,"

"Lo masih sayang sama gue kan??" Anela masih saja menanyakan hal yang sama berulang kali.

Tapi, Haruto masih tidak menjawabnya.

"Tenang, nikah sama gue gak bakal repot kok. Gue bakal cari uang sendiri, bakal kerja sendiri, bakal nguruss diri gue sendiri, baka..."

"Kak..." Haruto memotong pembicaraan, kemudian ia menghela nafas kasar.

"Gak usah mimpi," Tegasnya.

Singkat dan menusuk hati.

Anela terdiam, ia menatap Haruto dalam. "Terus kalau lo gak sayang sama gue, ngapain kaya gini Ru??"

"Terus selama ini maksud perhatian lo buat gue itu apa?? Coba jelasin ke gue." Sambungnya lagi.

Anela bingung, Haruto selalu menolaknya, Haruto selalu mengelak kalau ditanyakan soal perasaannya pada Anela.

Tapi di satu sisi Haruto selalu perhatian padanya, Haruto selalu membuatnya merasa seperti seseorang yang amat berharga di hidup Haruto, Haruto selalu menjaganya, sengaja atau tidak sengaja.

"G-gue juga gak tau..." Haruto berujar lemah.

Anela tidak paham kenapa, kenapa Haruto terus melakukan hal ini. Dengan air mata yang sudah hampir jatuh, Anela pergi meninggalkan Haruto.

●●●

Padahal ak lg banyak tugas, bisa bisanya ak malah update:)

Mantan · Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang