15

98 21 2
                                    

"Daejoon-ah, kau pergi saja ke cafe atau ke mana, aku akan meneleponmu jika sudah selesai." Kataku pada Daejoon yang ikut bersamaku hari ini.

"Noona yakin tidak mau kutemani?" Daejoon yang lebih tinggi dariku menatapku menghakimi.

Aku menyipitkan mataku kesal lalu mengangguk dengan yakin,
"Eoh, aku masuk dulu." Kataku lalu pergi.

Besok aku akan menikah. Dan hari ini, aku pergi ke suatu tempat. Rumah abu milik Taehyung. Entah kenapa aku merasa harus bertemu dengannya dan bercerita sedikit tentang kehidupanku.

Begitu sampai di depan kotak kaca itu, mataku langsung menangkap foto Taehyung di dalamnya. Ada juga fotoku berdua dengannya di taman bermain. Kenangan yang sangat indah.

Aku tersenyum kecil mengenang masa-masa disaat kami bersama. "Taehyung-ah, ini aku Hyejin." Gumamku.

Aku menempelkan bunga kecil yang sudah ku siapkan di kaca itu. "Sepertinya aku masih sangat menyayangimu, hm? Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu dan tentang kita."

"Aku ingat pesan terakhirmu untukku adalah agar aku bahagia dan jangan menyalahkan diriku sendiri, itu agak sulit, hehe." Tawaku.

"Tapi tenang saja, jangan khawatir, aku sudah jauh lebih baik dan bahagia sekarang. Satu hal yang masih kuharapkan sampai sekarang adalah, walau memang kau akan pergi dari sisiku, setidaknya aku ingin memelukmu untuk yang terakhir kalinya, and giving you some proper farewell. It would be nice.."

Aku bisa membayangkan Taehyung yang memarahiku karena otak dan hati keras kepalaku ini menolak untuk melupakan segala sesuatu tentang dirinya.

"Rasanya ada yang kurang jika aku bahagia tanpamu disisiku. Rasanya tidak sama, Taehyung. Hm, walau begitu aku dikelilingi orang-orang yang baik, jadi kau tak perlu pusing mengawasiku." Senyumku lagi.

"Ah! Majja! Kau pasti sangat bangga dengan Jimin. Dia akan menjadi direktur sebentar lagi. Yoongi dan Jin juga sangat digemari para pasien. Daejoon, anak nakal itu sudah mendapat pekerjaan. Kami semua hidup dengan baik sesuai permintaanmu, tuan Kim!" Komentarku.

"Kalau aku," aku diam sejenak.
"Hei, aku akan menikah besok." Aku membuang tatapanku dari foto itu dan menatap kakiku. Mataku terasa panas karena menahan tangis.

Ah, apa yang kulakukan, sih?

Aku menggeleng pelan dan menghapus air mataku, lalu melanjutkan ceritaku.
"Namanya Jeon Jungkook. Aku tidak mencintainya tapi memutuskan untuk menikah dengannya. Karena satu dan lain hal.." jelasku seakan Taehyung sedang mendengarkanku. Ya, kuharap dia bisa mendengarku.

"Jangan marah karena aku tidak menikah dengan orang yang kucintai. Aku rasa aku sudah cukup bahagia saat ini, dia orang yang baik, jadi tenanglah. Aku yakin aku bisa menjalani hidupku dengan baik walau dengannya. Lagipula aku tidak mempunyai sesuatu seperti orang yang kucintai, kau tahu?! Mungkin karena Kim Taehyung terlalu tampan." Candaku.

Aku melihat foto-foto yang ada didalam sana masih sambil membayangkan Taehyung mendengar ceritaku. "Sasil, nan mworugetta. Apakah yang kulakukan ini benar? Tapi aku tahu aku belum bisa membuka hatiku untuk orang lain, aku juga tak yakin jika aku berencana mebuka hatiku dalam waktu singkat. Aku merelakan kepergianmu Taehyung, tapi aku tidak bisa melupakanmu begitu saja. I still love you so much."

"Terlebih lagi kaulah pemberi kebahagiaan terbesarku, yang selalu bersamaku setiap hari, dan sekarang seperti ada yang kurang. Hatiku terasa kosong, dan kekosongan itu tidak bisa diisi. It feel so numb, seperti tidak bisa diisi cinta lagi. Jadi, apa salahnya berbuat sesuatu yang tak merugikanku dan bisa membantu beberapa orang, ya kan?" Aku mempertanyakan hal itu.

𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang