5. The Hot Doctor

231 24 2
                                    

"Michin, sebelas jam kalian didalam sana? Benarkah?" Jin membesarkan kedua maniknya bulat-bulat sambil menggeleng tidak karuan.

"Jantungku hampir keluar saat terjadi komplikasi. Kami tidak berekspektasi tumornya sudah menyebar dalam beberapa jam. Syukurlah dia bisa kami selamatkan." Jawabku sambil meminum strawberry milkshakeku lemas.

"Daripada itu," komentar Yoongi.
"Belakangan ini Jimin terlihat lelah."

"Ah, majja. Ada masalah apa?" Tanya Jin mengalihkan pandangannya ke Jimin yang sedang sibuk bermain dengan telepon pintarnya sembari bersandar di kursi.

"Aigoo, ini belum pasti, tapi. Tahun ini, kakekku mau aku menggantikan posisinya."
"Kau tahu sendiri, hampir semua orang tidak tahu aku cucu profesor Park." Jimin menghela nafasnya sambil menutup rapat-rapat kedua matanya.

"Hyejin-ah pewaris rumah sakit duduk dihadapan kita sekarang, ayo kita minta ampun atas semua dosa-dosa kita padanya." Jin langsung berdiri dan membungkuk kearah Jimin sambil tertawa, mengeluarkan suara seperti kaca yang digosok.
"Jangan pecat kami, yang mulia direktur Park." Ujarku dan Jin bersamaan.

Jimin langsung meninju lengan Jin pelan.
"Ya, hentikan itu!"

"Itu berarti kakekmu sudah percaya padamu, Jim. Beliau kan selalu melarangmu membantu pekerjaannya sebelumnya dan berjuang sendiri seakan tidak ada hubungan apapun dengannya." Balas Yoongi.

"Tapi, hyung. Justru itu, aku tidak familiar dengan pekerjaan kakekku yang berurusan dengan investor, dana rumah sakit dan sebagainya. Selama ini aku hanya berkutat di ruang operasi, tahu."

"Aih, kau selalu mengatakan, aku Park Jimin yang hebat, tidak takut akan apapun. Sekarang dimana Park Jimin yang itu, huh?" Ledekku sambil menjulurkan lidah.

"Ngomong-ngomong." Yoongi melerai pertengkaran kami bertiga.
"Bagaimana kabar Daejoon, Hye?" Yoongi menatapku.

Ah, anak itu.
"Dia baru mendapat pekerjaan di-"
Pembicaraan ini membuatku teringat kembali pada perjodohanku dengan Jeon Jungkook.
"Management Haseon Shopping Mall."

Jin dan Yoongi terlihat sedikit terkejut.
"Eoh? Bukankah itu bagus? Haseon shopping mall kan sangat terkenal. Kudengar-dengar shopping mall itu masih dibawah naungan Joseon Group, salah satu investor utama kita."
Jimin menjawab enteng.

Aku hanya mengangkat kedua bahuku, mengingat wajah Jungkook yang tersenyum penuh kemenangan. "Joseon ya.."

"Hei." Yoongi mengalihkan perhatian kami semua. "Aku ditelepon perawat. Aku dan Jin harus kembali ke Orthopedi. Sampai nanti." Yoongi bangkit dan menarik Jin bersamanya.

"Ah, Jimin, biar aku saja yang memonitor keadaan Hanseo, kau belum kembali ke rumah sejak kemarin kan?" Aku mengalihkan pikiran Jimin.

"Jeongmal? Kalau begitu Aku akan stay sampai jam 10 malam, setelah itu aku akan pulang." Katanya senang.
"Cepat habiskan makananmu, Hye. Aku hampir melupakan ini, tadi pagi-"

Tiba-tiba teleponku berdering, menunjukan nama Jungkook di layarnya.
"Aku angkat telepon ini dulu." Ujarku pada Jimin sambil sedikit berjalan menjauh darinya.

"Eoh?" Tanyaku.

"Kau dimana? Aku sedang di rumah sakit."

"Di kantin. Tapi Jeon, aku baru menyelesaikan operasinya sejam yang lalu. Aku tampaknya harus memonitor kondisi pasienku disini sampai setidaknya besok siang."
"Lalu, apa yang kau laku-"

"Aku ada rapat investor disini. Aku akan kesana, tunggu sampai aku datang."
Tut.

Aku spontan melirik kearah Jimin yang masih duduk disitu. Itu berarti, Jungkook akan bertemu Jimin?!

𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang