Sampai hari ini, sudah dua minggu Hyejin tinggal di mansion mewah milik Jeon Jungkook. Rencananya hari ini Hyejin akan kembali ke rumahnya karena ayah dan ibunya sudah kembali dari liburan mereka.
"Tinggalkan saja barang-barangmu disini, toh kau akan segera kembali ke sini dua minggu lagi." Kata Jungkook yang sedang asik duduk dilantai sambil bermain dengan Huskynya.
"Kupikir kita akan menikah entah bulan depan atau dua bulan lagi, Jeon Jungkook." Ujar Hyejin sambil menghela nafas panjang.
"Sayangnya karena insiden minggu lalu, aku benar-benar membutuhkan kekuasaan mutlak di perusahaan, jadi begitulah." Jungkook mengangkat kedua bahunya.
"Ah, setelah kau kembali ke rumahmu, mungkin kau tidak akan bertemu denganku. Mulai besok aku harus mengurus beberapa hal di Busan." Lanjut Jungkook, kali ini menatap kedua manik Hyejin. "Aku akan kembali dua hari sebelum kita menikah."Hyejin hanya mengangguk malas sebagai balasan. Hyejin baru pulang dari jaga malamnya di rumah sakit pagi ini, rasanya ia ingin sekali tidur tanpa diganggu. Tapi takdir memang tidak membiarkannya begitu.
"Kau harus minta libur pada atasanmu. You don't look fine at all." Celetuk Jungkook dengan suara baritonnya yang kali ini sudah berdiri di belakang Hyejin, memanfaatkan tinggi badannya untuk meletakkan jari telunjuk di puncak kepala wanita yang jauh lebih pendek darinya.
Hyejin mengeluarkan tawa renyah dari bibirnya. "Ya, segini belum seberapa. Aku sudah melewati masa residensi gila-gilaan itu."
"Aku masih bisa menahannya kalau cuma segini." Lanjutnya sambil menyingkirkan telunjuk Jungkook dari kepalanya."Kim Hyejin."
"Wae?" Balas sang pemilik nama tanpa melirik Jungkook.
"Hari ini kau libur kan?" Jungkook mengangkat sebelah alisnya. "Ayo pergi denganku." Ujarnya sambil berjalan menjauhi Hyejin, menggendong Husky abu-abunya di tangan.
"Ah, aku ada janji siang ini." Jawab Hyejin.
"Dengan siapa?" Tanya Jungkook, kali ini kakinya kembali bergerak mendekati tempat Hyejin berdiri.
"Seokjin."
"Kupikir kau libur, untuk apa ke rumah sakit di hari libur?" Balas Jungkook.
"Aku sudah berjanji untuk menemuinya, dia akan marah kalau aku membatalkan janjiku untuk kelima kalinya dalam sebulan." Celetuk Hyejin sambil mengangkat kedua bahunya.
"Kau tidak menjawab pertanyaanku, Hyejin. Untuk apa?" tanya Jungkook kali ini dengan nada yang lebih mengintimidasi.
Hyejin mendengus sambil memutar bola matanya malas. "Ada hal-hal yang harus kubahas, sudah lama aku tidak bicara serius dengannya. Karena aku tidak begitu sibuk untuk beberapa hari kedepan, aku setuju untuk menemuinya. Kau puas?"
"Aku akan menunggumu sampai selesai."
"Mwoya?"
-
"Jungkook ikut denganku." ujar Hyejin sambil menghela nafas. Seokjin dan Jimin duduk dihadapannya.
"Kau berbohong padanya? Setahuku kau payah dalam urusan berbohong, pasti itu alasannya dia mengikutimu kesini." celetuk Jimin sambil menyibak rambut ash-nya kebelakang.
"dia sibuk di Busan mulai besok, jadi dia ingin pergi denganku sebelum berangkat."
"Benar-benar deh. Kau harus beritahu dia." Jimin menegakkan duduknya.
"Aku akan cari cara untuk memberitahunya nanti." Hyejin menangkat kedua bahunya, tidak terlalu menghiraukan perkataan seniornya.
Jin yang sejak tadi bungkam sambil bersandar pada kursinya mulai kehabisan kesabaran dengan tingkah dua manusia didekatnya. "Hentikan, kalian membuang waktuku yang berharga. Park Jimin keluarlah, sedang apa kau disini?" Titah Jin sambil mendorong bahu Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | Jungkook
FanfictionApa gunanya dua hati yang telah mati dipaksa saling mencintai? Untuk apa dan bagaimana hal itu bisa berhasil? Kedua hati itu telah binasa, tenggelam dalam kejamnya memori masa lalu. "Aku hanya membutuhkan status diatas kertas." "Kita tidak melibatka...