Pagi ini, aku dibangunkan oleh dering teleponku. Tempat tidur mewah dan ruangan yang tak kalah mewah yang menjadi kamar tidurku ini kelewat nyaman untuk tubuhku.
"..yeobuseyo..?" Jawabku mengantuk.
"Kau masih tidur?" Ketus orang itu.
Sekali aku mendengar suaranya, aku tahu itu seorang Park Jimin."Ehm." Jawabku lagi.
"Kim Hyejin. Jangan bilang kau lupa kita ada operasi besar pagi ini."
Sambil mengerutkan dahi, setengah sadar aku membalas ucapannya, "Aku ingat, aku ingat. Tidak perlu marah-marah sunbae. Justru karena itu aku butuh lebih banyak tidur."
Terdengar suara helaan nafas dari seberang sana. "Kau menginap dimana, sih? Biar kujemput, kau selalu lambat."
"Aish, aku bangun setelah ini, mandi lalu langsung kesana, tidak perlu menjemputku, lumayan jauh." Balasku malas.
"Aku mau kau datang satu jam sebelum operasi, understand bae?"
"Bilang bae sekali lagi kupotong rambutmu. Sudahlah, aku akan segera mengabari kalau sudah sampai."
Segera setelah mematikan teleponku, aku bangun dan bersiap-siap. Setelah hampir setengah jam, aku langsung keluar dari kamar dan setengah berlari menyusuri tangga ke lantai bawah.
Di dapur, Jungkook dengan kemeja hitamnya sedang sibuk berkutat dengan mesin pemanggang roti.
"Yang kau telepon tadi pacarmu, ya?" Ujarnya membuka pembicaraan.
"Kapan aku menelepon.."
"Oh, memang terdengar? Dan dia bukan pacarku.""Suaramu kencang sekali."
"Yah, mau itu pacarmu atau bukan. Kalau dia pacarmu lanjutkan saja, tapi jangan sampai terlihat orang-orang." Jawabnya santai.Aku mengangkat kedua bahuku, tidak membalasnya.
"Kau mau makan apa?" Tanyanya.Kadang aku bingung kenapa dia tidak mempekerjakan koki, atau pembantu di rumah sebesar ini, malah mengoleksi mobil.
"Kau punya telur?" Akhirnya aku menjawabnya.
"Dikulkas."
"Baiklah. Ngomong-ngomong, kau harus sarapan lebih dari roti itu kalau mau beraktivitas dengan benar."
"Otak perlu asupan yang cukup untuk bekerja dengan maksimal, kau tahu?" Lanjutku."Masak saja untuk dirimu sendiri dan jangan menceramahi aku."
Aku mengabaikannya dan mulai memasak telurku di penggorengan.
Hanya butuh beberapa menit sampai telur itu matang dan aku membawanya ke meja makan dimana Jungkook sudah sibuk mengunyah sarapannya."Kafein yang terlalu banyak tidak bagus untuk kesehatan. Aku selalu melihatmu minum kopi setiap saat." Komentarku sambil memindahkan salah satu telur ke atas roti Jungkook.
"Aku tahu hal itu nona. Dan, untuk apa telur ini?"
"Protein. Dan sama-sama tuan Jeon." Balasku.
Dia mengangguk sambil mengambil sepotong roti tadi dengan telur diatasnya.
"Protein, ya." Dia menatapku lalu terkekeh.Aku membalasnya dengan mengangkat kedua bahuku sambil duduk dihadapannya dan mulai menyantap sarapanku.
"Kau benar benar tinggal sendiri di sini?" Tanyaku, tidak bisa menahan rasa penasaran yang terus muncul di dalam pikiranku.
"Aku tinggal sendiri selama ini, beberapa orang yang bekerja membersihkan rumah tinggal di bangunan lain."
"Oh, Aku tinggal bersama Ace dan Max."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | Jungkook
FanficApa gunanya dua hati yang telah mati dipaksa saling mencintai? Untuk apa dan bagaimana hal itu bisa berhasil? Kedua hati itu telah binasa, tenggelam dalam kejamnya memori masa lalu. "Aku hanya membutuhkan status diatas kertas." "Kita tidak melibatka...