Pria dengan kemeja hitam itu berjalan cepat dengan telepon genggam yang ia taruh didekat telinga. Ditangan yang lain, ia membawa hot americanonya.
Saat kakinya melangkah, entah sudah berapa orang yang membungkuk memberi hormat pada pria muda itu. Jungkook memang seorang pimpinan yang sangat dihormati. Pekerjaannya bersih, rapi dan sempurna. Semua orang sangat menyukai kinerjanya.
Apalagi, dengan wajah tampannya itu. Jelas sekali Jungkook hanya tinggal tunjuk wanita mana yang mau ia jadikan pasangan.
"Sepertinya aku akan sedikit telat." Ujarnya.
"Bukankah eomma sudah bilang untuk datang lebih awal?"
"Mianhaeyo eomma-ya~ Aku baru bisa pulang saat meeting tadi selesai, tadi benar-benar mendesak, eoh." Pria itu tersenyum menampakkan gigi kelincinya.
"Cepatlah, semuanya sudah menunggu, Jungkook-ah."
"Iya. Aku mau menyetir. Kumatikan ya."
-
Aku memijat pelan pelipisku sambil sesekali melirik jam di pergelangan tanganku. Seharusnya aku sudah pergi dari lima belas menit yang lalu.
"Bagaimana menurutmu, dokter Kim?"
"Kalian aturlah jadwal operasinya, carikan dokter dari departemen kardiologi lalu informasikan padaku. Aku benar-benar harus pergi sekarang. Sampai nanti."
Aku meraih tasku lalu bergegas keluar. Sedikit berlari, aku mempercepat langkahku melalui koridor beraroma khas rumah sakit.
"Ah, maaf!" Aku langsung membungkuk untuk meminta maaf. Bisa-bisanya aku menabrak orang lain saat sedang buru-buru begini.
Pria yang kutabrak menatapku, rasa jengkel bisa terbaca hanya dari raut wajahnya.
"Lain kali hati-hati. Kau menyusahkan orang lain." Dia membersihkan kopinya yang tumpah pada bagian atas kemeja hitamnya dengan sapu tangan, sedangkan wajahnya terus memamerkan ekspresi tidak suka.Cih, dia sendiri berjalan sambil memegang telepon. Kenapa hanya aku yang salah? Lagipula aku kan sudah minta maaf, memangnya harus berekspresi seperti itu, ya?
"Ya, aku kan sudah minta maaf. Lalu, cobalah untuk memperhatikan jalan lain kali. Jangan sibuk dengan teleponmu itu." Aku memberi penekanan pada setiap kata sambil menatap kedua mata pria itu yang menunjukan rasa kesal yang membara.
"Aku ini sibuk dan tidak bisa bersenang-senang di jalan sepertimu. Dasar, kau membuat penampilanku berantakan saja." Omelnya lalu pergi begitu saja melewatiku.
Pria macam apa dia?! Padahal dia tampan, tapi sikapnya sampah. Sumpah, dilihat dari tindakannya saja aku sudah bisa menebak dia bukan orang baik.
Setelelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku sampai di stasiun subway dan masuk ke salah satu kereta line tujuanku.
Teleponku berdering saat aku sedang asik menyerukan sumpah serapah pada pria kopi tadi dalam hati.
"Apa ada masalah, sunbae?" Ujarku segera setelah mengangkat telepon.
"Kau benar-benar sibuk? Ada pasien darurat, dari neurologi hanya ada aku."
"Bukankah dirimu yang cemerlang itu sudah cukup, sunbaenim?" Candaku.
"Mianhaeyo, aku benar-benar tidak bisa kembali hari ini.""Eoh, begitu ya? Tidak perlu khawatir. Aku bisa mencari dokter lain. Nikmati waktumu, Hyejin-ah, sampai nanti."
Aku berjalan sembari memasukan teleponku kekantung celana. Banyak sekali hal yang harus ku urus. Kadang aku lelah, tapi hal seperti ini membuatku bisa bertahan dan melupakan segala luka yang berbekas pada diriku. Hidup memang berat, dan kita harus berjuang untuk melewati fase-fase tertentu dalam hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | Jungkook
FanfictionApa gunanya dua hati yang telah mati dipaksa saling mencintai? Untuk apa dan bagaimana hal itu bisa berhasil? Kedua hati itu telah binasa, tenggelam dalam kejamnya memori masa lalu. "Aku hanya membutuhkan status diatas kertas." "Kita tidak melibatka...