Dari jauh, Hyejin bisa melihat dua orang pria yang berdiri berhadapan. Keduanya tampak berbincang sambil tetap mempertahankan ekspresi datar di wajahnya.
Pria yang lebih pendek menggunakan kemeja abu-abu dengan jas putih yang menunjukan pekerjaannya, sedangkan orang didepannya mengenakan kemeja hitam dengan coat navy yang menggantung sampai ke lutut.
"Aku kembali." Ujar Hyejin setelah berdehem pelan begitu sampai didepan mereka. Memecah ketegangan diantara dua orang itu.
"Hyejin-ah, kita harus membicarakan sesuatu sebelum kau pergi." Kata Jimin, melirik Jungkook lalu kearah sang pemilik nama.
Jungkook yang sedari tadi hanya memperhatikan berjalan kearah Hyejin dan berbisik di telinganya, "jangan lama-lama, kutunggu di lobby." Dengan itu, Jungkook pun akhirnya menghilang.
Hyejin mengangkat sebelah alisnya.
"Apa ada masalah?"Jimin menghela nafas sambil mencubit lengan Hyejin. "Kau itu ya." Ujarnya dengan nada gemas. "Aku mau kau beritahu Jungkook tentang kondisimu secepatnya. Lalu, jika terjadi sesuatu dan bocah itu tidak bisa diandalkan langsung hubungi aku, bahkan jam tiga malam sekalipun. Aku akan datang, mengerti?"
"Kenapa kau bicara seperti ini, sih? Aku baik-baik saja sekarang, kau tidak perlu cemas." Hyejin tertawa kecil, berusaha menyembunyikan perasaannya.
"Daejoon bilang kau masih sering bangun tengah malam. Berhenti membohongiku." Jimin menghela nafas panjang. "Aku ada rapat dengan dewan direksi jadi tidak bisa berbicara denganmu sekarang. besok akan ada event, kita diminta mengisi acara, jadwalnya akan kukirim di chat. Jaga dirimu yang benar, ara?" Katanya sambil melirik jam di pergelangan tangan kirinya.
"Sampai nanti." Jimin menepuk kepala Hyejin lalu langsung menghilang.-
"Kenapa kau melamun?" Tanya Jungkook sambil mengaduk ramen di hadapannya.
"Hanya memikirkan beberapa hal penting." Jawab Hyejin. Sedari tadi dia hanya berkutat dengan pikirannya, mencari cara yang paling tepat untuk memberitahu Jungkook tentang rahasianya.
"Kau terlihat seperti sedang menyembunyikan benda antik curian dan mencari cara agar aku tidak tahu." Celetuk Jungkook.
"Aku tidak mencuri apapun." Balas wanita yang duduk didepannya sambil memutar bola mata.
"Kalau begitu kenapa kau terlihat stress begitu?" Tawa Jungkook.
"Ada yang harus kukatakan padamu. Tapi aku akan menunggu sampai kau kembali dari Busan." Hyejin mengatakannya setelah diam beberapa saat.
"Katakan saja sekarang." Jungkook mengangkat sebelah alisnya, penasaran.
"Aku tidak akan berhenti mengirim spam ke akunmu kalau kau tidak memberitahuku sekarang." Ancamnya sambil tersenyum miring.Hyejin menahan tawanya.
"Kau tahu Jungkook-ssi, itu ancaman yang payah. Aku bisa memblock akunmu.""Jimin bilang kau menemui Seokjin bukan karena pekerjaan. Ada apa? Kau sedang sakit atau semacamnya?" Ujar Jungkook tiba-tiba. Hyejin yang masih menahan tawanya langsung diam, membuka kedua matanya lebar lebar.
Flashback-
"Jungkook-ssi. Aku tidak ingin terlihat sok akrab denganmu, tapi ada sesuatu yang perlu kau tahu tentang Hyejin." Kata Jimin sambil menyisir rambutnya dengan tangan.
"Hyejin belum memberitahumu tentang ini, jadi dia pasti kesal jika aku yang bicara padamu. Tapi aku tidak bisa diam saja.""Aku hanya akan memberitahumu bagian yang penting saja, jika kau mau tahu detailnya, kurasa kau harus tahu dari Hyejin." Lanjutnya.
"Intinya, dia punya masalah dengan kesehatannya. Sekarang dia sudah jauh lebih baik, tapi bisa saja ada sedikit gejala yang muncul tiba-tiba. Kalian akan menikah kan? Hanya kau yang bisa membantunya jika ada situasi darurat karena kalian akan tinggal berdua. Dia menemui Seokjin hyung untuk bicara tentang penyakitnya. Tanyakanlah ini pada Hyejin, dia tidak akan mampu mengatakannya jika tidak dipancing dengan pertanyaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | Jungkook
FanfictionApa gunanya dua hati yang telah mati dipaksa saling mencintai? Untuk apa dan bagaimana hal itu bisa berhasil? Kedua hati itu telah binasa, tenggelam dalam kejamnya memori masa lalu. "Aku hanya membutuhkan status diatas kertas." "Kita tidak melibatka...