Pagi ini, langit Busan sangat cerah. Jimin dan Yoongi sedang sibuk berjalan menyusuri pertokoan, menuju suatu tempat.
"Jadi, Hyejin memarahimu?" Tanya Yoongi yang sedang sibuk meneguk segelas kopinya."Begitulah, lalu dia berterima kasih karena akhirnya dia berhasil memberi tahu Jungkook. Amazing duality." Balas Jimin yang berjalan di sebelahnya.
"Lalu kenapa kita ke Busan hari ini?" Gerutu Yoongi sambil menggaruk kepalanya malas. Dia baru sampai di rumah jam dua pagi tadi dan Jimin membangunkannya tepat pukul lima, tiga jam setelahnya. "Manusia bisa mati jika tidak tidur." Lanjutnya.
Jimin mengangkat kedua bahunya sambil memperbaiki posisi kacamatanya.
"Kakek menyuruhku pergi ke klinik di Busan dan mengajak salah satu dokter rumah sakit. Mereka butuh tambahan tenaga medis karena hari ini ada acara."Yoongi mengangguk, "Bisa berikan lima alasan kenapa kau membawaku?"
"Kau dokter, kau pandai, aku mengenalmu, Jim hyung ada operasi, Hyejin juga."
"Intinya, kita tinggal melakukan pemeriksaan dasar saja, ada banyak pasien yang datang."
Jimin yang sibuk melihat handphonenya akan terus berjalan jika saja Yoongi tidak membuatnya berhenti. "Hyung, kita harus buru-buru, apa kau mendengarku? Kenapa kau berhenti disitu?" Pria dengan sweatshirt cream itu mengerutkan dahinya.Yoongi mengarahkan telunjuknya kearah salah satu restoran.
"Bukannya itu Jungkook?"Jimin sontak melihat kearah yang ditunjuk temannya, hanya dengan satu pandangan, dia bisa merasakan amarah yang meledak-ledak di dalam dirinya.
-
Ini adalah hari ketiga Jungkook berada di Busan, hari ini dia pergi menemui salah satu kliennya. Tamunya itu sudah duduk manis di meja makan saat Jungkook sampai.
Jungkook mengedipkan matanya beberapa kali, tak percaya. Dia benar-benar ingin meludah saat itu juga.
"Jungkook-ie, sudah lama ya?" Wanita dengan dress pendek itu tersenyum. "Kau benar-benar orang penting ya sekarang, aku harus menunggu sebulan agar bisa menemuimu."
Jungkook mengabaikan perkataan wanita itu,
"Sekretaris Song, kupikir aku sudah memintamu memilih klien yang penting dulu?"
Kali ini dia memberi sekretarisnya tatapan tajam."Hei." Wanita itu memegang pundak Jungkook, "apa kau yakin aku sebegitu tidak pentingnya, Jungkook? Song Dayeon itu temanku, jadi aku yang memintanya memasukanku dijadwal sibukmu. Jangan memarahinya."
Dengan kasar, Jungkook menepis tangan di bahunya, lalu kembali mengalihkan pandangan pada sekretarisnya, "Sekretaris Song, kau cukup berpengalaman untuk membuat kesalahan seperti ini. Kau tahu kan bahwa kau harus bisa membedakan urusan bisnis dan pertemanan? Aku tidak peduli pada drama persahabatan kalian berdua. Aku kesini untuk bekerja, kau mengerti kan?" Kali ini Jungkook bicara dengan suara yang lebih tegas.
"Kupastikan ini perjalanan bisnis terakhirmu sebagai sekretaris presdir. Pergi, aku akan mengurus semuanya sendiri." Lanjut Jungkook, tiap pergerakannya selalu tenang, tapi nada bicaranya tidak bisa menutupi kemarahan dalam dirinya.Jungkook menghela nafas panjang sambil melonggarkan dasinya frustasi.
"Jika memang tidak ada urusan penting aku akan pergi." Ujarnya dengan nada datar.Kali ini wanita itu meraih tangan Jungkook dan mendekatinya. "Aku sudah memesan makanan."
"Sera-ssi. Jangan melewati batasmu."
Jungkook mendorong pelan Sera untuk menyingkirkannya. Dia memanggil salah satu pelayan dan membayar semua makanan yang dipesan wanita itu. "Beres." Jungkook mengangkat sebelah alisnya sebelum berbalik, siap untuk pergi.Tanpa basa-basi, Sera berlari kedepan Jungkook dan langsung memeluknya. "Aku tahu kau masih menginginkanku."
Jungkook mendorong wanita didepannya untuk kedua kalinya. Kali ini sedikit lebih keras. "apa kau gila? Setelah kau memutuskan semuanya dan kau tidak mendapat pasokan uang dariku, apa kau menjadi gila karena kekurangan uang?" Kata Jungkook, masih tanpa ekspresi.
"Jangan permalukan dirimu sendiri, aku sudah tidak peduli lagi padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | Jungkook
FanficApa gunanya dua hati yang telah mati dipaksa saling mencintai? Untuk apa dan bagaimana hal itu bisa berhasil? Kedua hati itu telah binasa, tenggelam dalam kejamnya memori masa lalu. "Aku hanya membutuhkan status diatas kertas." "Kita tidak melibatka...