13

95 18 0
                                    

"Kalau iya kenapa?"

Kata-kata Jimin itu terus terulang dalam otak Jungkook. Dia muak mendengarnya, rasanya seperti dihantui saja.

Tapi apa benar Park Jimin menyukai Hyejin?

Jungkook menggeleng pelan. "Benar, bukan urusanku." Gumam Jungkook diikuti anggukan kecil yang membuat beberapa helai rambutnya melompat girang diatas dahi.

Jungkook hanya tidak mau dirinya terlihat seperti pengganggu kisah cinta romantis yang menggebu-gebu antara Hyejin dan Jimin. Seperti antagonis di drama-drama yang selalu dihina dan dihujat penontonnya.

Pria berbalut kemeja putih dengan kacamata bulat  yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri oleh Hoseok itu  terlihat seperti orang gila dimatanya.

"Jungkook." Panggil Hoseok sambil menjentikkan jarinya tepat didepan wajah tampan Jungkook.

Lamunan Jungkook langsung terpecah begitu saja, matanya berkedip beberapa kali. "Ya, Hyung? Sejak kapan kau datang?" Jawabnya sedikit terkejut.

Hoseok melipat kedua tangannya didepan dada, "Lima menit lalu. Dan aku melihatmu mengangguk dan menggeleng seperti orang kehilangan akal sehat." Ujar Hoseok sambil menggelengkan kepalanya, lalu mengambil berkas-berkas dimeja Jungkook.

Jungkook mengacak rambutnya kasar,
"Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu."

Hoseok mengerutkan dahinya,
"Apa yang terjadi? Dimana sekretaris Song?" Ujarnya lagi.

"Aku memindahkannya ke divisi lain. Dia membantu Sera menemuiku dengan alasan pekerjaan."  Jawab Jungkook terus terang tanpa banyak basa-basi.

"Oh, nenek sihir itu masih mengejarmu?" Hoseok menahan tawa.

"Hyung, tolong berhenti, kau membuat kepalaku makin sakit." Kesal Jungkook.
"Aku sudah bilang ke bawahanmu kalau kau akan digantikan orang lain mulai hari ini, hyung gantikan sekretarisku ya?" Kali ini Jungkook memandang Hoseok memelas.

"Memang aku bisa menolak?" Celetuk Hoseok, melihat kearah Jungkook dengan sinis. "Sudahlah, jangan terus cemberut, kau bisa cepat tua. Lebih baik kita kembali ke Seoul sekarang. Kau akan menikah kan?" Hoseok menatap mata Jungkook dalam-dalam. "Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu."

Jungkook baru saja ingin membalas, tapi Hoseok sudah memotongnya lagi. "Omong-omong, orang itu terus melihatmu dari tadi." Hoseok menunjuk kearah dalam klinik diseberang cafe tempat Jungkook duduk.

Disana, Jimin berdiri dengan menggunakan sarung tangan medisnya dan terlihat kesal. Bukannya fokus bekerja, dia malah dibuat pusing duluan dengan amarahnya pada Jungkook.

Jungkook menghela nafas, "dia temannya Hyejin." Katanya. "Dan sepertinya ada sesuatu diantara mereka."

-

"Dokter Park?"

"Ya?" Balas Jimin tanpa memindahkan pandangannya, masih terfokus pada Jungkook yang kini tak sendiri.

"Pasien selanjutnya sudah siap." Ujar perawat yang terlihat kebingungan dengan tingkah dokter dihadapannya.

"Aku akan datang sebentar lagi." Balas Jimin pada perawat itu, masih menatap tajam tanpa memedulikan kecemasan perawatnya yang berusaha mengatur antrian pasien.

Sementara Jungkook yang sudah menyadari tatapan Jimin balas menatapnya tajam dengan ekspresi kelewat jutek.

Hah, dasar bocah. Batin Jimin disertai umpatan.

"Apa anda mengenal pria didalam kafe itu, apa anda ada keperluan dengannya?" Tanya si perawat lagi. "Saya bisa memberitahu pasien untuk menunggu jika itu mendesak." Perawat itu menghela nafas.

𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang