Jungkook kembali meyakinkan dirinya sendiri bahwa baginya, Hyejin bukanlah seseorang yang ia sukai dalam konteks cinta.
Pikirkan secara rasional, dia pusing sendiri karena Jimin, bukan Hyejin. Coba saja kau bayangkan menikahi orang yang sudah disukai oleh orang lain. Tentu saja hal itu membuat Jungkook kepikiran.
Sympathy. That's all.
Timbul perasaan ingin melindungi setelah mengetahui betapa beratnya hal-hal yang dialalui Hyejin.
I trusted love before. Not any more.
Love is all pain. Damn it.Lalu apa hubungan diantara Jungkook dan Hyejin?
Partner in crime. That's it. No love involved, perfect.
Jungkook menatap kearah jendela di ruangannya. Hatinya hancur waktu itu, dan saat itulah perasaan bernama cinta hilang dan tidak dapat ia rasakan lagi. Cukup ia hancur sekali itu saja, dia tidak mau mencoba lagi. Karena rasanya begitu sakit dan sesak.
Jungkook menyadarkan diri dari lamunannya sedari tadi dan melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Ah, sebentar lagi jam lima.
Dia segera bangun dari kursinya dan berjalan keluar, berniat menunggu Hyejin di lobby. Setalah menjernihkan pikirannya, kini ia siap menghadapi Hyejin.
-
Tidak lama setelah ia sampai, Hyejin keluar dari mobil berawarna putih itu. Dia mengenakan turtle neck putih dengan skinny jeans hitam.
Hyejin belum melihat Jungkook. Ia melihat kearah pengemudi mobil yang sudah tak asing lagi bagi Jungkook. Siapa lagi kalau bukan Jimin?
"Terima kasih sudah memberiku tumpangan, hati-hati di jalan." Hyejin melambaikan tangannya sambil tersenyum yang dibalas "aku senang mengantarmu," oleh Jimin yang samar-samar terlihat sedang melirik kearah Jungkook.
"Sampaikan salamku pada Jaehoon dan Jaeyoon!"
"Tentu, sampai nanti." Setelah itu, Jimin memamerkan senyum dan mobilnya melaju pergi meninggalkan Hyejin dan Jungkook.
Begitu Jimin hilang, Hyejin melihat kearah Jungkook. "Kau terlihat lelah." Komentarnya sambil memberi senyum kecil.
"Benarkah? Terlihat begitu?" Tanya Jungkook.
"Kau tidak merindukanku?" Ujar Jungkook memamerkan smirk nya.Hyejin menatap sinis Jungkook.
"Aku sangat merindukan anjingmu.""Pemiliknya?" Goda Jungkook sambil tersenyum. "Hentikan, Jungkook. Ini menggelikan." Hyejin memutar bola matanya, bercanda.
Jungkook membalas dengan mengangkat kedua bahu sambil ikut terkekeh. Setelah keduanya berjalan selama beberapa saat dalam diam, Jungkook membuka suara, "Kau lapar, Hyejin?" Yang dibalas anggukan oleh Hyejin.
"Bapmeogja!"
-
Ditempat lain, Jimin baru saja memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus dokter di basement rumah sakit.
Ia merapikan sedikit pakaiannya lalu berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Sebelum ke departemennya, ia akan menemui kakeknya seperti biasa, sedikit banyak membicarakan tentang posisi direktur yang sebentar lagi akan di gantikan oleh Jimin.
Sambil berjalan, pikirannya pun melayang entah kemana. Ia berpikir, sejak kapan ia menyukai Hyejin.
Dulu, saat Hyejin masih berpacaran dengan Taehyung, Jimin tidak menyukainya sama sekali. Mereka hanya sekedar sahabat biasa dan Jimin begitu bahagia untuk hubungan mereka berdua. Sejak Taehyung pergi, Jimin-lah yang paling sering bersama dan menemani Hyejin. Entah bagaimana, tumbuh perasaan suka yang semakin lama semakin besar untuk Hyejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝑬𝑻𝑨𝑵𝑶𝑰𝑨 | Jungkook
Hayran KurguApa gunanya dua hati yang telah mati dipaksa saling mencintai? Untuk apa dan bagaimana hal itu bisa berhasil? Kedua hati itu telah binasa, tenggelam dalam kejamnya memori masa lalu. "Aku hanya membutuhkan status diatas kertas." "Kita tidak melibatka...