39. Sammy

778 73 91
                                    

(Kutakut takut jatuh cinta🎶
Takut takut patah hatinya
Takut takut jadi gila, Karena oleng)

"Beli apa lagi?"

Alan mengambil lima bungkus Indohmi dan memasukkannya ke keranjang belanjaan. Aku ingat kalau dirumahnya masih ada banyak stok mi, kenapa Alan beli lagi ya? Itukan nggak sehat banyak pengawetnya. Aku ingin melarangnya tapi itu makanan kesukaannya Alan. Jadi nggak tega.

"Pita Lan. Sama.. Balon warna warni."

Aku mendorong troli belanjaanya ke sebuah tempat khusus perlengkapan mainan anak anak. Biasanya balon sama pita juga ada disitu. Pas sampe tempatnya, aku melihat seorang anak kecil yang berdiri didepan troliku dan menatap heran kepadaku dan Alan. Eh sepertinya aku pernah melihatnya. Diakan yang ada di bazar buku waktu itu.

"Ma.. Itukan kakak yang kemarin yang mau ciuman itu ma.. Kok mereka barengan lagi?" Katanya polos.

Dia mengingat itu? Aku jadi nggak enak dengannya. Nggak seharusnya aku seperti itu didepan umum, apalagi didepan anak kecil. Seorang ibu ibu akhirnya menghampiri anak kecil tersebut kemudian menggendongnya.

"Ihh mas, udah dibilangin jangan mengumbar kehomoan di tempat umum masih aja dilakuin. Hih!" Merekapun pergi sesaat setelah ibu itu mengatakannya.

"Sempit banget ni kota asli dah. Ketemunya itu itu mulu anjay."

Huh.. Menjadi pasangan gay diluar sini memang susah ya. Mereka selalu berpikir kalo kita ini hanyalah sebuah kesalahan. Aku jadi takut saat terus terusan seperti ini. Aku nggak ingin kejadian ini terulang lagi, jadi aku memperlebar jarakku dengan Alan agar orang orang nggak curiga pada kami.

"Emm.."

"Lo kenapa?" Alan menatapku kaget karena tiba tiba menjauh dan aku hanya bisa menundukkan wajahku.

"Nggak papa."

Alan mendekatiku dan menarik tubuhku agar mendekat dengannya lagi. Dia menggenggam tangan kananku dan menautkan jemarinya diantara jari jariku. Aku.. Malu dengan apa yang dia lakukan.

"Alaan.."

Akhirnya sepanjang perjalanan ke kasir kita terus seperti ini. Di sepanjang jalan aku hanya bisa menyembunyikan wajahku tapi Alan bisa berjalan dengan percaya dirinya. Apakah dia nggak lihat pembeli yang lain? Mereka melihat kami sudah seperti ingin protes.

"Alan lepas. Nggak enak diliatin." Aku melepaskan tanganku tapi Alan tetap menggenggamnya lebih erat.

"Nggak. Biar mereka tau kalo Lo itu pacar gue."

Aku merasa pipiku panas sesaat setelah Alan ngomong itu. Ah.. Kenapa dia bersikap seperti ini sekarang? Aku beneran nggak mau kita dimarahin orang lagi Lan. Akhirnya sepanjang perjalanan ke kasir aku membiarkannya menggandeng tanganku. Aduh aku sangat malu. Untung Alan melepaskannya saat sudah sampe kasir. Jadi mba mba kasir setidaknya menjadi satu satunya orang yang tidak melihat itu.

...

Aku senang Alan mau bantuin aku membuat ini semua. Jarang sekali aku melihatnya mau bekerja sama seperti yang dia lakukan sekarang. Dia memang susah kutebak. Terkadang mau dan kebanyakan nggak mau. Alaan.. Mungkinkah Alan sudah mulai berubah? Aku jadi senang.

Saat pemasangan pernak pernik, aku sama sekali nggak tau memilih mana hiasan yang cocok buat dekorasinya. Ah.. Bagaimana ini? Kuyakin Alan juga nggak ngerti masalah ini, dia saja masih kesulitan menggunakan alat peniup balon gas. Em.. Mungkin kalau ada Sesil semua ini bisa lebih cepat selesai. Aku mau menyusulnya di rumahnya.

"Lan, aku panggilin Sesil dulu ya?"

"Nggak usah. Gue bisa sendiri." Katanya yang masih berusaha untuk mengikat sebuah balon.

My Lovely BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang