(Mo tanya. Kalian pas baca ini bayangin tokohnya siapa si? Yang jadi Alan bukan manurios kan?
Aku sih ngakak kalo iya~🤣)Huh.. Jantungku baru bisa tenang setelah Maxim memasuki ruangan dokternya itu. Em.. Ini sering terjadi saat aku bersamanya. Canggung sekali. Seharusnya aku nggak bertingkah seperti tadi yang hanya diam saja. Pasti Maxim berpikir yang macam macam sama aku. Padahal aku hanya.. Gugup jalan bersamanya. Sammy.. Kamu memalukan.
"Eh? Sammy? Lo udah baikan?"
Aku langsung melihat kearah sumber suara. Ternyata itu Meta. Dia berjalan mendekatiku lalu duduk di sebelahku. Ah aku baru ingat. Kata Kak Sofi, ada seorang cewek menemaniku saat aku dirawat kemarin. Dan orangnya keras kepala saat disuruh pulang Kak Sofi ataupun saat jam kunjung habis. Aku yakin kalo itu pasti Meta. Cuma dia yang keras kepala juga.. Temanku.
Terkadang aku heran sama dia. Rumahnya Meta emang lumayan jauh dari sini karena deket pusat kota. Tapi dia rela nemenin aku kemarin pas aku sakit. Apa ini rasanya punya temen? Baru kali ini aku merasa di perhatikan seperti itu. Senangnya.
"Meta, makasih ya? Aku tau kamu kesini pas aku dirawat kemarin."
"Eh? Em oke.. Lagian itu gue lakuin karena.. Nggak lama lagi gue disini."
Nggak lama disini? "Maksudnya?"
Meta menarik napasnya sebelum bicara denganku. Dia menceritakan bagaimana dia disini dan alasan kenapa dia harus pergi. Ternyata rumah disini itu hanya rumah sementara ayahnya yang dibeli karena ayahnya ada kerja beberapa bulan disini. Dan karena udah selesai, ayah Meta mau menjualnya dan mereka mau balik ke Jakarta.
"Jadi kamu mau pindah?"
"Iya.. Nggak ada urusan apa apa lagi gue sama papa disini. Gue juga udah kangen sama nyokap gue di Jakarta."
Em.. Aku mengerti. Meta kerap kali menyamakan aku dengan mamanya. Mungkin dia melakukan itu karena kengen pengen ketemu. Tapi masih ada satu hal yang aku pengen tau. Pas aku menginap dirumahnya Meta dulu, kenapa dia bilang kalo dia cuma kesini buat Alan?
"Em.. Aku boleh tanya sesuatu? Kalo kamu disini karena papamu, kenapa dulu kamu bilang kalo kamu disini karena mau nemuin Alan?"
Meta menatapku seketika dengan tatapan terkejutnya. Menurutku pertanyaanku wajar.
"Gue kesini bukan karena Alan. Gila aja gue kesini cuma karena cowok. Dulu emang masih suka, cuma.. Ternyata Alan homo. Jadi- yaudah."
Menurutku dia bukan gila karena berkata seperti itu dulu. Mungkin karena perasaan cemburu aja melihatku sama Alan makanya sampe ngelakuin itu. Lebih tepatnya.. Terlalu berlebihan. Lagian itu juga masa lalu. Kalo aku bisa mengikhlaskan masa laluku, kuyakin Meta juga bisa. Entah aku, Alan ataupun Meta. Ini bukan salah siapa siapa.
"Sebenernya ketemu Alan itu bonus. Juga ketemu sama Lo. Makasih udah nyadarin gue. Nggak lagi gue suka sama orang yang salah. Termasuk Lo."
Kata kata tambahannya terdengar sedikit aneh untukku. Kenapa dia menyebutku? Apa maksudnya?
"Aku? Kenapa?"
Meta memalingkan wajahnya. "Ah- nggak penting. Gue sekarang mau pulang. Sampe ketemu lagi, Sammy."
"Hati hati." Kataku sambil melambaikan tangan.
Baru aja Meta mau bangkit dari duduknya buat pulang ke rumah tapi dia malah duduk kembali dan menatapku. Apa ada yang salah?
"Btw, seneng bisa kenalan sama Lo." Ah.. Mungkin dia mau mengucapkan satu hal itu sebelum pergi.
"Iya. Aku juga seneng kenalan sama kamu kok, Meta."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Badboy
Teen FictionHomophobic gausah baca. Baca gapapa sih asal nggak protes ke saya. ~~~ Warning: bahasa kasar. Kebodohan. Receh. POV 1. 18+(random). Konflikz medium. Alan, si badboy yang terpaksa menjalani les privat karena kebodohannya membuat prihatin guru BK. Sia...