37.

2.3K 133 0
                                    

Happy Reading Guys!

Meja makan tempat kediaman Johan Aditama yang biasanya penuh dengan celotehan putrinya atau pertengkaran kedua anaknya kini hening.

Tidak heran jika Kenzo diam, karena manusia satu itu sudah seperti batu hidup. Tetapi Kia, gadis cerewet yang tak bisa diam walaupun satu jam saja kini sudah seperti menekin pakaian. Hanya diam seperti hidup tapi mati.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Amira lembut.

Kia hanya menggeleng dengan senyum tipis membuat semua orang yang berada dimeja makan merasa heran.

Johan memandang anak laki-lakinya dengan menaikan sebelah alisnya seolah bertanya 'kenapa?' tetapi hanya dibalas kedikan bahu membuat Johan menatapnya datar.

"Rara berangkat" ujarnya pelan sambil menyalami tangan kedua orang tuannya.

Kenzo ikut membuntuti Kia dibelakangnya. Ketika sudah berada diteras rumah, Kenzo memegang bahu Kia membuat Kia menoleh.

Karna memang dasarnya Kenzo irit bicara, dia hanya menaikan alisnya kepada Kia.

Kia yang malas berbicara pun hanya menggeleng lalu melengos pergi menuju motornya. Sepertinya virus malas bicara Kenzo dan Nathan sudah menular ke Kia.

-----

Kringgg Kringggg

Bel tanda pergantian jam yang memasuki jam kedua berbunyi. Kia masih anteng ditempat duduknya.

Sedari tadi, Dinda sudah mengajaknya berbicara bahkan membahas kucing sekalipun, tetapi Kia tetap diam.

Hanya anggukan dan gelengan yang dia dapatkan membuatnya menyerah.

Naila dan Caca pun tak kalah membahas coklat dan antek-anteknya, tetapi Kia masih diam.

Tiba-tiba gadis disamping Dinda, mengangkat tangannya membuat perhatian orang-orang yang berada di kelas teralihkan dari papan tulis.

"Kenapa Kia? Apa mau buat keributan? Ah iya tumben sekali kamu tidak bawel seperti biasanya?" tanya guru mapel yang sedang mengajar.

"Saya ijin ke UKS"

"Kamu sakit? Ya sudah sana, pantesan dari tadi diam saja"

"Lo sakit?" tanya Dinda mencekal tangan Kia yang akan keluar kelas.

"Jangan ganggu gue di UKS"

Tidak menjawab pertanyaan Dinda, Kia malah memberikan sebuah pesan kepada Dinda.

Setelah itu Kia pergi untuk ke UKS seperti yang dia katakan tadi.

Tetapi nyatanya tidak, Kia tidak pergi ke UKS tetapi ke taman belakang. Kia duduk disebuah kursi taman.

Taman belakang, tempat yang indah, asri dan jauh dari keramaian seperti kantin membuat orang-orang yang membutuhkan ketenangan pergi ke taman belakang.

Kia memegangi kalung berbandul batang papan ski. Kalung pemberian seseorang yang dia cintai ketika dia berumur 14 tahun tepatnya ketika kelas 8 SMP.

Tanpa sadar, air mata menetes dari pelupuk matanya membasahi bandul kalung yang saat ini digenggam tangannya.

Ntah kenapa, rasa yang saat ini bersemayam dihatinya tak pernah hilang barang sejenak membuat rasa rindunya semakin menguap kepermukaan.

Rasanya tak percaya saat dokter mengatakan kalau pasien atas nama Sky Arselio telah meninggal dunia.

Hatinya kekeh mengatakan bahwa Sky, kekasihnya masih hidup, tetapi logikanya tak memungkinkan hal itu terjadi, bagaimana bisa orang yang sudah meninggal 2 tahun lalu bisa hidup kembali? Rasanya tidak mungkin.

KIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang