"Jika saja menanti tidak letih, mungkin akan terasa mengasyikan."
-
Lagi-lagi pesan dari pengirim yang sama masuk ke dalam ponsel Maira.
Rafka
Kok gk di balas?
Udah tidur ya?Pikiran Maira bercabang, bingung antara membalas atau membiarkan. Tetapi, Maira berpikir ulang jika memang benar ini nomor Pak Rafka. Anak dari pemilik hotel ini yang dengar-dengar akan segera menggantikan posisi Ayahnya sebagai General Manajer nantinya, tidak sopan bukan? Jika Maira mengabaikan pesan dari atasannya.
Walaupun ragu Maira tetap mengetikan balasan.
Hairunisya Umaira
Maaf sebelumnya. Ini nomor siapa ya?Tetap Maira menanyakan siapa pengirim pesan itu. Bukannya gimana, tapi Maira hanya ingin memastikan saja. Bahwa ucapan dan tebakan Uzma memang benar. Ah, ya Uzma dia sudah tidur selepas menyelesaikan ending dari novel yang dibacanya.
Rafka Sanjaya
Rafka. Cowok yang ada di kamar 231Kening Maira mengernyit heran. Mencoba mengingat siapa orang yang berada di kamar itu, dan sekelebat kejadian yang memalukan malah terlintas di kepalanya. Astaghfirullah.
Tapi sebentar, tamu VIP kamar 231 dan Pak Rafka anak dari pemilik hotel. Ada yang Maira tidak mengerti. Kening Maira berkerut dalam, sampai ia sadar akan sesuatu. Pak Rafka anak pemilik hotel. Menginap di kamar VIP nomor 231. Iya benar. MasyaAllah, Maira tidak menyadari dan lebih parahnya tidak mengetahui hal itu.
Sedangkan di kamar VIP 231 Rafka tengah menggerutu sambil menatapi layar ponselnya. Alasannya hanya satu menunggu balasan dari pegawainya, Maira. Padahal status pesannya sudah bercentang biru artinya sudah Maira baca, tetapi kenapa belum juga mengetikan balasannya. Tangannya baru saja akan mengetik sesuatu sebelum balasan dari Maira masuk.
Hairunisya Umaira
Oh iya, ada apa ya Pak?Apa ini? Kenapa ia lagi-lagi dipanggil 'Pak' apakah setua itu dirinya. Tapi tidak apa Rafka tidak memikirkan soal panggilan sekarang, yang terpenting adalah ia berhasil berkirim pesan dengan Maira.
Rafka Sanjaya
Besok sarapan bareng mau?Gercep sekali Rafka ini. Baru saja bertukar pesan dengan seseorang tapi sudah mengajak sarapan bareng saja. Yang jadi persoalan di sini adalah mereka itu dua sosok asing yang baru saja berkenalan. Ralat bukan berkenalan, tapi apa ya bingung untuk menjelaskannya. Pokoknya terlalu cepat untuk ukuran semestinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insya Allah Ta'aruf
General Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Izinin gue memantaskan diri buat lo, Ra. Kalau udah pantas gue bakalan ajak lo ta'aruf," kata Rafka. Ucapan Rafka membuat Maira terdiam di tempatnya. "Lebih baik Bapak pantaskan dulu diri Bapak di hadapan-Nya. Urusan jodoh...