Makan siang bersama

31 25 2
                                    

"Definisi bahagia seseorang itu berbeda, hanya dengan hal kecil saja bisa membuat seseorang itu tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Definisi bahagia seseorang itu berbeda, hanya dengan hal kecil saja bisa membuat seseorang itu tertawa. Itulah bahagia."

_Uzma Latifah_

-

Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 dan kini kedua perempuan dengan gamis yang berbeda tengah duduk di lobby. Maira dan Uzma, ya ke duanya memang sedang menunggu seseorang.

"Kamu beneran kan, Ra. Yang ajak kamu makan siang Pak Rafka apa jangan-jangan kamu salah orang?" tanya Uzma yang sudah kelewat penasaran, tetapi orang yang ditunggu malah tidak datang-datang.

"Benar, kata kamu Pak Rafka yang ada di kamar VIP 231. Itu orang yang sama kan?" Maira balik bertanya.

"Iya sih, kata pegawai lain juga Pak Rafka emang nempatin kamar itu. Tapi mana kok nggak datang-datang sih orangnya, padahal kita udah nunggu lama," dumel Uzma. Setelah memberitahu kejadian di mini market kemarin memang Uzma sudah sangat ekspresif.

Tak tak tak

Suara sepatu seseorang terdengar jelas ke arah mereka. "Maaf nunggu lama, ya?" Suara seseorang menginterupsi keduanya.

"Pak Rafka," lirih Uzma memanggil nama orang di depannya dan sekarang malah sudah memandang dengan tatapan memuja ke arah Rafka.

Maira menyenggol lengan Uzma. Menyadarkan Uzma, tetapi nihil. Uzma masih bersikap seperti itu. "Eh, tidak apa Pak."

Rafka berdehem guna menyadarkan Uzma. Karena ia sudah terbiasa melihat orang-orang macam Uzma ini.

"Ehem." Dan benar saja Uzma sadar dan langsung mengalihkan pandangannya, lalu berpura-pura membetulkan letak jilbabnya. Dasar perempuan.

"Yasudah ayo berangkat." Lalu mereka berangkat menuju sebuah resto yang tidak begitu jauh dari hotel.

"Silahkan kalian mau pesan apa?" tanya Rafka sambil menyodorkan buku menu.

Maira dan Uzma bersamaan memilih. Yang pasti mereka mencari yang murah, mengingat kantong mereka kan masih tipis. Belum gajian, begitupun Maira yang sebelumnya sudah menjelaskan bahwa ajakan Rafka adalah untuk membayar hutang di mini market kemarin. Yang Maira yakini pasti nanti Maira yang akan membayar makanannya, 'kan?

"Kamu pesannya yang murah aja ya, Ma. Soalnya uangku takut nggak nyukup," bisik Maira ke Uzma yang masih memilih menu.

Tapi Rafka masih bisa mendengar bisikan Maira. Dalam hati Rafka tertawa, tapi di mulutnya sekarang hanya senyuman yang tersungging. Lucu sekali gadis ini.

"Pesan saja apa yang kalian mau. Biar saya yang bayar," kata Rafka, membuat kedua gadis di depannya saling pandang.

Uzma langsung memilih makanan paling mahal, sedangkan Maira. "Pak, tapikan ini buat ganti uang yang kemarin. Jadi saya yang seharusnya bayar."

"Bayarannya kan cuman nemenin saya makan. Bukan bayarin makanan saya." Tunggu sejak kapan Rafka menggunakan kalimat formal dalam berbicara? Entah kalian sadar atau tidak.

Maira ingin menolak, tetapi keduluan dengan seorang pelayan yang menghampiri mereka dan menanyakan pesanan.

"Baik. Ditunggu ya, Pak, Bu," ucap pelayan itu.

Suasana diantara ketiganya hening. Rafka sibuk dengan ponselnya, Uzma sibuk memandangi wajah Rafka, dan Maira sibuk menata kalimat yang tepat agar ia bisa mengganti uangnya kepada Pak Rafka.

"Kamu kenapa?" tanya Rafka saat menyadari Maira yang tengah melamun.

"Eh, sa-saya gapapa Pak," celetuk Uzma. Rafka menoleh sekilas ke arah Uzma. Bukan gadis itu yang Rafka tanya, tapi Maira.

"Maira kamu kenapa?" Rafka mengulang pertanyaan. Hal itu sontak membuat Uzma malu karena sudah salah sangka, ternyata bukan dirinya yang Rafka tanyai.

Sedangkan Maira terlonjak kaget, seperti orang linglung Maira malah balik bertanya, "K-kenapa Pak?"

"Kenapa ngelamun?" Maira bingung harus menjawab apa. Kepalang ketangkap basah sedang melamun, dirinya harus menjawab apa. Jujur atau tidak?

"T-tidak ada Pak. Maaf." Selesai Maira berucap dengan gugup, bertepatan pula pelayan tadi datang dengan pesanan yang ketiganya pesan.

Mereka mulai makan dengan hening. Sejujurnya Rafka tipe orang yang tidak bisa jika harus berdiam tanpa berbicara di saat ada orang di depannya. Tetapi kali ini, Rafka hanya berusaha menjaga image di depan pegawainya. Terlepas dari Maira yang mungkin sudah mengetahui image buruknya waktu itu.

Hampir dua puluh menit ketiganya menyelesaikan acara makan. Setelah membayar makanan mereka, lebih tepatnya Rafka yang membayar. Ketiganya kembali ke Sanjaya hotel.

***

"Sumpah Ra, aku senang banget akhirnya bisa makan semeja bareng Pak Rafka. Mimpi apa aku semalem," cerocos Uzma kala Pak Rafka sudah pergi dari hadapan mereka.

Ya. Mereka baru saja sampai kembali ke hotel. Pak Rafka, dia sudah lebih dulu pamit ke ruangannya untuk menyelesaikan tugas. Maira dan Uzma sedang berjalan menuju ruangan housekeeping mengambil nomor kamar atau ruangan yang membutuhkan tugas keduanya.

"Kamu senang, tapi aku yang ngerasa nggak enak sama Pak Rafka, Ma. Aku belum balikin uangnya, malah tadi dia yang bayar makanannya juga." Maira masih saja memikirkan itu.

"Yaudah Ra. Lagian Pak Rafka kan punya banyak uang, jadi wajar kalau dia nggak mau diganti uangnya. Mending uang kamu disimpan lagi aja," jelas Uzma.

Tetap saja. Tapi yasudah lah, Maira coba untuk tidak memikirkan lagi. Toh, memang benar Pak Rafka yang sedari kemarin tidak mau meminta ganti. Hanya terima kasih yang mampu Maira batin untuk Pak Rafka.

"Heh, kamu mau kemana Ra," teriak Uzma dari belakang. Maira tersentak lalu berbalik badan.

"Mau ke ruang housekeeping." Uzma tertawa pelan. "Ruang housekeeping di sini, kamu mau ngapain ke sana," kata Uzma sembari menunjuk pintu ruangan di sebelahnya.

Maira gelagapan melirik lorong depannya dan kembali melirik pintu yang tadi di tunjuk oleh Uzma. Sambil menepuk jidat dan tersenyum malu, Maira membalikan langkahnya menghampiri Uzma.

"Lagi ngelamunin apa sih kamu, Ra. Sampai kebablasan gitu?" tanya Uzma sambil tersenyum menggoda.

"H-hah nggak ... nggak ada yang aku lamunin, kok." Daripada harus menjawab berbagai pertanyaan dari mulut Uzma, lebih baik Maira segera masuk ke ruangan agar cepat bekerja.

Setelahnya Uzma pun mengikuti langkah Maira masuk ke dalam.

Maaf part kali ini pendek ya?

Besok aku buat lebih panjang deh

Dan maaf juga, poster di bagian atas nggak bisa ke upload lagi kaya kemarin

Kesal, entah kenapa itu. Masa nggak jadi juga padahal sinyal bagus

Next deh, bismillah semoga jadi ya😊

Insya Allah Ta'arufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang