Angkasa menatap matahari yang mulai tenggelam, cahayanya perlahan memudar, hendak berganti peran dengan bulan. Angin sepoi-sepoi menembus dedaunan, meruntuhkan beberapa untuk jatuh mencium daratan.
"Raina!"
Kepala gadis bertudung putih bersih menoleh kebelakang, siapa yang berani mengusik acara jalan-jalan sore Raina.
"Jenta?" Dahi gadis itu mengernyit, alisnya menyatu melihat penampilan Jenta yang seperti bapak-bapak pulang sholat jum'at, namun di satu sisi dia juga seperti pemain bola yang kehabisan napas.
"Ikut aku kerumah sekarang. Aku mohon, ini sangat penting." Pemuda bersarung itu hampir saja menarik tudung Raina, sebelum akhirnya Raina melangkah mundur.
Kaki Jenta mengentak-entak. "ini soal Bunda, Raina!" pekiknya hingga membiarkan tubuh gadis didepannya tersentak.
"Bunda kenapa?"
"Aduh... Kamu banyak tanya banget, ikut aja dulu, penting ini!" Akhirnya Jenta menarik ujung tudung Raina pelan, membuat gadis itu terpaksa mengikuti langkah besar milik Jenta.
Sesampai di depan rumah Jenta, pemuda itu langsung mendorong pintu kencang, dan menimbulkan suara keras. "Assalamu'alaikum, Bunda!" teriak Jenta sembari menjatuhkan diri ke atas sofa empuk. Dia benar-benar lelah, kakinya sedikit keram karena mencari Raina keliling RT.
Bunda yang mendengar putra semata wayangnya berteriak histeris langsung melempar sodet ditangannya, berlari kecil menghampiri sumber suara. "Ada apa, Jejen?" tanya Bunda dengan wajah panik dan memerah karena sehabis memasak.
Telunjuk Jenta bergerak naik, menunjuk gadis yang sedang memasang wajah bingung. Sebenarnya ada apa ini, mengapa Raina diseret-seret kesini.
"Aku kenapa?" Raina menunjuk dirinya sendiri.
Kedua alis Bunda menyatu, menatap kedua orang didepannya bergantian. Mulut Bunda berbentuk bulat, akhirnya dia paham, dan langsung menyambar tangan Rainan. "Raina mau ya makan disini, Bunda masak kangkung sama udang asam manis. Ikut ke dapur yuk."
Jenta membawa gadis cantik itu untuk Jaehyun, sahabatnya berniat meminta maaf, dan Bunda sudah dengar cerita lengkap versi kedua pemuda itu. Walau Jaehyun akhirnya mendapatkan pukulan maut.
Raina ditarik menuju dapur, kepalanya menoleh menatap pemuda dibelakangnya penuh tanya. Jenta hanya menaikkan bahunya dan tersenyum tipis.
"Raina duduk sini, Bunda ambil piring dulu, " ucap Bunda sembari berjalan meninggalkan gadis itu sendirian di meja makan yang penuh dengan lauk pauk.
"Bunda! Jaehyun mau makan..."
Teriakan Jaehyun menggema. Mata Raina membola, bagaimana bisa Jaehyun ada disini, bukankah dia menetap di Bandung hingga nanti kuliah aktif kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Beda Iman | Jaehyun ✓
Fanfiction"Dimana Abi sekarang, Umi?" "Abi bersama keluarga barunya." "Kenapa tidak bersama kita?" "Karena Abi menang, dia lebih memilih Tuhannya ketimbang memilih Umi." Pernikahan beda iman itu berat, dan Jaehyun memilih melepas beban itu dari punggungnya.