Taktik

1K 199 27
                                    







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Kalau dibandingin. Lo sama Daruja kalah jauh, Jae." Jenta menunjuk sahabatnya dengan sendok yang ada ditangannya. "Lo cuman mahasiswa tingkat akhir yang masih bau bawang. Sedangkan Daruja, mapan, dewasa, dan yang paling penting dia muslim."

Kedua bola mata Jaehyun bergulir malas. "Kalau itu gue juga tau, Jen. Masalahnya, gimana cara untuk meyakinkan Raina?"

Pemuda yang sedang asik mengigit bakso urat itu mendengkus. "Ya lo mikir aja, Jae."

"Yang bener sialan!" Jaehyun menarik mangkuk bakso Jenta hingga pemuda itu berdecak sebal.

"Dia dikasih dua pilihan. Pilihan pertama adalah menikah dengan pria mapan kaya raya dan sholeh. Dan pilihan kedua adalah mencintai orang yang tidak seiman dengannya dan belum pasti bakal nikahin dia, " sindir Jenta sembari menyambar mangkuk baksonya kasar.

"Gue bakal nikahin Raina, Jen."

Plak

Jenta menampar pipi sahabatnya pelan. Iya, pelan tapi pasti, pasti sakit. Sebelum Jaehyun protes, Jenta sudah menaruh telunjuknya di depan mulut pemuda berkemeja merah marun itu.

"Sadar, Jae! Lo gak bakal dapat hambanya jika belum mencintai Tuhannya."

__-__


Hembusan napas dan deru kipas angin saling bersautan, petikan jari dan detak jarum jam bersuara seirama. Jaehyun menatap dosen di depannya tajam, dia mendengkus saat melihat cincin di jari manis pria itu.

"Sialan!" umpat Jaehyun. Telinganya sedikit memerah karena melihat cincin yang sama di jari manis Raina.

"Dia benar-benar menerima lamaran itu? Gue kira bercanda."

Setelah tiga puluh menit mengoceh, Daruja mengakhiri kelasnya, berjalan keluar dengan tas ransel berisi laptop dan bahan ajar lainnya. Tidak hanya dosen itu yang keluar dari kelas, mahasiswa pun mulai berdiri dan meninggalkan kelas.

"Raina!" ucap Jaehyun sedikit kencang.

Sudut mata gadis itu melirik pemuda yang sedang mendekati tempatnya, dan berjalan melewati Jaehyun tanpa berniat menjawab sapaan pemuda dengan lesung pipit.

"Mari ngobrol sebentar, sepertinya ada film bagus yang keluar hari ini, " ucap Jaehyun sembari menarik ransel gadis bertudung hitam itu.

Raina yang sudah ditahan hanya bisa menghembuskan napas pelan. "Ini yang terakhir, Jaehyun."

Jawaban Raina membuat pemuda bersurai gelap itu tersenyum puas. "Ayo cepat!" Jaehyun melangkah lebih dulu, mengambil posisi di depan gadis itu. "Karena kamu mau nemenin saya nonton, saya akan belikan kamu banyak popcorn dan es krim."

Sudut bibir gadis berperawakan mungil itu terangkat, dia mengulas senyum karena melihat Jaehyun yang bersemangat dan terus saja mengoceh sembari melempar gombalan manis.

"Aku harap kamu akan selalu seperti ini, Jaehyun."

Langkah Jaehyun memimpin ekspedisi mencari tempat makan, sehabis menonton dia terus saja mengeluh kepada Raina perihal perutnya yang berbunyi nyaring.

"Bagaimana kalau sushi?" tanya Jaehyun sembari terus berjalan.

"Tidak bisa."

"Kenapa?"

"Saya takut dia mencampurkan sake atau mirin tidak halal. Kalau burger saja bagaimana?"

Kepala Jaehyun menoleh ke belakang. "Kamu tidak bosan?"

Raina menggeleng. Gadis itu ketagihan burger karena Jaehyun. Sedari dulu dia tidak pernah diijinkan untuk makan makanan cepat saji, jadi untuk bosan akan sangat tidak mungkin.

"Nah! Ini burger dengan double cheese untuk Raina." Jaehyun menaruh burger itu di atas meja. "Dan ini es krim vanilla dengan toping oreo." Pemuda itu menaruh dua cup es krim dan berjalan ke meja yang sedikit lebih jauh dari meja Raina.

"Selamat makan, Raina."

Mereka mulai memasukkan makanan ke dalam mulut, meninggalkan kesunyian karena tidak ada satu pun yang menciptakan sebuah percakapan.

"Sehabis ini mau main ke Zonawaktu? Saya yakin kamu belum pernah main kesana."

__-__


"Tembak yang sebelah kiri, Raina!" pekik Jaehyun sembari terus menarik pelatuk pistol mainan.

"Jaehyun awas!" Gadis itu berteriak gemas saat pemuda disampingnya tidak becus mengurus urusan tembak-menembak.

"Yah... kalah, " desah Raina. Kepalanya menoleh ke samping. "Kamu sih, Jae! Masa nembak begitu aja gak bisa, kan kita jadi kalah."

Mata Jaehyun mendelik. "Kok saya? Yang gak bisa main itu kamu, tuh lihat." Jemari pemuda itu menunjuk skor yang berada di layar. "Skor kamu lebih kecil daripada saya. Yang gak bisa main itu kamu, " ledek Jaehyun sembari menjulurkan lidahnya.

Bibir gadis itu mengerucut lucu, pipinya menggembung. "Pokoknya salah kamu!"

Tawa Jaehyun meledak, dia tidak mampu lagi menahan diri dari serangan keimutan seorang Raina. "Ya sudah, saya yang salah. Sekarang mau main apa lagi?"

"Yang itu boleh?" Raina menunjuk mesin capit boneka.

Sudah dua puluh menit gadis itu bermain capit boneka, namun tidak ada hasilnya. Raina menggeram kecil, lagi-lagi bonekanya terjatuh.

Sedangkan Jaehyun bersandar pada dinding sembari memperhatikan sosok gadis yang wajahnya semakin memerah karena kesal. Dia mulai mendekati Raina dan mendorong tubuh itu agar bisa mengambil alih permainan.

"Mana kartunya?"

Raina menyerahkan kartunya kepada Jaehyun.

"Lihat dan perhatikan, Raina." Pemuda itu menggesek kartu dan mulai bermain. Tidak sampai lima menit, Jaehyun berhasil mendapatkan satu boneka panda.

"Kok bisa sih, " protes Raina sembari mengambil boneka yang Jaehyun sodorkan.

"Jaehyun gituloh..." Kedua alis pemuda itu terangkat, menampilkan wajah sombong yang membuat Raina berdecih.


__-__



Raina sampai di rumah pukul delapan malam, dia melepas sepatu dan membuka pintu. "Assalamu'alaikum, " ucap Raina pelan sembari berjalan memasuki rumah.

"Kemana saja kamu?"

Tubuh Raina seketika menegang, suara Bapak terdengar tidak bersahabat.

"Jalan sama siapa kamu? Siapa cowo yang tadi? Siapa, Raina?" bentak Bapak, dia mendesak anaknya untuk menjawab pertanyaan.

"Jaehyun, " jawab Raina pelan.

"Kamu itu sudah punya calon suami, harusnya kamu tau batasanmu! Bagaimana jika Daruja tau kalau calon istrinya keluyuran dengan pria lain?"

Bapak menghela napas kasar, dia mencoba tenang saat melihat tubuh anak gadisnya bergetar ketakutan. "Sekarang Bapak tanya. Kamu tadi sholat ashar dan magrib tidak?"

Kepala Raina menggeleng, dia lupa menunaikan ibadah karena terlalu asik bermain dengan Jaehyun.

"Masuk ke kamarmu cepat! Sholat taubat dan renungkan kesalahanmu!"
























Sore semua, kalian akan saya bawa kedalam konflik yang berkepanjangan. Entah berakhir bahagia atau malah mengukir kesedihan.

Imam Beda Iman | Jaehyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang