Setelah masalah perjodohan bulan lalu, Jaehyun semakin gencar mendekati Raina. Dia kembali mengirim kotak bekal, namun sekarang dia melakukannya secara terang-terangan.
Seperti siang ini, pemuda itu rela berpanas-panasan untuk menunggu Raina keluar dari masjid. Satu tangannya membawa bekal, satunya lagi dimasukkan ke dalam saku celana.
"Raina!" teriak Jaehyun saat melihat gadis yang dia tunggu berjalan mendekat. Tangannya melambai-lambai tinggi, lesung pipitnya tercetak.
Gadis itu hanya mampu menutup wajahnya dengan telapak tangan, menahan malu karena menjadi pusat perhatian. Apa Jaehyun gila? Dia berteriak saat masjid kampus benar-benar ramai.
"Ini bekalmu hari ini, khusus hari ini saya menambahkan ikan goreng tepungnya lebih banyak." Jaehyun menyerahkan kotak bekal berwarna merah muda itu, dan Raina menerima.
"Terimakasih, Jae. Tapi untuk besok dan seterusnya, kamu bisa berhenti membawakan saya bekal. Dan kamu juga harus berhenti mengisi loker saya dengan coklat dan surat-surat. Saya permisi, assalamu'alaikum."
"Tunggu dulu, Raina!" ucap pemuda itu keras dan membuat langkah Raina terhenti.
"Memangnya kenapa? Kamu gak suka bekalnya?"
"Bukan begitu, Jae."
"Apa saya harus mengganti koki?"
Kepala Raina menggeleng. "Tidak perlu, Jae."
"Kamu tidak suka coklat? Apa mau saya ganti dengan kue kering saja?
Gadis itu kembali menggeleng dan menghembuskan napasnya kasar. "Tidak, Jae."
"Bagaimana dengan es krim di jam makan siang dan sepotong kue redvelvet di akhir kelas? Atau kamu mau saya ganti surat-suratnya dengan origami lucu?"
Jaehyun menepuk bahu Raina saat pertanyaannya tak kunjung dibalas.
"Kamu mau apa? Saya akan ganti semua yang kamu gak suka. Atau mau bekalnya diganti dengan mie ayam kantin? Atau." Ucapan Jaehyun terhenti.
"Tidak, Jae!" teriak Raina frustasi. "Saya tidak butuh apapun, dan tolong jauhi saya."
Dahi pemuda itu mengernyit. "Kenapa? Kalau kamu gak suka bekalnya saya bakal ganti."
"Ini bukan masalah saya gak suka dengan bekal kamu. Tapi ini karena saya sudah menerima semuanya, saya menyetujui lamaran itu." Perkataannya terhenti, dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Saya ingin berdamai dengan takdir, Jae. Saya mohon, jauhi saya, " ucap Raina dengan suara lirih. Dia memalingkan wajah, tidak berniat menatap Jaehyun yang memandangnya dengan tatapan kecewa.
"Kamu berdamai dengan takdir, atau memaksakan diri untuk menyenangkan hati orang lain?"
_-_
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Beda Iman | Jaehyun ✓
Fanfictie"Dimana Abi sekarang, Umi?" "Abi bersama keluarga barunya." "Kenapa tidak bersama kita?" "Karena Abi menang, dia lebih memilih Tuhannya ketimbang memilih Umi." Pernikahan beda iman itu berat, dan Jaehyun memilih melepas beban itu dari punggungnya.