Pagi pertama menjadi istri orang, ya orang lah. Masa istri jin, kalau gitu Raina mainnya kejauhan. Kembali ke dapur, perempuan dengan kaos hitam dan rambut yang dikuncir tinggi sedang mengaduk-aduk wajan berisi ayam goreng tepung saus padang.
Tangannya lihai mengambil piring dan menuangkan makanan masak ke dalamnya. Raina mengusap pelipis, dapur memang sangat panas. Mungkin nanti perempuan itu akan berdiskusi dengan Jaehyun untuk memikirkan solusinya.
"Siap, " ujar Raina seraya menaruh piring berisi ayam goreng tepung saus padang ke atas meja makan, dia juga sudah menyusun peralatan makan sedemikian rupa. Ini hari pertama, dan tidak ada salahnya untuk membuat pujaan hati terkesan.
Dengan pelan Raina menekan gagang pintu, mendorong dan membukanya lebar-lebar. "Jae, ayo bangun. Kamu hari ini ada pertemuan dengan para direktur." Perempuan itu mendekati buntalan selimut tebal yang tentu saja berisi suaminya.
"Jae, ayo bangun dulu." Raina menepuk-nepuk buntalan itu, menarik sedikit selimut agar dapat melihat wajah Jaehyun.
"Jae, " panggilnya sedikit lebih kencang.
Tangan perempuan itu ditarik. "Eh!" Tubuhnya limbung dan terjatuh di atas tubuh Jaehyun.
Pria bermuka bantal mulai membuka matanya. Wajahnya sedikit membengkak, kantung mata terlihat mengenaskan itu muncul karena aktivitas mereka berdua tadi malam.
"Kenapa panggilnya Jae? Harusnya Mas." Jemari miliknya mencubit hidung mungil sang Istri.
Raina mencoba bangun, namun Jaehyun memeluk pinggangnya cepat, menarik wanita itu untuk semakin dekat. "Siapa yang suruh berdiri?"
"Ayolah, Mas. Ini udah siang, nanti kamu telat . Hari ini ada rapat sama para direktur." Keluhan itu membuat pria dihadapannya tertawa gemas dan semakin mengeratkan pelukan. Kepala Jaehyun menelusup ke leher Raina, menghirup aroma sabun yang sekarang menjadi wangi favoritnya.
"Rapatnya minggu depan aja."
"Mana bisa, Mas, " protes sang Istri, tubuhnya menggeliat tak nyaman karena Jaehyun mengecup lehernya berkali-kali.
"Mas kan bosnya. Lihat dan perhatikan ya, Dek." Jaehyun meraih ponsel yang berada di atas nakas, jemarinya menekan-nekan tombol dan mendekatkan benda itu ke telinga.
"Assalamu'alaikum, Mas Bulan. Rapat diundur sampai minggu depan, tanggal tepatnya saya hubungi nanti. Terimakasih, Mas. Assalamu'alaikum."
Dia kembali menaruh ponselnya sembarang. "Tuh kan, Mas bosnya."
Mata Raina memutar malas, dia mencoba berdiri dengan kedua telapak tangan yang menumpu pada dada bidang Jaehyun. "Iya deh, iyain aja. Sekarang ayo makan! Aku udah masak."
Akhirnya, setelah berjuang sampai titik darah penghabisan. Jaehyun melepaskan pelukannya, membiarkan perempuan cantik itu berdiri.
"Eh! Sebentar, " ucap pria itu sembari bangun dari tidurnya, matanya berkeliaran menatap tubuh Raina.
"Kenapa, Mas?" Merasa diperhatikan, Raina ikut melihat dirinya, mencari kesalahan yang sepertinya tidak ada.
"Kamu pakai kaos Mas?"
Seketika wajah perempuan itu pucat, matanya melirik sana-sini tanpa mencari pembelaan. "Maaf ya, Mas, " lirihnya sembari menundukkan kepala.
"Gak apa-apa, Dek." Jaehyun berdiri, mendekati istrinya dan mengusap surai lembut itu gemas. "Kamu lucu, kayak ikan tenggelam gitu."
__-__
Rapat yang dibatalkan membuat orang kantor ketar-ketir, sibuk beradu mulut untuk menengahi. Bagaimana tidak ribut, rapat kali ini melibatkan semua direktur dari perusahaan Jaehyun, termasuk Bulan Lesmana.
"Apa tidak bisa berjalan tanpa direktur utama?" tanya perempuan bermata bulat di sudut ruangan. Dia terus saja menghela napas karena tidak tahan dengan kebisingan di ruangan itu.
Bulan yang mendapat telepon berisi pembatalan hanya dapat tersenyum kaku, tangannya sedang menahan Johnny yang menarik jasnya. "John, misi dulu napa!" bisiknya dengan nada tegas.
Perlahan Johnny melepaskan sahabatnya itu, menepuk-nepuk jas kusut Bulan dengan kasar. "Jangan sampe lo mati sekarang ya, Lan. Gue udah batalin acara ulang tahun anak gue cuman buat rapat sialan ini!"
"Jadi gimana, Pak Bulan? Saya masih ada acara siang ini!" teriak direktur pengembangan usaha kepada Bulan.
Sedangkan pria yang mendapat banyak protes itu hanya mampu menghela napas banyak-banyak, dia mengusap wajahnya kasar.
"Jaehyun!"
"Dek, masa kuping Mas panas." Jaehyun mengusap telinga kanannya yang memerah.
Raina yang berada didekapan pria itu melirik sedikit, matanya membulat lantaran terkejut dengan keadaan telinga suaminya. "Kamu ada alergi gak, Mas? Kok bisa begini?"
Jaehyun semakin menarik tubuh Raina, hingga wajah pria yang berpura-pura memelas itu berjarak lima centi dengan wajah terkejut Raina. "Sakit, Dek. Cium dong, " rayunya dengan nada mendayu-dayu, bibirnya mengerucut.
Puk, perempuan berambut panjang itu menepuk pipi tembam suaminya pelan. "Yang sakit telinga, kok minta cium di bibir."
"Gak papa dong, kan Mas suami kamu." Bibir penuh Jaehyun menyentuh bibir lembut sewarna peach itu, melumatnya pelan seakan bibir itu akan hancur dibuatnya.
Desahan keluar tanpa ijin, pemiliknya sampai terkejut dan mendorong pria dihadapannya. "Eumh... Jaehyun Jangan, " keluh Raina sembari mengusap bibirnya yang basah. Dadanya naik-turun, mencoba mengatur napas dan detak jantung yang memburu.
Bukannya menjauh, Jaehyun kembali memajukan wajahnya, memakan benda tak bertulang itu dengan penuh nafsu. Setelah lima menit saling melumat, pria itu memutuskan berhenti dan menciptakan benang saliva hingga membasahi dagu masing-masing.
"Bibir kamu manis, Dek, " puji Jaehyun sembari mengusap jejak yang tersisa di bibir dan dagu istrinya. Kedua cacat dipipinya tercetak karena melihat wajah Raina memerah seperti kepiting rebus.
"Mas mah!" Raina memukul dada bidang Jaehyun dan melepas rangkulan pria itu. "Aku mau kerja aja, kasihan si Fitri ngurus berkas sendiri."
"Eh!" Pria itu hendak berdiri, namun bahunya di dorong Raina hingga kembali menyentuh kasur. "Ya Allah! Raina jangan pergi hey!" pekik Jaehyun sembari berlari mengejar istrinya.
Semoga disini tidak ada anak dibawah umur 16 tahun
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Beda Iman | Jaehyun ✓
Fanfiction"Dimana Abi sekarang, Umi?" "Abi bersama keluarga barunya." "Kenapa tidak bersama kita?" "Karena Abi menang, dia lebih memilih Tuhannya ketimbang memilih Umi." Pernikahan beda iman itu berat, dan Jaehyun memilih melepas beban itu dari punggungnya.