Tak ada angin tak hujan. Pribahasa ini sangat tepat untuk sosok pria yang memiliki netra sedalam palung dan menghangatkan. Di sore hari nan mendung Raina dikagetkan dengan permintaan suaminya.
"Kamu serius?" Raina menatap mata Jaehyun penuh tanya. "Kita bisa pelan-pelan kok, Mas. Tidak perlu buru-buru." Usap demi usap wanita itu hadiahkan pada punggung tangan Jaehyun, membuat pria itu tersenyum lebar.
Jaehyun mengutarakan ide nekatnya kepada Raina sore ini, tidak nekat sebenarnya. Namun, mampu membuat perempuan yang menyandang gelar sebagai istrinya pusing tujuh kepalang karena terlalu senang. Tapi di lain sisi, Raina bimbang, dia tidak tau harus menjawab iya atau tidak.
Menjadi seorang mualaf tidak mudah, mereka harus bertanggung jawab atas syahadat yang mereka ucapkan. Rukun iman dan rukun islam harus ditaati, dan hal ini sedang dilakukan Jaehyun perlahan-lahan.
Raina sendiri tidak pernah memaksa atau menuntut suaminya, dia membiarkan Jaehyun berjalan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Raina ingin pria itu menjalankan semua kewajibannya tanpa terpaksa.
Alhamdulillah, Raina sangat bersyukur kepada Allah karena memberikan pria seperti Jaehyun. Pria baik yang mau dan cepat belajar, hanya dalam waktu sebulan Jaehyun sudah hapal bacaan sholat dan beberapa surat pendek.
Dan tidak puas sampai disana, pria berbahu lebar itu ingin mencoba belajar Al-Qur'an lebih dalam. Tidak masalah sebenarnya, malah Raina sangat senang. Hanya saja entah mengapa hati kecil perempuan itu gelisah dan membisikkan ketakutan.
"Boleh ya, Dek?" tanya Jaehyun sembari mengecup seluruh permukaan wajah Raina, membuat sang istri memekik geli dan terpaksa berteriak iya.
__-__
Tawa Raina meledak, sudut matanya berair dan pipinya terasa pegal. Sungguh perutnya sekarang terasa keram karena terlalu lama tertawa. Ini semua karena Jaehyun, suaminya, datang mengejutkan Raina dengan wajah penuh tepung."Kamu ngapain, Mas?" tanyanya sambil mengusap pipi Jaehyun dengan kedua tangan. Tawanya tetap bersuara, walau sedikit melemah karena Jaehyun mengerucutkan bibir dan hendak menangis.
"Jangan kayak anak kecil, Mas. Kamu abis ngapain sampai begini?" Mata Raina naik turun, menatap keadaan suaminya yang lebih lucu dari badut maskot piala dunia.
Hidung memerah, wajah penuh tepung, dan jangan lupakan rambut yang biasanya rapih akibat pomade sekarang berdiri tegak layaknya orang kesambar petir.
"Tadi, tadi Mas lagi bikin kue. Terus Mas kira itu bubuk red velvet, tau-taunya bubuk cabe, " adunya sembari mengusap hidung kasar. Hidungnya sangat sakit karena menghirup bubuk cabe tanpa sengaja.
Raina menepis tangan Jaehyun. "Jangan digosok terus nanti malah lecet." Dia memiringkan kepala, melihat keadaan dapur yang sebelas-dua belas dengan laboratorium selepas gagal uji coba, hancur berantakan.
Ya sebenarnya, Jaehyun adalah ilmuwan itu. Ilmuwan yang kebelet bisa bikin kue, padahal mah megang sodet aja gak bisa. Biasanya pria itu ke dapur kalau lapar doang, atau main perang-perangan sama Jenta sampai ngerusak semua alat masak. Ah... jadi rindu.
Kalau orang-orang merayakan anniversary saat satu tahun pernikahan, Jaehyun akan mengadakan acara itu setiap bulan. Dan ini adalah bulan kedua, jadi hasrat untuk membuat acara yang lebih baik dari bulan sebelumnya sangat membludak.
Namun rencana hanya rencana, tidak berjalan dengan apa yang ada di dalam mimpi-mimpi malam kemarin. Red velvet cake berubah menjadi kue neraka, harusnya manis malah pedas. Dasar Jaehyun.
"Ya sudah. Gak papa, Mas, " ucap Raina sembari memungut beberapa alat masak yang jatuh ke lantai. "Kita bisa beli di toko kue biasa."
Jaehyun berjalan mendekati Raina, memeluk tubuh itu dari belakang. "Maaf ya, Dek. Bulan depan Mas janji bakal bikin kue yang enak."
Nasi sudah jadi bubur, kue manis impian juga sudah jadi kue sepanas neraka. Tapi tidak ada yang bisa menghalau langkah Jaehyun untuk membuat makan malam spesial, tanpa kue buatan sendiri pun tak masalah bukan.
Meja bar minimalis depan dapur sudah dihias sedemikian rupa. Kain merah, lilin aroma, kue red velvet kesukaan Raina. Dan jangan lupakan kopi dingin tanpa gula yang menjadi kesukaan mereka berdua.
Dengan lihai pria berjas putih bersih memotong kue red velvet yang dia pesan dari toko kecil langganannya, menaruh sepotong kue itu di piring Raina. "Selamat hari pernikahan yang ke dua bulan, " ucapnya senang.
Raina terkekeh geli, apa-apaan dengan hari pernikahan ke dua bulan. Dia tak pernah merasakan hari spesial, karena disetiap hari ulang tahunnya tidak ada kue atau ucapan selamat. Hanya seorang Jaehyun yang memperlakukan perempuan itu seperti ratu.
"Walau sedikit tidak beraturan, tapi setelah ini akan ada pertunjukan memasak steak." Jaehyun berdiri, melepas jas dan ditaruh di kepala kursi.
Jaehyun sengaja mengadakan makan malam di meja bar minimalis depan dapur, sehingga dia bisa pamer kelihaian memasak steak yang sebenarnya dia cuman modal nonton tutorial YouTube.
Perempuan itu memekik girang dan bertepuk tangan saat Jaehyun membalik daging dengan gaya, dimatanya itu sungguh sesuatu yang menakjubkan. "Wah... Mas Jaehyun memang yang terbaik." Raina memberi jempol.
Kedua alis Jaehyun terangkat, dia meraih gagang pan dan berniat membalik daging tanpa bantuan alat apapun. Namun, puk.
"Astaghfirullah, " teriak Raina saat daging steak meloncat tinggi dan jatuh ke lantai. Jaehyun tak bisa menahan wajahnya untuk tidak terkejut, lagi-lagi dia mengacaukan acara.
Raina berdiri dari duduknya, berjalan cepat menghampiri suaminya. "Kamu gak papa, Mas? Ada yang kena minyak gak tangannya?" Tangan perempuan itu meraba-raba tubuh Jaehyun, mengecek kondisi suaminya.
"Maafkan Mas, Dek, " sesal Jaehyun sembari menjatuhkan diri di dalam pelukan Raina, menyembunyikan wajah jeleknya di leher sang istri. "Dagingnya jadi jatuh, gak bisa dimakan. Maaf."
Mata Raina mengedip-ngedip, dia terkejut dengan tindakan Jaehyun yang tiba-tiba. "Gak papa kok, Mas." Telapak tangannya menyapa punggung lebar Jaehyun, mengusap lembut sebelum melepaskan pelukan.
"Maaf ya, Dek. Kita langsung lanjut ke sekmen selanjutnya." Jaehyun menggenggam tangan kecil istrinya, menuntun hingga berada di ruang keluarga.
Sedari tadi dahi Raina mengernyit, dia menatap bingung Jaehyun yang mondar-mandir mencari mic. Apalagi saat kembali, pria itu membawa mic dan Al-Qur'an. Raina semakin bingung, untuk apa semua itu.
Klik, lampu kecil di mic berubah warna menjadi hijau, menandakan benda itu menyala dan siap digunakan. Jaehyun menarik napas dalam-dalam, membuka lembaran Al-Qur'an dan membaca dengan hati-hati.
Mulai hari itu, mulai dari detik saat pria itu melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an. Raina yakin bahwa Jaehyun, suaminya. Sudah benar-benar mencintai Rab-nya.
Akhirnya rasa khawatir saya hilang
Terima kasih semuanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Beda Iman | Jaehyun ✓
Fanfiction"Dimana Abi sekarang, Umi?" "Abi bersama keluarga barunya." "Kenapa tidak bersama kita?" "Karena Abi menang, dia lebih memilih Tuhannya ketimbang memilih Umi." Pernikahan beda iman itu berat, dan Jaehyun memilih melepas beban itu dari punggungnya.