Pengakuan

1.1K 213 11
                                    






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Ini Bima, anak saya. Dan saya melamar kamu untuk menjadi istri kedua."

Ucapan Daruja membuat amarah Raina meluap, wajahnya memerah lantaran malu dan kesal. "Kamu berniat menjadikan saya sebagai istri kedua?"

Gadis itu berdiri dari duduknya, menatap pria diseberangnya nyalang. "Tidakkah satu istri sudah cukup? Sehebat apa dirimu hingga berani meminta saya menjadi istri keduamu?"

Bapak menarik lengan anaknya, hendak menyuruh gadis itu untuk duduk dan tenang, namun ditepis.

Raina menatap kecewa orang yang dia kira akan memperlakukan dirinya seperti barang mahal, yang akan membuat dirinya menjadi seorang ratu.

Namun pupus, Raina merasa bahwa Bapak menjatuhkan harga dirinya, mengambil pilihan untuk menjadikan gadis itu sebagai istri kedua.

"Sudah cukup, Pak. Apa Bapak tidak lelah mengatur Raina? Apa Bapak tidak letih menyuruh Raina mengikuti keinginan Bapak?" Air mata jatuh, membasahi pipi bulat miliknya.

"Raina lelah, Pak. Raina lelah menjadi putri Bapak, tapi Allah memerintahkan Raina untuk terus menuruti Bapak."

Kepala gadis itu menggeleng heboh. "Biarkan Raina egois, Pak." Suaranya tertahan karena isakan yang tak mampu dihindari. "Lepaskan Raina untuk kali ini saja. Sungguh jika bisa memilih, Raina tidak mau terlahir dari rahim Ibu dan menjadi anak Bapak."

"Kurang ajar!" teriak seseorang keras, suaranya membuat semua orang menoleh dan menatap bingung ke arah jendela. Apakah ada yang menguping pembicaraan mereka?

Jenta mencoba menahan tubuh sahabatnya, tapi tenaga Jaehyun lebih besar daripada dirinya. "Tahan, Jae, " bisik pemuda itu sembari terus memeluk tubuh Jaehyun agar tidak membuat persembunyian mereka ketauan.

Jaehyun mengigit lengan Jenta, membuat pemuda bersarung itu memekik sakit dan terpaksa melepaskannya.

"Dasar dosen gak tau diri! Udah punya satu istri, malah nambah. Kamu kira Raina itu apa? Dia gadis baik, sholatnya rajin, suaranya juga indah saat membaca al-Qur'an. Dia tidak akan pernah pantas dijadikan yang kedua. Dia harus dijadikan ratu oleh suaminya, bukan seorang selir!"

Dada Jaehyun naik-turun, mencoba mengatur napas yang habis karena berbicara panjang lebar.

"Kamu siapa?" tanya Bapak dengan rahang mengeras, beliau paling tidak suka dengan orang yang menguping.

"Saya, saya Jaehyun Aldrian, " ucapnya terbata-bata. Dia menggaruk tengkuknya, banyak netra yang menatapnya membuat Jaehyun gugup. Kemana keberanian yang tadi menggebu-gebu?

"Sialan! Malu banget." Jenta menyapu wajahnya kasar.

Dengan wajah kusut dan raut kecewa, Raina keluar dari rumah. Berjalan cepat walau teriakan kedua orang tuanya menggema di telinga sampai mampir dan teriang-iang dalam pikirannya.

Jenta menepuk bahu Jaehyun. "Kejar Raina, Jae."

Mata minimalis pemuda itu mengendur, menatap punggung Jaehyun yang kian menghilang.

"Setidaknya Jaehyun mendapatkan kesempatan kedua, " ujar Jenta diakhiri dengan hembusan napas.

Pemuda dengan sarung biru gelap mencoba mengejar langkah Raina, beberapa kali kakinya tergelincir karena jalan yang licin.

"Raina!" teriak Jaehyun.

Langkah gadis itu terhenti, dia meraup udara rakus. Jaehyun berhenti tepat di depannya, melihat bahu Raina naik turun membuat pemuda itu sesak sendiri.

"Mau kembali ke Bandung?"

Kepala Raina menggeleng dan bergumam, "Enggak mau."

"Bagaimana dengan nonton bioskop dan makan burger? Saya janji beliin kamu es krim dua cup deh..."

Dan disinilah mereka, tertawa nyaring karena menonton film komedi. Sudut bibir Jaehyun terangkat saat melihat ulasan milik gadis yang duduk cukup jauh di depannya merekah lebar, air matanya sudah tidak lagi turun, tergantikan dengan tawa nan memabukkan.

Raina mengusap ujung matanya yang berair, film yang tadi mereka tonton sungguh lucu, dan membuat Raina lupa akan masalahnya.

"Es krimnya beneran dua?" tanya Raina sembari mengangkat jari tengah dan telunjuk, menampilkan angka dua.

Jaehyun mengangguk, menaruh nampan berisi dua burger dan dua cup es krim. "Apa yang enggak buat, Raina." Tangannya terulur mengambil burger miliknya dan duduk ditempat yang berbeda dari Raina.

"Sehabis ini mau kemana?" Suara Jaehyun dibuat sedikit kencang demi sampai ke telinga sang gadis.

"Pulang saja, ini udah malam, " jawab Raina. Tiba-tiba sesuatu terlintas di dalam kepalanya, jantungnya berdetak lebih cepat karena mengingat hal itu.

"Astagfirullah, aku gak sholat magrib!"




_-_




Raina berdiri di depan gerbang rumahnya dengan bibir mengerucut. Bisa-bisanya dia lupa menunaikan ibadah shalat magrib. Biasanya jikalau tidak melakukan kewajibannya, hati gadis itu akan gusar. Namun, mengapa hari ini tidak.

"Saya tidak ingin mempengaruhimu, Raina. Tapi coba kamu pikirkan lagi. Menjadi yang kedua tidak mudah, kamu harus berbagi suami dengan orang yang lebih dulu masuk ke dalam hati suamimu." Jaehyun menjeda omongannya, matanya dipertemukan dengan milik Raina.

"Saya memang berharap kamu memilih saya. Walau saya tau kamu mencintai Tuhanmu. Tapi apakah tidak ada kesempatan untuk saya mengenal Tuhanmu? Biarkan saya jatuh cinta kepadanya sebelum akhirnya memilikimu."


























Entahlah saya bingung
Tapi, terimakasih untuk kalian
Sayang kalian pokoknya

Imam Beda Iman | Jaehyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang