Raga, pemuda yang baru saja lulus sekolah menengah atas itu sekarang melipir menjadi pegawai di toko kue yang baru saja dibeli oleh pamannya. Tidak bisa dikatakan baru juga, karena sang paman sudah mengelola toko kue ini dua bulan ke belakang.
"You can do the right job? Paman lelah melihat kamu dropped the cake more than five times!" pekik sang Paman. Dia tidak masalah dengan harga kue-kue yang jatuh, tapi setidaknya pemuda itu bisa becus berkerja sekali saja.
Dengan wajah murung Raga keluar dari dapur. "Eh!" Mata Raga membola saat melihat perempuan dengan tudung panjang duduk di salah satu kursi toko. "Mohon maaf karena harus menunggu, saya tadi habis diomelin bos karena jatuhin satu cake utuh, " curhatnya sembari mengusap tengkuk.
Perempuan dengan tudung hitam itu tersenyum maklum, Raga memang terlihat seperti seorang anak kemarin sore yang memaksa bekerja.
"Tolong satu kue red velvet ukuran paling besar." Perempuan itu berdiri menghampiri Raga dan memberi enam embaran uang berwarna merah. "Sisanya buat kamu saja."
Raga tersenyum lebar, berucap terima kasih dan membungkuskan kue pesanan Raina. Niat hati bekerja dengan profesional karena telah diceramahi habis-habisan, dia malah sekarang kesulitan memasukan kue ke kotak.
"Paman! Boleh bantuin Raga gak? Ini kuenya gak mau masuk!" teriak Raga karena sudah tidak mampu lagi berurusan dengan kue, mungkin minggu depan dia akan berhenti dan kembali ke rumah kakeknya.
"Aduh, Raga! You just need to open the box and put the cake in the box, " ucap sang Paman yang baru saja keluar dari dapur.
Raga menoleh ke arah pamannya yang berhenti melangkah dan menatap lekat perempuan pembeli kue. "Paman J, you know this girl?"
Paman J, dia adalah Jaehyun Aldrian atau bisa disebut pemilik toko kue tersebut karena Kelly meninggal empat bulan yang lalu. Pria itu pulang ke Indonesia tiga bulan yang lalu karena mendengar kabar Kelly meninggal dan menitipkan toko kepadanya.
Jaehyun adalah seorang pecundang, dia tidak berani datang ke rumah lamanya untuk sekedar bertanya kabar kepada mantan istrinya. Dia hanya berdoa akan bertemu Raina tanpa sengaja, entah dijalan ataupun pusat perbelaanjaan.
Tuhan memang selalu mendengar doa hambanya. Seperti dua takdir yang berpapasan, hari ini lagi-lagi pria itu dipermainkan oleh garis Tuhan. Perempuan yang selama ini menghantuinya, perempuan yang bayang-bayangnya selalu terlihat, perempuan yang tidak bisa Jaehyun lepas dari hatinya berada tepat di depan mata.
"Raina, " panggil Jaehyun lirih, matanya seketika memanas kala melihat Raina membuang wajah dan beralih menatap Raga yang sudah berhasil memasukkan kue ke dalam kotak
"Bisakah aku mengambilnya sekarang?" Tanpa menunggu jawaban Raga, perempuan itu menyambar kotak. "Terima kasih banyak, assalamu'alaikum, " ucapnya sembari berlari keluar toko.
Jaehyun ingin mengejar Raina, namun melihat wajah ketakutan perempuan itu dia mengurungkan niatnya.
"Aku terlalu egois jika berharap dia kembali menjadi milikku."
Raina masuk ke dalam mobil dan duduk, berusaha mengatur napas sembari terus beristighfar. "Mengapa aku tidak bisa menghilangkan dirinya dari pikiranku, Ya Rabb. Aku mohon hilangkan dia dari hatiku, biarkan aku mencintai-Mu hingga akhir hayatku, " isak Raina.
Tidak ada yang berubah dari Jaehyun, pria itu tetap tampan dengan apron coklat susu dan rambut yang sekarang panjang menutup sebagian leher belakang. Harum kayu manis masih melekat diingatan Raina, entah harus bagaimana lagi untuk melupakan sosok itu.
Dering ponsel membuat Raina tersentak, lantas menyambar benda itu dan mendekatkan ke telinga. Panggilan dari wali kelas Litana. Dengan cepat Raina putar balik dan melajukan mobil.
"Kamu itu gak punya ayah! Jangan deket-deket kita!" teriak Nelos sembari melempar kota bekal milik Litana.
Anak perempuan itu berdiri, memungut makanan sembari mendumal kesal karena menu bekalnya adalah ikan goreng tepung.
"Dasar budeg!" Nelos menginjak makanan yang sedang dipungut Litana.
"Kamu!" pekik gadis kecil itu sembari menunjuk Nelos dengan jemari. "Bukannya kita sama, Nelos. Aku tidak punya ayah dan kamu tidak punya ibu."
Mendengar ucapan Litana, Nelos menangis keras. Dia tak terima jika itu perihal mommy-nya yang meninggal saat melahirkan dirinya. Dia merindukan sosok itu setiap hari, setiap malam sembari menunggu sang daddy pulang kerja.
"Assalamu'alaikum, " ucap Raina sembari menghampiri anaknya yang duduk di sofa ruang guru. "Kamu gak papa, Litana. Ada yang sakit, Sholehah?" Mata Raina bergerak cepat, memperhatikan tiap sisi tubuh anak gadisnya.
"Aku ngatain Nelos gak punya ibu, maaf Umi, " ucap anak itu pelan, lantas Raina memeluk Litana dan berucap syukur.
Saat panggilan telepon masuk, Bapak wali kelas tidak berkata perihal kejadian apa yang menimpa Litana dan itu membuat Raina panik bukan main. Perudungan yang didapat anaknya memang hanya lisan, tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan Litana terkena perundungan fisik.
Perempuan itu tidak menyadari kehadiran Nelos yang kini menangis keras, daddy Nelos belum datang dan sepertinya tidak akan datang. "Aku mau mommy!" pekiknya keras.
Raina menoleh dan menghampiri Nelos yang duduk di sofa seberang Litana, dia mengusap kedua pipi anak lelaki itu. "Ini yang ganteng kenapa nangis?" tanya Raina sembari mencubit pucuk hidung Nelos.
Bukannya tenang, Nelos malah semakin menjerit. Di lubuk hati terdalam dia sebenarnya merasa bersalah karena telah merundung Litana, dia hanya iri karena Litana bisa dijemput oleh ibunya setiap hari, dibawakan bekal dan sebagainya.
"Nama kamu Nelos kan? Aku Raina, uminya Litana. Maaf ya kalau Litana kurang sabar menghadapi Nelos, mungkin suasana hatinya sedang tidak baik. Nelos mau maafin Litana gak? Nanti aku kasih permen deh, " bujuk Raina sembari merogoh saku gamis dan menjulurkan sebuah permen lollipop.
Nelos berhenti menangis, dia mengusap wajahnya dan menatap Raina dengan wajah merona malu. "Seharusnya aku yang minta maaf ke Litana, aku minta maaf ya Litana." Nelos menatap Litana yang tersenyum teduh.
Kreit, suara gagang pintu ditekan membuat Raina membenarkan posisi duduknya. Bapak wali kelas duduk di samping Litana, betapa terkejut kedua orang tua itu saat menyadari bahwa mereka saling mengenal.
"Loh Raina?"
"Kak Yuda!"
Gak ada yang bener nebaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Beda Iman | Jaehyun ✓
Fanfiction"Dimana Abi sekarang, Umi?" "Abi bersama keluarga barunya." "Kenapa tidak bersama kita?" "Karena Abi menang, dia lebih memilih Tuhannya ketimbang memilih Umi." Pernikahan beda iman itu berat, dan Jaehyun memilih melepas beban itu dari punggungnya.