Jua jika aku bersama dirimu yang tertimbun air mata, masa – masa engkau yang tak memiliki kaki untuk melangkah. Kecewalah aku dengan tumpukan – tumpukan kertas nyata. Kian berlipat gandalah aku dengan rasa sesak didada ku dengan tumpukan – tumpukan kertas.
Ku ulangi kegiatan ku malam ini, bualan – bualan senyuman ku hangatkan. Tangisan ku terpojok dengan tawa yang meggelegar satu ruangan. Tak ada yang bisa ku katakan – dapatnya aku menulis dengan liku sendirian.
Telah aku ceritakan tapi terkukunglah aku, dengan diam dan amarah, dengan kecewa begitu juga ditambah luka, terkukunglah aku menjadi palsu, terkukung lah aku tanda mati dengan koma. Bagaimana aku mampu bertahan ? Tidak, aku hanya sedang bernafas.
Gerakan kapitalis dari manusia, sifat cemooh yang terdapat dan sampai di telinga, runtuh sudah tak ku tanggapi mesra, dan hanya ku lihat dan simak dengan hampa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahatan sepi
PoetryPahatan sepi yang mengundang diri ku berada dalam kehampaan yang pedih. Membiarkan ku memejamkan air mata sedih karena luka dihati. Menyulutku untuk setiap saat merasakan jumpa dengan luka yang membara. Mengisi hati dengan hari penuh marah sebab ke...