Tak lagi aku tanggapi , jikalau ombaknya begitu kuat dan mengembara. Ruam sudah terlalu banyak, menanjat dengan tangan kosong tanpa alas. Ku pindai luka yang tertanam di beberapa bagian ombak.
Ku nyalakan korek yang ku pegang erat - erat. Lalu mati. Ombaknya terlalu kuat. Airnya tak surut juga setelah 24 jam menenggelamkan bagian - bagian dari batasan. Ku putar - putar kalimat menenangkan. Tidak ada hasil. Aku yang mati.
Upaya tak bergerak selama 3 jam, membuat kakiku keram. Dahiku berlipat menahan dingin. Ombaknya semakin naik, aku sampaikan kalimat - kalimat pembuka. Tidak ada hasilnya, semakin naik. Hingga menenggelamkan setengah badan ku.
Kalap sudah aku, tuaiku pada ombak. Memohonlah dengan begitu rendah, mati aku. Dengan rintih - rintih aku memohon, terkukung pada teka - teki ombak yang tak ingin jua surut. Semakin naik, menenggelamkanku secara utuh. Secara tuai ku petik tanpa ada makna. Secara tuai, ku petik teka - teki ombak bertuan ini dengan ketidaktahuan ku, hingga akhirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahatan sepi
PoetryPahatan sepi yang mengundang diri ku berada dalam kehampaan yang pedih. Membiarkan ku memejamkan air mata sedih karena luka dihati. Menyulutku untuk setiap saat merasakan jumpa dengan luka yang membara. Mengisi hati dengan hari penuh marah sebab ke...