"Lantas mengapa engkau pergi ? Bukan kah saya tidak berpaling ?" Kata tuan dengan hina.
"Saya menggebu untuk membuka " Balas saya dengan sakit yang tak mampu binasa.
"Akan saya bunuh api - api itu" Lantas kembali tuan menghina.
"Tidak== dua bulan tanda patah, saya sudah mati hati dan rasa" Balas kembali saya pada yang hina.
"Bagaimana bisa engkau patuh pada pelanggar ? engkau jatuh padahal pagar yang saya buat begitu tinggi. Butakah engkau ? Atau tak ada akal hingga rauman tak terdengar di telinga?" Hina sudah tuan, saya terhina dan terhina.
"Tersesatlah engkau dihutan rindang, terpatut pada cermin ditengah pepohonan, terkutuklah engkau tanpa surau didalamnya, Habislah engkau dilahap beruang. Dasar manusia tak tahu untung" Tambah hina lagi saya tuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahatan sepi
PoetryPahatan sepi yang mengundang diri ku berada dalam kehampaan yang pedih. Membiarkan ku memejamkan air mata sedih karena luka dihati. Menyulutku untuk setiap saat merasakan jumpa dengan luka yang membara. Mengisi hati dengan hari penuh marah sebab ke...