Belajar Masak

23 6 3
                                    

Hari minggu,dimana semua orang memanfaatkan waktu itu untuk kumpul bareng keluarga atau bahkan berlibur ke tempat-tempat yang menyenangkan dan menyejukkan. Tapi tidak dengan Raisa yang kini masih berada di atas kasurnya dengan posisi tidur yang tidak beraturan. Sebagai kakak dari gadis itu tentunya Hans harus membangunkan Raisa, karena bagaimanapun Raisa adalah perempuan dan perempuan tidak bagus untuk bangun kesiangan.

"Rai bangun woi."ucap Hans sambil menarik selimut yang berada di atas kasur milik Raisa.

Raisa tetap diam tidak menjawab panggilan dari kakaknya itu. Justru posisi tidur Raisa kini lebih tidak beraturan dari sebelumnya.

"Kalo lo gak bangun, gue siram pake air nih."ancam Hans agar Raisa segera bangun dari tidurnya. Namun nihil usaha Hans mengancam Raisa sepertinya sia-sia.

Dengan sigap, Hans segera pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Raisa dan mengambil segelas air untuk menyiram gadis yang masih ada di atas tempat tidurnya itu.

Byurr...segelas air itu pun jatuh tepat di atas wajah milik gadis cantik itu. Raisa yang tidak siap di siram pun terbangun.

"Banjir woi. Tolongin gue please, gue gak bisa berenang."Teriak Raisa sambil berdiri di atas kasurnya. Tidak lupa juga wajahnya yang kini terlihat panik.

"Haha banjir pala lu."Hans tidak berhenti tertawa melihat kelakuan adik perempuannya itu.

Mendengar suara tawa dari kakaknya membuat Raisa tersadar bahwa dia telah dikerjai oleh kakak kandungnya sendiri.

"HANS!! DASAR KAKAK GAK ADA AKHLAK LO." Teriak Raisa sambil melempar guling yang ada di tangannya itu pada Hans. Tapi, dengan sigap Hans langsung menghindar dari lemparan maut adiknya itu.

"Heh masih pagi gak usah teriak-teriak."ucap Hans sambil menahan tawa.

Raisa kini berubah posisinya yang sebelumnya berdiri menjadi duduk di pinggiran kasur miliknya.

"Kebiasaan banget sih Kak."ucap Raisa yang kini terlihat lesuh.

"Ya kalo gue gak gituin, lo pasti gak bakal bangun."ucap Hans.

"Tapi ini kan hari minggu waktunya buat tidur."Kata Raisa tak mau kalah.

"Hari minggu itu bukan dinikmati dengan tidur doang, masih banyak hal-hal positif bahkan bermanfaat yang bisa lo lakuin."jelas Hans pada Raisa.

"Contohnya?"tanya Raisa.

"Contohnya lo belajar masak, biar bisa masakin gue tiap hari. Udah bosen tau gue makan di luar mulu."Ujar Hans.

"ENGGAK, itu bukan passion gue banget kak."tolak Raisa dengan cepat.

"Ya justru itu lo harus belajar masak Rai, biar nanti kalo lo udah nikah lo bisa masakin suami lo sendiri."jelas Hans.

"Kok pembahasannya udah sampai ke situ ya?"tanya Raisa yang mulai geram dengan kakaknya sendiri.

"Emang kenapa? Salah gitu? Orang apa yang gue omongin tadi emang bener kok. Suatu saat nanti lo bakal punya rumah tangga sendiri, Rai."ujar Hans pada adiknya itu.

"Oke fine gue bakal belajar masak, tapi gak usah bahas-bahas gitu lagi."akhirnya Raisa pun menyerah dan mengikuti omongan kakaknya.

"Kenapa?"

"Pembahasannya terlalu dewasa, Rai belum siap. Apalagi kalo nanti Rai udah nikah, Rai belum siap buat pisah sama kak Hans."ungkap Raisa dengan raut wajah yang sedih.

Hans yang melihat itu pun, segera menarik Raisa dan memeluknya dengan erat. "Hei jangan sedih. Gue akan tetap sayang sama lo Rai, lo adik gue satu-satunya dan gue gak bakal lupa dengan hal itu."

RAISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang