Luka yang tersembunyi

26 6 0
                                    

Saat kejadian di sekolah tadi membuat Raisa selalu terngiang-ngiang dengan perkataan Reyhan.

"Maaf Raisa taaruf itu bukan untuk main-main. Akan ada saatnya saya mengajak kamu untuk taaruf tapi bukan sekarang."

Ucapan yang dilontarkan Reyhan membuat Raisa gelisah dan tidak mengerti dengan ucapan itu.

"Apa-apaan sih. Kenapa gue malah mikirin cowok itu sih."gumam Raisa.

Tok..tok.. bunyi ketukan dari belakang pintu kamar Raisa.

"Masuk aja kak."teriak Raisa dari dalam kamar.

Hans pun segera masuk ke dalam kamar adiknya itu.

"Lo lagi ada masalah sama Mega?"tanya Hans tiba-tiba.

"Hah? G-gak ada kok."jawab Raisa dengan gugup.

"Lo jangan bohongin gue dek."ujar Hans sambil mengusap kepala Raisa dengan pelan.

"Hm iya kak. Mega salah paham sama gue gara-gara Elang nganterin gue ke sekolah."ujar Raisa sambil menghebuskan nafasnya dengan gusar.

"Kalo lo ada masalah sama Mega sebaiknya lo nyelesain masalah ini dengan baik-baik. Persahabatan lo sama Mega udah lama dek dan gue udah ngangap dia sebagai adik gue."tutur Hans pada Raisa.

"Iya kak." Raisa yakin jika kakaknya mendapatkan kabar itu dari teman-temannya.

"Gue juga udah minta bantuan sama Reyhan buat pura-pura jadi pacar gue. Tapi dianya gak mau."ujar Raisa dengan pelan.

"Lo sih ada-ada aja Rai. Dia tuh gak suka pacaran tau."ucap Hans yang diakhiri dengan tawa.

"Terus nih gue minta dia buat ngajak gue taarufan tapi dianya malah bilang kalo taaruf itu bukan untuk main-main. Akan ada saatnya dia ngajak gue taarufan."curhat Raisa pada Hans.

"Tuh kan gue bilang apa dia itu suka sama lo Rai. Cuma lo nya aja gak peka-peka."tutur Hans pada Raisa.

"Apaan sih lo. Gue itu belum mau mikirin cowok."kesal Raisa.

"Yah terserah lo aja deh Rai. Cuma gue mau ngingetin gak selamanya lo sendiri akan ada saatnya di mana lo akan menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anak lo."nasehat Hans yang membuat Raisa sedikit geli dengan kata bijak kakaknya itu.

"Lo nasehatin gue emang lo udah punya pacar?"ledek Raisa pada kakaknya itu.

"Punya dong tapi itu rahasia lo gak boleh tau."jawab Hans dengan bangganya.

"Sombong amat lo kak."ucap Raisa dengan kesal.

"Lebih baik gue dek. Daripada lo? Ga punya sama sekali. Wlee"ucap Hans pada Raisa.

"Ih Apasih kak." Teriak Raisa sambil melempar guling yang ada di tangannya.

"Ga kena. Wlee"ucap Hans sambil menjulurkan lidahnya.

"Udah ah mending lo pergi aja deh kak. Gue mau tidur dulu."ucap Raisa sambil mendorong Hans menuju pintu keluar.

"Iya-iya bawel banget sih. Gak usah galau mulu dek."ucap Hans sebelum pergi dari kamar Raisa.

"Masa gue suka sama Rey sih?"tanya Raisa pada dirinya sendiri.

"Au ah pusing gue." Ucap Raisa sambil mengacak Rambutnya.

***
Waktu berlalu begitu cepat, tanpa disadari jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Raisa yang baru bangun dari tidurnya segera menuju ke kamar mandi untuk mandi dan mengganti baju rumah karena sedari tadi dia masih menggunakan seragam sekolahnya.

Setelah selesai berganti pakaian, Raisa langsung menuju meja belajarnya. Bukan untuk belajar tapi Raisa mengambil sebuah bingkai foto yang terletak di dalam laci meja belajarnya. Dalam foto itu terdapat dua orang paruh baya dan dua orang anak remaja yang nampak bahagia dalam foto itu.

Raisa mengelus wajah-wajah yang ada di dalam foto itu, "Rai kangen." Saat itu juga air matanya pun jatuh di atas bingkai foto tersebut.

Flashback on

"Rai makan dulu ya nak. Nanti kamu sakit loh."ucap Ibu Raisa dengan lembut sambil membujuk anak perempuannya itu.

"Rai enggak mau Ma."tolak Raisa yang saat itu masih berumur 5 tahun.

"Sini biar Papa aja yang suapin Rai. Tapi Rai harus makan banyak ya."Ayah Raisa kini mengambil alih piring yang sebelumnya berada di tangan istrinya.

Raisa kecil mengangguk patuh dan segera membuka mulutnya.

Baru lima suapan, tiba-tiba seorang anak kecil laki-laki yang umurnya hanya selisih satu tahun dengan Raisa datang menghampiri ayah dan adik perempuannya itu.

"Hans juga mau disuapin Papa dong."rengek Hans pada ayahnya.

"Enggak bisa, Hans sama Mama aja deh biar Papa sama Rai."tolak Raisa.

"Papa itu Papanya Hans juga.Wlee."ujar Hans dengan nada mengejek Raisa.

"Ih Enggak bisa Hans."ucap Raisa yang saat itu hampir menangis.

"Sst udah-udah jangan ribut lagi. Biar adil, Papa suapin kalian berdua ya."Ujar Ayah mereka.

Keduanya pun setuju dan mengangguk patuh terhadap ayah mereka.

Flashback off

Salah satu hal yang tidak diketahui banyak orang dari Raisa. Dia selalu menyembunyikan kesedihannya dari orang-orang sekitar. Yang orang tau Raisa itu cewek strong, gak cengeng, dan jago berantem. Tapi dibalik semua itu dia banyak menyimpan luka.












Hai gaiss maaf udh lama gk update. Sekarang mimin udah back dan mau lnjutin cerita ini lagi. Stay nungguin ceritanya ya. Hehe

Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote cerita ini🥰🥰

Maaf part kali ini pendek ya

RAISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang