29. duda dini

7.4K 509 10
                                    


_

"Albi." Riki memanggil.

Albi dan Riki kini memang sedang duduk di halaman rumah Riki. Kedua manusia terpaut umur sangat jauh itu baru saja selesai membuat kerusuhan dengan anak gang sebelah. Bukan tanpa sebab mereka menghajar anak gang sebelah yang bernama Beno tersebut. Kemarin dia sudah sangat keterlaluan melemparkan botol minuman hingga mengenai kepala Albi.

Merasa harga diri sang adik sultan sudah direndahkan Riki langsung ambil tindakan cepat. Cowok itu tidak segan-segan membeli coklat bulat hasil konsumsi dari kotoran hewan peliharaan tentangnya guna dijadikan granat untuk mengganggu ketenangan keluarga Beno agar segera pindah lagi.

Tidak tau diri memang keluarga pindahan baru tersebut. Seharusnya mereka bisa bersyukur karena diperbolehkan tinggal di kawasan kebanggaan daddy Agam, bukan malah dengan berani mengusik ketenangan anak sultannya.

Untuk permasalahan di datangi ibu-ibu Riki sudah biasa. Ya, bukan kali pertama bagi Riki didatangi ibu-ibu karena dianggap sudah sangat keterlaluan menjahili anak mereka. Namun, apa peduli Riki. Baginya siapapun yang mengganggu adik sultannya dirinya tidak peduli akan omelan dari ibu-ibu tersebut asalkan adik kebanggaannya sudah membalas dendam.

Ya, terlihat kekanak-kanakan memang. Namun, itulah Riki. Cowok itu memiliki hobi yang sangat aneh, yaitu bergaul dengan anak-anak. Mungkin itulah yang membuat Riki sampai sekarang tidak memiliki pacar. Reno tentu yang menjadi satu-satunya sahabat Riki kadang menjadi malu sendiri melihat kelakuan sahabatnya tersebut.

"Albi rencananya mau masuk SD di mana?" tanya Riki.

Albi memang sedikit lagi akan lulus dari TK. Minggu depan anak itu sudah akan melaksanakan acara perpisahan di sekolahnya.

"Kata ayah Albi harus masuk sekolah SD yang ada koperasinya," jawab Albi.

"Ya tentu. Itumah harus. Sekolah anak sultan memang harus elit, tidak boleh kaleng-kaleng. Bila perlu yang ada liftnya."

"Tapi Alifa masuk SD di Citra Indah," ucap Albi.

"Waah, ini pilihan tersulit," gumam Riki.

"Terus gimana, Bang? Albi juga gak mau jika masuk sekolah yang jelek. Kata ayah itu bisa bikin nama sultan ayah tercoreng," ucap Albi lagi. Riki terdiam sejenak. Cowok itu kini ikut berpikir.

"Tapi jika gak satu sekolah sama Alifa nanti kamu ditikung, Albi. Tidak lucu adik sultan kebanggaan abang jadi sad boy nanti."

"Begini saja, Albi masuk sekolah SD yang sama aja dengan Alifa. Jangan biarkan status daddy Agam menurun sejak dini padamu," ucap Riki.

"Status ayah?" ulang Albi yang merasa tidak paham akan bahasa Riki.

"Iya, menjadi duda sultan. Tidak lucu jika status itu menurun padamu. Bisa kamu bayangkan. Duda dini? Itu sungguh menggelikan," jelas Riki.

"Jadi Albi harus masuk sekolah yang sama dengan Alifa biar tidak jadi duda dini?" tanya Albi.

"Iya," jawab Riki.

"Baiklah, karena Albi gak mau jadi duda dini Albi gak papa masuk sekolah yang gak ada koperasinya," ucap Albi.

* * *

Mungkin sebagian besar orang akan berpikir seorang pria kaya raya seperti Agam apabila menikah akan melaksanakan pernikahannya dengan meriah di gedung besar yang tidak perlu di sewa lagi karena Agam sudah memiliki gedung hotel sendiri.

Menjadikan  pernikahan paling termewah dan akan menjadi impian semua makhluk bumi.
Namun, nyatanya tidak seperti itu. Pria itu lebih memilih melaksanakan pernikahan di rumahnya dan hanya akan mengundang beberapa tetangga komplek yang akan jadi saksi.

Duda menyebalkan(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang