38. story'of Albi 2

4.7K 225 6
                                    

Tawuran Absurd
_

"Kenapa harus semua teman kamu ngikutin kita Albi?" Alifa bertanya dengan notasi nada yang tinggi karena takut tidak didengar oleh Albi yang sedang mengendarai motor.

Mereka berdua kini memang sedang melintasi jalanan kota. Ya rutinitas biasa yang Albi lakukan yaitu mengantar Alifa pulang, tatapi hari ini yang membuat Alifa bingung adalah ke-tujuh sahabat Albi kini mengikuti mereka dari belakang. Tidak seperti biasanya.

"Ya, ibarat gini Faa. Aku ini tethring. Dan mereka WiFi. Jadi jika jauh gak akan terhubung. Dan mau gak mau mereka harus ngikutin karena bisa saja koneksi WiFi mereka akan terputus. Tau sendiri kan apabila sudah terputus." Albi menjelaskan sesekali menolehkan kepalanya pada Alifa.

Tidak mau banyak tanya lagi karena takut bahaya Alifa memilih mengangguk. Albi melepaskan tangan kirinya dari stang motor. Alifa yang melihatnya sontak panik.

"Albi, jangan becanda. Nanti kecelakaan gimana?!" bentak Alifa.

"Nggak. Jika kita jatuh kita gak akan kenapa-kenapa, palingan aspalnya yang akan luka," jawab Albi. Tangannya kini meraih tangan Alifa yang kiri dan memasukkan ke saku jaketnya. Hal yang sama ia lakukan pada tangan kanan Alifa.

"Pegangan. Nanti kamu terbang," ucap Albi.

Lama berkendara kini Albi sudah memarkirkan motornya di halaman rumah Alifa. Sama hal dengan ketujuh sahabatnya. Rumah Alifa memang tidak sebesar dulu. Kehidupan mereka setelah kepergian sang ayah kini menjadi lebih sederhana.

"Wih, mangga tetangga sangat menggoda. Mantap nih gue izin untuk mencurinya," celetuk Farel saat atensinya melihat sebuah pohon mangga yang lebat milik tetangga Alifa.

"Iya curi dengan cara sopan. Pake salam," jawab Fatur.

"Eh, tapi coba deh pikir. Kenapa coba mangga harus ada isinya," sahut Aska. Mereka semua langsung menatap horor pada sang empu.

"Iya apabila pohon yang ini mati masih bisa kita nanam lagi dari isinya." Lio menjawab. Meskipun rasanya enggan merespon pernyataan Aska, tetapi batinnya tak dapat ia tahan ingin mengemukakan pendapat.

"Tapi, 'kan lebih bagus gak usah ada isinya," jawab Aska.

"Iya, sama kek kepala lo. Lebih bagus gak usah ada otaknya dari pada selalu menyalurkan aliran beban pikiran," sinis Akbar hingga menimbulkan gelak tawa dari anggota lainnya.

"Enak tuh jilat mangga manis," timpal Alwin. Toyoran langsung ia dapatkan dari Farel, dan Akbar.

"Eh itu geng Garzra beneran nantangin kita lagi hari ini?" Rama tiba-tiba bersuara.

"Iya, dari kabar yang gue denger dia masih dendam ke kita gara-gara masalah balapan kemarin," jawab Farel.

"Kok dia gak terima kalah, sih. Pengecut banget yang gak mau mengakui kekalahan. Pakai acara fitnah Albi curang lagi," dumel Alwin.

Argha adalah ketua dari geng motor Garzha yang kemarin sempat kalah balap dengan Albi. Cowok itu tak terima dirinya kalah dan para pendukungnya berpindah pada geng Albi. Maka dari itu dirinya selalu mencari masalah dari kemarin yang hendak mengganggu Alifa. Namun, untung saja aksi itu diketahui oleh Albi dan langsung dihentikan.

"Gue gak masalah jika dia gak libatin pacarnya Albi. Cuma gue hanya takut Argha akan berbuat nekat lagi kayak kemarin. Untung aja Albi datang tepat waktu," balas Fatur dan dibalas anggukan oleh para sahabatnya.

"Ya, pokoknya tawuran yang udah Argha jadwalin hari ini harus kita menangin lagi biar dia beneran gak akan ngusik ketenangan kita semua. Gue mau insyaf. Cape gue diceramahin pak Hanz mulu," imbuh Aska.

Duda menyebalkan(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang