31. cita cita luar biasa

9.7K 471 15
                                    


Hay guys author kembali lagi nih ada yg nungguin gx cerita ini
Yuk baca😍

Jangan lupa author selalu ingetin untuk vote, komen, and follow akun author yah 👍❤️
Kuy baaca👇

















































_

Selain karena baru saja selesai menikah dan hari kerja libur jadi Agam kini sedang berada di rumah. Duduk santai sambil menikmati segelas kopi buatan istri. Pria itu memang belum bisa menuntaskan hasrat keinginan untuk memeriksa setiap inci tubuh Dinda seperti yang diketahui namanya adalah malam pertama.

Di mana biasanya setiap pengantin baru pada saat malam pertama pasti bercinta mereka malah berdebat perihal semburan lahar yang cair. Sungguh pasangan yang menggelikan memang.

Agam mengalihkan fokusnya pada Dinda yang sudah menuruni tangga. Mereka hari ini memang memutuskan untuk pergi ke pemakaman untuk berziarah ke makam ayah Dinda. Sebenarnya Dinda kemarin saat belum menikah sudah pernah ke sana, tetapi hanya sendiri dan hari ini Agam memaksanya untuk pergi ke sana lagi dengan mengajak dirinya.

"Kamu sudah siap?" Dinda mengangguk.

"Di mana Albi?" tanya Agam lagi. Sebenarnya sedari pagi tadi anak itu tidak menampilkan batang hidungnya. Dan dari kabar yang didengar dari Yunita, Albi pagi-pagi sudah pergi ke rumah Riki. Entah ada apa hingga Albi ke sana pagi-pagi buta.

"Jika dia tidak mau ikut tidak apa-apa," jawab Dinda.

"Apa maksudmu? Tentu saja Albi harus ikut," protes Agam. Dinda yang sudah merasakan hawa-hawa perdebatan memilih mengalah dan langsung meraih tangan Agam untuk langsung berangkat.

Sementara Yunita. Wanita paruh baya itu juga sama sibuknya hari ini dalam memenuhi pertemuan dengan teman-teman sosialitanya di restoran besar milik Agam. Tentu saja dalam merayakan pernikahan sang putra kesayangannya, Yunita harus membuat ajang traktiran besar-besaran untuk teman-temannya.

Sekalian pamer berlian mewahnya yang baru dibeli kemarin!

"Memangnya kita mau ke mana?" tanya Albi saat Agam datang menjemputnya di rumah Riki.

"Berziarah ke makam kakek," jawab Agam. Albi terpaku sejenak dan kemudian tersenyum manis.

Lama menempuh perjalanan kini mereka sudah berada di tempat pemakaman umum. Mereka bertiga langsung melangkahkan kaki menuju makan ayah Dinda.

"Assalamualaikum, yah," sapa di Dinda dan mulai berjongkok di samping kuburnya sang ayah. Agam pun ikut duduk di samping Dinda dan mengusap punggung istrinya tersebut untuk menguatkan. Agam tau Dinda pasti akan menangis.

"Hai kakek," sapa Albi. Dinda tersenyum manis dan mengelus lembut kepala putranya tersebut.

"Aku Albi, cucu kakek." Albi kembali bersuara memperkenalkan dirinya.

"Ya, aku sudah menikah ayah. Keinginan ayah sejak tahun lalu kini sudah terpenuhi. Ayah bahagia, 'kan. Ini suami Dinda, dia pria baik, ayah juga sudah mengenalnya," ucap di Dinda. Melihat air mata sudah membasahi pipi sang bunda tangan Albi terangkat dan mulai mengusapnya.

"Aku akan membahagiakan putrimu, ayah," lirih Agam mengusap nisan ayah mertuanya.

Lama saling mencurahkan isi hati mereka bertiga mulai berdoa sama-sama dan membersihkan makam, kemudian setelah itu baru pamit undur diri pulang.

Duda menyebalkan(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang