18 TAHAP TUJUH BELAS

43 10 0
                                    

"But no one can replace him”


TAHAP TUJUH BELAS

FLASHBACK

Satu hari setelah penyerangan di hutan gelap

Koridor-koridor rumah yang luas ini terisi penuh dengan suara tangisan Clara yang sedari tadi tidak berhenti. Ia terkulai lemas diatas kasurnya dengan bantal berenda biru yang menenggelamkan paras cantiknya. Matanya mungkin sekarang sudah bengkak, merah, dan juga lapisan bibirnya yang berdarah terus menerus karena dari malam ia gigit untuk menyakiti dirinya. Ia merasa gagal menjadi ratu. Dia tidak mau menyalahkan orang lain atas ini kecuali dirinya yang sedari tadi ia cemooh.

Clara sedikit mendapatkan flashback tentang kejadian semalam. Tubuhnya yang lemas dan sedikit demam itu harus dipaksakan untuk dibilas. Di depan kamarnya, mungkin sudah ada lima pelayan yang menunggunya untuk bersiap dibersihkan sebab sedari tadi Clara tidak mengizinkan mereka masuk hingga kondisinya membaik. Namun, apakah akan membaik? Mimpinya saja dipenuhi oleh kejadian semalam. Rembulan saja tidak bisa menemani malam Clara dengan baik, bagaimana yang lainnya.

Tubuhnya perlahan-lahan bangun. Ia merangkak ke sisi ranjang, menarik nafasnya dalam-dalam dan mengusap wajahnya ringan. Bibirnya terasa tawar dan juga hatinya terasa sedikit sesak. Dia tahu, semua harus berjalan seperti biasanya, namun segampang itu?

Bibirnya perlahan terbuka, “masuk,” perintahnya untuk para pelayan yang mungkin sedari tadi menunggu sambil menyajikan bahan gosipan. Clara mendengar semuanya. Entah apa mungkin Clara yang peka terhadap pendengaran atau mereka saja yang terlalu bodoh karena bahan omongan mereka disajikan tepat di depan pintu kamar Clara.

Lima pelayan itu masuk dengan berhati-hati. Menatap Clara dengan senyuman manis namun Clara sama sekali tidak memperdulikan lima makhluk di hadapannya. Nama-nama pelayan yang ia tahu hanya Charlotte Dark Phoenix yang berasal dari kalangan bawah atau burung biasa. Tubuhnya tinggi semampai, parasnya cantik dan bersih. Rambutnya pirang disanggul ke belakang dan matanya coklat pekat. Itu pelayan pribadi milik Butter yang juga bisa bekerja untuk melayani Clara.

Empat pelayan lainnya belum pernah berkontak langsung dengan sang ratu, atau mungkin pernah namun hanya sebatas lewat di sampingnya atau saat melayani yang lain. Senyuman mereka erat sekali hingga membuat wajah mereka sedikit berkerut. Dalam posisi ini, Clara tidak menyukai hal-hal yang berlebihan. Senyuman mereka agak memaksa dalam penglihatan Clara. Rasanya begitu terganggu bahkan membuat Clara hanya ingin menatap mereka sebentar saja.

“Senyum kalian tidak perlu dipaksakan, risih.” Kata Clara dengan datar.

Charlotte adalah pelayan yang pertama kali peka dengan perkataan Clara. Ia menoleh ke pelayan yang lain dan tangannya melambai pelan kepada pelayan yang lainnya agar senyumannya sedikit di kendurkan.

“Maafkan kami yang mulia,” kata Charlotte dengan lembut. Clara mengangguk dan memaklumi mereka.

“Apakah yang mulia sudah siap untuk di bersihkan?” Tanya pelayang yang persis berada di samping kiri Charlotte. Mila namanya.

Clara menolehkan pandangannya dengan garis wajah yang kosong. Ia mengangguk kepada mereka dan dua pelayan segera bergerak ke arah Clara lalu tiga pelayan lainnya menyiapkan bak mandi yang harus hangat airnya, sabun, lap pembersih badan, dan juga perawatan-perawatan kulit milik Clara.

Tubuhnya tenggelam dalam air hangat yang diisi oleh bunga Cloke berwarna merah pekat. Pada momen ini ia merasa rileks, tenang bahkan nyaman. Lima pelayan itu ia minta untuk menunggu di luar ruangan karena ia tidak mau mereka merusak kesempatannya untuk bersantai.

The History of The Dark PhoenixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang