Have a nice day!-
Sudah kelima kalinya Intan melewati posko yang buat dia neduh tadi bersama nek Sum. Intan mencoba terus berjalan, tapi lagi-lagi Intan selalu bertemu dengan posko yang sama. Seperti dugaan sebelumnya, Intan pasti tersesat, karena Intan nggak hafal jalan di daerah sini.
Intan menghembuskan nafas pelan. Intan menatap langit yang sudah mulai gelap. Hatinya mulai gelisah, antara takut nggak bisa pulang dan dicariin mama-papanya. Intan akhirnya duduk di posko, menunggu orang lewat untuk Intan tanyai, dimana arah jalan pulang.
"Maghrib lagi.." gumam Intan saat mendengar adzan maghrib berkumandang.
Brummm brummm.
Samar-samar Intan mendengar suara kenalpot motor. Intan terus saja mendengarkan suara itu sampai suara itu benar-benar terdengar jelas di telinga Intan. Sorot lampu motor itu menerpa wajah Intan. Intan yang mendapat sorot lampu itu langsung menutup matanya, silau. Motor itu berhenti di depan Intan. Lampu motornya juga mati.
"Loh, Intan, ngapain lo disini?"
Intan membuka matanya, sosok lelaki bertubuh tinggi yang pertama Intan liat. Dia Radit, teman sekelas Intan.
"Dit, tolongin Intan, Intan nggak tau jalan pulang, Intan tersesat," ujar Intan dengan muka memelas.
Radit mengerutkan keningnya, ia melihat kesekeliling, sepi. "Masa lo nggak apal jalan sini? Gimana caranya lo bisa nyampe disini?"
Intan diam, nggak mungkin kan, Intan bilang kalo Intan habis nolongin orang, bisa-bisa pahala Intan ilang.
"Emm itu, eee Intan lagi jalan-jalan sore, iseng aja gitu, tapi Intan malah tersesat, nggak tau jalan pulang, anterin Intan pulang ya, Dit?" Mohon Intan.
"Nggak bisa, gue mau berangkat ngaji," Radit kembali menyalakan mesin motornya. Brummm brumm.
"Yah, Dit, jangan pergi dulu," Intan menahan bagian depan motor Radit, "anterin Intan pulang, Intan nggak tau jalan pulang, pliss," Intan hampir nangis.
Radit yang orangnya tidak tegaan itu akhirnya menghela nafas pelan, "yaudah, gue anterin lo pulang, tapi jangan sampe rumah lo ya, ntar gue di tuduh yang enggak-enggak lagi sama bokap, lo."
Intan mengangguk, "iya nggak usah sampe rumah, sampe indomini deket SMP aja," jawab Intan.
"Ya udah ayo naik, keburu abis waktu sholat maghribnya."
Intan menaiki motor ninja milik Radit. Walau agak kesusahan sih, karena tubuh Intan yang pendek. "Udah," ucap Intan berpegangan pada pundak Radit.
"Kalo udah ya turun," kata Radit.
Intan memukul pundak Radit pelan. "Serius ihh, udah mulai gelap nih"
Tanpa aba-aba Radit langsung melajukkan motornya, Intan yang belum siap sontak saja tubuhnya terpental ke belakang hampir jatuh.
"Allahuakbar!" Ucap Intan langsung berpegangan kencang pada pundak Radit.
"Kamu ngendarai motornya yang bener napa? Ntar kalo Intan jatuh gimana? Kamu mau tanggung jawab? Enggak kan? Ya udah yang bener nyetirnya," omel Intan.
Radit sedikit melirik ke Intan lewat kaca spion, "tapi sekarang lo sehat-sehat aja kan? Nggak kenapa-napa?"
"Iya, sekarang Intan selamat, Allah masih sayang sama Intan, nggak tau deh lain kali, makanya kamu kalo nyetir yang bener, untung kamu bonceng Intan bukan bonceng pacar kamu, kalo kamu bonceng pacar kamu, pesti kamu langsung di putusin," cerewet Intan.
Radit hanya berdehem pelan menanggapi omelan Intan.
"Kok kamu diem? Kamu tuli?" Tanya Intan karena dirinya nggak mendapat respon dari Radit.
"Lagi di jalan, Ntan, pendengarannya kurang jelas," jawab Radit.
Intan menganggukkan kepalanya, memang benar, kalo lagi naik motor di jalan, pendengarannya jadi kurang jelas, kalo di tanya palingan cuma jawab, hah, apa, oo, iya, hm.
Kalian juga sama?
Motor Radit berhenti di depan Indomini tempat Intan ketemu dengan nek Sum tadi.
"Makasih, Dit." Ucap Intan turun dari motor Radit.
"Iya sama-sama, ya udah kalo gitu gue duluan," jawab Radit langsung pergi.
Intan mulai berjalan pulang, selama perjalanan perasaan Intan nggak enak, kaya ada yang Intan lupain, tapi apa?
Intan tak menghiraukan perasaannya itu, mungkin ini hanya perasaannya saja, Intan terus berjalan hingga dia sudah sampai di rumah.
"Assalamualaikum, Intan pulang." Salam Intan saat memasuki rumah.
"Waalaikumsalam, dari mana kamu, Tan? Kok baru pulang?" Tanya mama Intan yang habis selesai sholat maghrib.
Intan menghampiri mamanya, kemudian menyalaminya, "beli sabun cuci muka sama pasta gigi, Ma, punya Intan habis,"
Mama Intan melihat tangan Intan yang kosong, tak bawa apa-apa, "terus sekarang pasta gigi sama sabun cuci mukanya mana?"
"Ini.. lah kok? Yah ketinggalan" kata Intan saat menyadari kalo sabun cuci muka dan pasta giginya ketinggalan di rumah nek Sum.
Mama Intan menggelengkan kepalanya, "memang tadi kamu kemana aja? Kok sampe ketinggalan segala?"
"Main bentar, Ma."
"Ya udah, besok mama beliin, lain kali kalo habis belanja atau apa itu langsung pulang, jangan main. Kamu mandi sana, terus sholat maghrib, makan malam udah mama siapin di meja makan." Ujar mama Intan
"Iya, ma," jawab Intan kemudian masuk ke dalam kamar.
-
HAII.
JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN.
MAKASI BUAT KALIAN YANG UDAH MAMPIR.
BISSMILLAH PUASA KE-2, SEMOGA LANCAR. AAMIIN.
Happy Birthday!
Semarang, Rabu 14 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Gurintan [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] [FOLLOW DULU BARU BACA] [MASUKIN READING LIST, KOMEN, DAN VOTE JUGA] [CERITA PERTAMA DAN MAAF KALO KURANG NYAMBUNG] Cerita tentang seorang gadis bernama Intan yang menolong nenek nenek bernama Sumiati, bisa di panggil nek Sum. N...