Tandai bila ada typo.
-
"Hachim!!"
"Hachim!!"
"Hachim!!"
Intan terbangun dari tidurnya karena suara bersin-bersin yang berasal dari sampingnya.
"Mas Guntur, bangun..." Intan membangunkan Guntur. Karena dari tadi Guntur bersin-bersin terus, hidungnya juga udah merah dan mengeluarkan cairan bening.
"Heemm..." jawab Guntur sambil mengucek-ucek hidungnya.
"Jangan dikucek," Intan mencegah tangan Guntur, "nanti hidungnya tambah merah, kaya hidung badut."
Guntur mengubah posisinya menjadi duduk dan bersender pada tembok, "tapi gatel, dek, hachim!"
"Mas Guntur minum obat, ya, biar lebih mendingan." Saran Intan.
Guntur menggeleng, "nggak usah, ntar juga sembuh sendiri."
"Biar cepat sembuh, mau, ya, minum obat?" Bujuk Intan.
Guntur menggeleng lagi, "ngga mau..." jawabnya pelan.
"Hachim!!" Guntur menutup mulut dan hidungnya menggunakkan kedua telapak tangannya.
"Tuh, dari tadi Mas Guntur bersin-bersin terus, kalo nggak minum obat entar gak sembuh-sembuh."
"Ngga mau minum obat, ga enak, pait." Jawab Guntur sambil mengelap tangannya dengan tissue basah yang ada di atas meja kecil samping tempat Guntur tidur.
"Yang namanya obat pesti gak enak, Mas."
"Ngga ada cara lain apa selain minum obat?" Tanya Guntur yang bersiap menutup hidungnya kembali karena mau bersin.
"Hachim!!"
Intan berfikir sejenak, "Intan buatin teh jahe, mau? Intan gak tau sih ini mujarab apa enggak, tapi apa salahnya kita mencoba, Mas Guntur mau?"
Guntur mengangguk, "ambilin dulu jaket apa hoddie aku di lemari, dingin." Kata Guntur sambil mengusap kedua lengannya karena kedinginan.
Intan mengangguk, ia kemudian beranjak dari ranjang dan mengambil hoddie milik Guntur.
"Sini, aku pakein." Intan memakaikan hoddie itu pada badan Guntur.
Sekilas, Intan menatap jam yang ada di dinding, "jam satu," gumam Intan.
"Ya udah, aku turun dulu, mau bikin teh jahe, Mas Guntur tunggu sini, ya?" Guntur mengangguk. Intan kemudian turun ke bawah dan menuju dapur.
Sesampainya di dapur, Intan sedikit kebingungan untuk mencari jahe, sereh, dan teh tubruk.
"Bibi naronya di mana, ya?" Tanya Intan sambil membuka kulkas.
"Nah, ketemu," Intan mengambil kresek yang berisi jahe dan sereh.
Intan mencuci jahe dan serehnya pada wastafell dapur. Sekarang Intan tinggal mencari teh tubruknya.
Setelah semua bahan terkumpul, Intan memotong jahe dan sereh kecil-kecil kemudian dimasukkan ke dalam panci yang biasa buat masak mie.
"Nah tinggal di kasih teh sama air doang, nih," gumam Intan sambil memasukkan teh kedalam panci kemudian dilanjut memasukkan air secukupnya.
"Tinggal tunggu mendidihnya aja," Intan menyiapkan saringan teh dan gelas.
Tanpa sepengetahuan Intan, ternyata Guntur dari tadi mantengin Intan sambil duduk di tangga ke dua dari bawah.
"Sibuk amat, Bu," canda Guntur.
"Eh?" Intan menatap ke arah Guntur, "Mas Guntur ngapain turun? Mas Guntur di kamar aja, biar ntar Intan anterin tehnya ke atas." Jawab Intan menghampiri Guntur.
Guntur menggeleng, ia kembali mengucek hidungnya yang sudah bengkak, "aku mau temenin kamu di sini."
"Ya udah, jangan duduk di tangga, dingin, duduk di kursi aja," Intan membantu Guntur berdiri dan memapahnya menuju ruang keluarga.
"Mas Guntur tunggu sini, itu sepertinya airnya sudah mendidih." Kata Intan setelah Guntur duduk di sofa.
Guntur mengangguk, "jangan lama-lama," katanya menatap manja ke Intan.
"Iya."
Guntur menunggu Intan kurang lebih lima menit, kemudian Intan datang menghampirinya sambil membawakkan satu gelas penuh yang berisi air teh jahe.
"Nih, Mas, di habiskan, ya," kata Intan menyodorkan gelas tersebut.
Guntur langsung meneguk, airnya, "shh... panas!" Kata Guntur sambil menjulur-julurkan lidahnya.
"Hati-hati, ini 'kan airnya baru mendidih, jadi panas. Ini juga jahenya tadi Intan banyakin, jadi panasnya sampai ke tenggorokkan." Ujar Intan.
"Lidah aku, melepuh, dek," kata Guntur sambil memperlihatkan lidahnya.
"Minum air biasa dulu, mau?" Tawar Intan.
"Ya udah air biasa aja, tapi yang anget, ya," jawab Guntur.
"Iya," Intan kemudian kembali ke dapur untuk mengambilkan Guntur air putih hangat.
"Hachim!!"
"Hachim!!"
Saat Intan kembali ke ruang keluarga, Gutur kembali bersin-bersin.
"Ya, Allah, Mas, Mas kenapa, sih, dari tadi bersin-bersinnya nggak sembuh-sembuh?" Tanya Intan prihatin melihat kondisi Guntur saat ini.
Guntur menggeleng, "nggak tau, dek." Intan kemudian kembali merawat Guntur.
-
Kebumen, Senin 14 Juni 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gurintan [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] [FOLLOW DULU BARU BACA] [MASUKIN READING LIST, KOMEN, DAN VOTE JUGA] [CERITA PERTAMA DAN MAAF KALO KURANG NYAMBUNG] Cerita tentang seorang gadis bernama Intan yang menolong nenek nenek bernama Sumiati, bisa di panggil nek Sum. N...