25.

313 61 175
                                    

Tandai jika ada typo.

-

     Mobil Andra sudah sampai di parkiran rumah sakit. Kini Andra akan bersiap-siap turun. Sedangkan Guntur, ia was-was. Antara lanjut periksa atau kabur aja.

"Turun, Gun, gue tau mobil gue nyaman, makanya lo betah berlama-lama di dalam mobil gue." Kata Andra.

"Dih, mobil jelek kaya gini aja di bilang nyaman, bagusan juga mobil gue!" Jawab Guntur kemudian turun dari mobil. Meninggalkan Intan dan Andra di dalam sana.

"Suami, kamu kenapa, Dek?"

Intan mengedikkan bahu, "ngambek kali, gara-gara di paksa periksa."

"Masa gitu doang ngambek, ya udah, turun, yuk." Andra kemudian turun dari mobil.

Pas di parkiran, mereka ketemu Wendi, Deon, dan Hendri yang ikut menyusul.

"Ngapain kalian kesini?" Tanya Guntur menatap ketiga sahabatnya.

"Nemenin elo, lah! Siapa tau ntar duit lo kurang, terus lo gak bawa duit banyak, makanya kita susulin lo ke sini, buat minjemin lo duit." Jawab Deon.

"Gue nggak kere ya, duit gue banyak!" Sombong Guntur.

Intan mencubit pelan pinggang Guntur, "ga boleh sombong, Mas."

"'Kan emang faktanya, Dek."

"Ya tetep aja, kamu nggak boleh sombong, ntar rezekinya gak berkah."

"Udah, ayo masuk, keburu antriannya panjang nih," ajak Andra.

Guntur gelisah, dia sekarang bener-bener takut jika harus di periksain, takut corona.

"Emm, gue ke kamar mandi dulu, ya," alasan Guntur agar dapat mengulur waktu.

Saat Guntur hendak ke kamar mandi, Hendri menarik kerah kemeja Guntur, "eitt, ga boleh, ntar lu kabur."

"E-enggak, s-siapa juga yang mau kabur, o-orang gue aja beneran kebelet, kok." Gagap Guntur.

"Lo kenapa jadi gagap gini?" Tanya Wendi.

Guntur menggeleng, "gue cuma kebelet pipis dong."

"Kita kawal!" Putus Andra.

"Yah, nggak bisa gitu dong, masa kalian mau liat adek gue ngeluarin air." Tolak Guntur.

"Sembarangan, ngapain gue liat adek lo keluar air, kalo adek gue bisa keluar air juga?!" Tanya Andra.

Intan yang nggak tau apa-apa cuma bisa diam. Yang ada di pikiran Intan sekarang, emangnya Guntur punya adek?

Bukannya Guntur anak tunggal, ya? Kok Guntur bilang dia punya adek? Adek siapa?

"Gak usah ke toilet, ntar dapet antrian panjang, langsung antri aja, ke toiletnya ntar pas udah periksa." Saran Deon.

"Nah, bener tuh, udah ayo kita periksa," Andra mendorong tubuh Guntur agar mau masuk ke dalam rumah sakit.

Dalam kondisi seperti ini Guntur hanya bisa pasrah. Semoga dirinya baik-baik saja.

Setelah dapet antrian, mereka duduk berderet di kursi tunggu. Guntur dari tadi nggak bisa anteng.

"Mas Guntur anteng dikit, dong, nggak malu apa diliatin anak kecil?" Tanya Intan yang tau dari tadi ada anak kecil yang memperhatikan Guntur.

"Tau, tuh, udah tua tapi masih kaya anak kecil aja," lanjut Hendri.

"Stt, diem!" Jawab Guntur.

Tak lama nomor antrian Guntur di panggil. Yang akan menemani Guntur masuk ke dalam hanya Andra dan Intan, yang lain nunggu di luar.

Masa yang di periksa satu, yang ikut masuk kurang lebih lima orang? Apa nggak sesak tuh ruangan?

"Keluhannya apa, Pak?" Tanya dokter saat Guntur lagi di periksa.

"Saya nggak kenapa-napa, kok, Dok." Jawab Guntur.

Dokter menyerit bingung, nggak kenapa-napa kok di bawa ke rumah sakit?

"Bohong dia, Dok. Dari semalem dia bersin-bersin terus, kayanya flu deh, Dok." Intan membenarkan ucapan Guntur.

Dokter mengangguk, "ada keluhan lain, nggak, Pak?"

Guntur menggeleng. Dokter kemudian mengambil alat tensi dan mengecek darah Guntur.

"Darahnya normal, nggak tinggi nggak rendah," ucap Dokter.

"Coba di tes corona, Dok. Saya takut teman saya ini kena corona." Usul Andra.

Guntur membelalakkan matanya, mau protes, tapi tak bisa. Yang bisa dia lakukan hanya menurut.

"Baiklah, tapi saya rasa hasilnya negatif," ujar sang Dokter kemudian mulai menyiapkan alat yang untuk tes corona.

"Nggak, Dok. Saya nggak mau di tes-tes kaya begitu, saya di kasih obat aja udah sembuh, kok, Dok." Tolak Guntur.

"Demi kebaikan kita semua, Gun, lo nggak usah ngebantah, deh, tinggal nurut aja, biar cepet selesai." Jawab Andra.

"Nggak mau!" Guntur kemudian berlari keluar dari ruangan.

Intan, Andra, dan dokter menatap Guntur tak percaya, umur segitu masih takut di periksa?

"Eh, jangan kabur lo!" Cegah Andra, tapi Guntur udah keburu keluar duluan.

Andra menatap dokter tak enak, ada rasa malu juga, "ma'afin temen saya, Dok, temen saya memang gitu."

Dokter mengangguk paham, "iya, pak, rata-rata orang yang mau di cek corona juga gitu, mau di cek, eh malah kabur duluan."

"Tapi temen saya nggak kenapa-napa, 'kan, Dok?" Tanya Andra memastikan.

"Saya rasa dia nggak papa, ntar saya kasih resep obat, jangan lupa di minum ya, perbanyak istirahat sama minum air putih hangat." Jawab dokter.

"Baik, Dok." Jawab Intan.

"Kalo begitu kita pamit dulu, mau nyusul Guntur, ma'af ya, udah bikin dokter repot gara-gara ulah Guntur." Pamit Andra.

"Nggak sama sekali kok, Pak."

"Permisi, Dok."

Intan dan Andra kemudian keluar mencari keberadaan Guntur. Deon, Wendi, dan Hendri juga udah nggak ada di ruang tunggu, kemungkinan mereka menyusul Guntur.

-

Kebumen, Sabtu 19 Juni 2021

Gurintan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang