Tandai jika ada typo.
-
"Anda saya pecat!" Ucapan Guntur menggema di seluruh penjuru ruangannya.
Delia terlonjak kaget, ia menatap Guntur, "t-tapi salah saya apa, Pak? Saya tidak melakukan kejahatan."
"Anda masih bertanya salah anda apa? MIKIR GAK?! Lo siram wajah istri gue dengan jus, dan lo bilang lo nggak ngelakuin kejahatan? Lo mau rangsang gue agar gue mau sama lo? Cih! Ogah, beruntung lo cuma gue pecat, gak gue masukin rumah sakit jiwa!" Jawab Guntur panjang.
"Cih pengadu!" Ucap Delia pelan, dan kedua tangannya terkepal.
Brak!
Guntur menggebrak meja dengan keras, "lo nggak usah ngomongin istri gue pengadu, istri gue gak ngadu, dan asal lo tau, rumah gue penuh cctv!"
Delia berdiri dari duduknya, "lo tau? Gue ngelakuin ini semua itu karena gue sayang sama lo."
"Hilih, bullshits, sayang kok mau ngalihin nama perusahaan menjadi nama lo," sinis Guntur.
Delia terlonjak kaget, darimana Guntur tau? Bukannya Guntur sudah menandatangani berkas itu?
"Dan, sadar diri dong, lo itu tante-tante, udah punya anak, udah punya suami, masih aja mau jadi PELAKOR! Dan lo kira gue mau sama lo? Ga sudi gue sama lo, modelan kaya ondel-ondel gini!" Lanjut Guntur.
Brak!
Kini gantian Delia yang menggebrak meja, "nggak usah blagu lo jadi anak kecil, harta warisan dari nenek aja bangga!"
"Mendingan harta warisan dari nenek, masih ada hubungan keluarga, ketimbang harta hasil dari ngrebut milik orang? Cuma jadi sekertaris aja bangga!" Jawab Guntur.
"BANGSAT!" Umpat Delia, kemudian pergi keluar dari ruangan Guntur.
Di luar ruangannya Guntur, sudah ada Eki dan Cyra yang menunggu.
"Gimana? Jadi di pecat?" Tanya Cyra.
Delia memandang Eki sinis, "bangsat lo, Ki, lo ngapain ngasih tau kalo gue mau ngalihin nama perusahaan, sih?!"
"Gue gak ngasih tau, Pak Guntur tau sendiri, dan asal lo tau, gara-gara masalah ini, gue hampir di pecat sama Pak Guntur!"
"Gue gak perduli lo mau di pecat apa enggak, dan lo pikir gue percaya sama omongan lo? Omongan lo itu bullshits. Guntur gak mungkin ngecek-ngecek berkas yang akan dia tanda tangani."
"Bukan Pak Guntur yang tau sendiri, tapi Pak Andra yang ngasih tau, kebetulan tadi Pak Andra lagi di sini." Jawab Eki.
"Jadi, lo beneran di pecat, Del?" Cyra mengulang pertanyaannya yang belum dijawab oleh Delia.
Delia berdecak kesal, ia kemudian mulai mengemasi barang-barangnya dengan kasar.
"Makanya, jangan terlalu berani jadi sekertaris, mentang-mentang jadi sekertaris, berani banget mau rangsang Pak Boss." Celetuk salah satu karyawan.
"Bacot!"
Delia kemudian keluar dari kantor. Ia akan mencari pekerjaan baru. Apa aja. Mau haram juga nggak papa.
***
Guntur sudah sampai di rumah. Saat ini dia sedang menemani Intan nonton tv di ruang keluarga. Seperti apa yang diucapkannya tadi siang dengan Andra, Guntur mencoba untuk berbicara dengan Intan.
"Dek..." panggil Guntur pelan.
Karena merasa nggak di panggil, Intan nggak nengok. Ia tetap menonton tv.
"Intan." Panggil Guntur sekali lagi.
"Ya?" Kali ini Intan nengok, "kenapa, Mas?"
Guntur menghela nafas, di panggil 'dek' ga nengok, giliran di panggil namanya kini nengok, bener-bener ya.
"Kamu mau jadi sekertaris aku di kantor?" Tanya Guntur. Mulai saat ini Guntur akan menggunakkan aku-kamu saat berbicara dengan Intan.
Intan mengerutkan keningnya, "aku? Kamu?"
Guntur mengangguk, "iya, mulai saat ini kita ngomongnya pake aku-kamu."
"Kan Intan memang ngomongnya pake aku-kamu, Mas."
"Ya, nggak papa, jadi kamu mau 'kan jadi sekertaris aku di kantor?"
Intan berfikir sejenak, menimang-nimang permintaan Guntur. "Emang sekertaris Mas Guntur kemana?"
"Delia aku pecat, habis dia kerjanya nggak bener, sih." Jawab Guntur.
"Nggak bener kenapa?"
"Ya, ada lah, ntar kalo aku kasih tau kamu, kamunya jadi nggak enak."
Intan penasaran, apa Delia dipecat karena menyiramnya dengan jus jeruk semalam?
"Apa, Mas Guntur pecat sekertaris Mas Guntur karena kejadian kemarin?" Tanya Intan.
Guntur menggeleng, "iya, tapi bukan itu aja."
"Apalagi?"
Guntur menggeleng, "udah, nggak usah di pikirin, ntar malah jadi beban. Jadi kamu mau nggak jadi istri aku?" Tanya Guntur kurang fokus.
"Bukannya Intan udah jadi istrinya Mas Guntur, ya?" Tanya Intan keheranan.
Guntur menepuk dahinya pelan, "oiya, lupa, maksud aku, kamu mau 'kan jadi sekertaris aku di kantor?"
Intan mengangguk, "mau aja, asal kerjanya ringan."
"Ringan kok, kamu nggak di suruh mandiin singa yang lagi kelaparan." Canda Guntur.
Intan nyubit perut Guntur, "iiiii malah bercanda..."
"Hahaha, iya, ma'ap, aduh, sakit, udah jangan dicubit lagi, hahaha," Guntur melepas tangan Intan dari perutnya.
"Sakit kok ketawa-tawa," ujar Intan.
"Ya, 'kan ada gelinya juga, Dek." Jawab Guntur sambil mengacak-ngacak rambut Intan yang di gerai.
"Ihhhh jangan di acak-acak, ntar berantakkan." Kata Intan sambil merapikkan rambutnya.
Guntur hanya tersenyum. Ternyata Intan asik juga, ya, kalo di ajak bercanda, tau gini Guntur dari dulu udah giniin Intan.
-
Kebumen, Kamis 10 Juni 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gurintan [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] [FOLLOW DULU BARU BACA] [MASUKIN READING LIST, KOMEN, DAN VOTE JUGA] [CERITA PERTAMA DAN MAAF KALO KURANG NYAMBUNG] Cerita tentang seorang gadis bernama Intan yang menolong nenek nenek bernama Sumiati, bisa di panggil nek Sum. N...