Have a nice day!-
Perlahan, Intan mulai membuka matanya. Pandangan yang pertama Intan lihat adalah lampu yang menyorot terang ke matanya. Intan menyipitkan matanya, silau. Intan melihat kesamping, tetapi kosong. Kemana perginya Guntur sepagi ini?
Intan bangun dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Intan hanya menggosok gigi dan mencuci mukanya, ia terlalu malas untuk mandi pagi. Setelah selesai, Intan turun ke bawah untuk mencari Guntur.
Dari tangga Intan dapat melihat, bahwa suaminya sedang menikmati sarapan paginya di meja makan. Senyum Intan mengembang, ia kemudian menghampiri Guntur.
"Mas Guntur kok sarapannya nggak ngajakin Intan sih?" Tanyanya sambil menarik satu kursi kosong di samping Guntur kemudian mendudukinya.
"Lo kebo!" Jawab Guntur judes tanpa melirik ke arah Intan sedikit pun.
Intan mengerutkan bibirnya, "kan Mas Guntur bisa bangunin Intan buat sarapan bareng, lagian Mas Guntur mau kemana sih pagi-pagi udah rapi aja?"
"Kerja." Jawab Guntur seadanya.
"Kerja? Mas Guntur kerja dimana? Mas Guntur kerja apa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Intan, Guntur menyudahi sarapannya dan segera berangkat kerja.
"Mas! Mas tunggu Mas!" Kata Intan mengejar Guntur.
Guntur yang sudah berada di depan pintu utama itu menghentikan langkahnya, menunggu Intan menghampirinya.
"Mas Guntur mau berangkat kerja sekarang?" Tanya Intan saat sudah berada di dekat Guntur. Guntur hanya berdeham sebagai jawaban.
Intan menyalimi tangan kanan Guntur, sontak, Guntur yang belum siap itu segera menarik tangannya kembali.
"Hati-hati di jalan ya, Mas. Jaga mata jaga hati, nanti pulangnya Intan tungguin di ruang tamu." Kata Intan menampilkan senyum manisnya.
Guntur menghiraukan ucapan Intan, dia segera menuju garasi dan masuk ke dalam mobil.
Intan melambaikan tangannya saat mobil Guntur berhenti di depan pagar, menunggu sang saptam membukakkan pagar.
"Hati-hati di jalan Mas Guntur!"
Setelah pagar terbuka, Guntur segera melajukkan mobilnya. Intan menunggu sampai mobil Guntur benar-benar tak terlihat dari pandangannya, kemudian dia masuk ke dalam rumah.
Intan kembali ke ruang makan, di sana terlihat dua pembantu yang sedang membereskan sisa makan Guntur tadi.
"Eh, Bi, nggak usah di beresin, biar Intan aja yang beresin, Bibi ngurusin pekerjaan yang lain aja," tegur Intan.
Kedua pembantu itu menghentikan aktivitas mereka sejenak, baru kali ini ada majikan yang melarang pembantunya berkerja.
"Nggak usah, Non, ini biar Bibi aja yang beresin, kalo Bibi nggak beresin ini, ntar Bibi jadi nganggur, soalnya pekerja disini lumayan banyak, jadi perkerjaan udah kepegang semua." Jawab salah satu pembantu itu.
"Beneran nggak papa, Bi? Ntar kalo Bibi sakit gimana?" Tanya Intan memastikan.
Pembantu itu menggeleng, "enggak non, Bibi nggak bakal sakit kok, Non tenang aja, nggak usah khawatir, bibi udah biasa melakukan pekerjaan ini."
"Ya udah kalo itu kemauannya Bibi, Intan ke atas dulu, ya?"
"Ee Non Intan nggak mau sarapan dulu?" Tawarnya.
Intan menggeleng, "Intan belum laper, Bi, entar kalo Intan laper Intan turun lagi ke bawah."
"Baik, Non."
Setelah percakapan selesai, Intan kembali lagi ke kamar untuk melakukan ritual mandinya.
***
Mobil Guntur sudah sampai di parkiran kantor yang sekarang telah menjadi miliknya. Saat memasuki kantor, semua menundukkan kepalanya, ada juga yang menyapa.
"Selamat pagi, Pak!" Sapa sekertaris Guntur. Namanya Delia Sarafina, panggil aja Delia.
Hanya Delia yang berani menyapa Guntur, karyawan yang lain nggak berani. Tatapan tajam yang selalu Guntur berikan kepada karyawannya itu yang membuat mereka takut.
Guntur menghiraukan sapaan Delia, ia segera menaiki lift menuju ruangannya. Sesampainya di dalam ruangan, Guntur menyalakan laptop dan mulai mengisi data-data yang masih kosong.
Tok tok tok.
Cklek.
Pintu terbuka, dan masuklah Delia dengan senyum mengembangnya.
"Permisi, Pak, ini ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani." Ujar Delia sambil memberikan berkas yang akan Guntur tanda tangani.
Guntur menerima berkas itu dan mulai menandatanganinnya satu per satu. Setelah selesai, Guntur mengembalikan berkas itu ke Delia.
Delia membiarkan berkas itu tergeletak di depan Guntur begitu saja, dia berjalan ke samping Guntur, dan dengan lancang, dia menyentuh tangan Guntur.
Guntur segera menjauhkan tangannya dari tangan Delia. Ia menatap Delia tajam. Delia yang ditatap seperti itu hanya tersenyum.
"Saya permisi dulu, Pak, terima kasih." Ucapnya mengemasi berkas-berkasnya dan segera keluar dari ruangan Guntur.
Setelah keluar dari ruangan Guntur, dia menghampiri karyawan yang lain.
"Gimana? Berhasil nggak?" Tanya salah satu karyawan yang merupakan teman dekat Delia, Eki.
Delia mengangguk, sambil tersenyum, dia berkata, "berhasil dong, gilaaa!! Tangannya Pak Guntur mulus bangeett!!"
"Maklum lah, Del, masih muda dia, masih 20 taun, beda sama lo yang udah 35 taun." Jawab salah satu karyawan lainnya, Cyra.
Delia menatap sebal Cyra, "walaupun beda 15 taun, cinta gue ke Guntur pantang mundur!" Katanya yakin.
"Halah nggak cocok lo sama dia, kalian tu ibarat bibi sama ponakan." Jawab Cyra.
Eki terkekeh kecil mendengar penuturan Cyra yang suka jujur, "suka jujur aja lo, Ra."
"Ya iyalah, kalo bisa jujur kenapa harus di tutup-tutupin?"
Delia memutar kedua matanya malas, "udah, kerja, jangan ngegosip mulu!"
"Ck, iya-iya."
Mereka kemudian kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing.
-
Double Update!
Author masih bingung mau kasih cast nya. Jadi mohon maaf Author belum bisa kabulin permintaan kalian yang minta cast🙏.
Spam komen yuk biar Author tambah semangat ngetiknya.👉
Votenya jangan lupa ya.
Happy Birthday!
Semarang, Selasa 27 April 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gurintan [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] [FOLLOW DULU BARU BACA] [MASUKIN READING LIST, KOMEN, DAN VOTE JUGA] [CERITA PERTAMA DAN MAAF KALO KURANG NYAMBUNG] Cerita tentang seorang gadis bernama Intan yang menolong nenek nenek bernama Sumiati, bisa di panggil nek Sum. N...