10.

347 112 230
                                    


Have a nice day!

-

    Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00, tetapi Guntur belum juga pulang. Sesuai perkataannya tadi pagi, Intan akan menunggu sampai Guntur pulang di ruang tamu.

"Non, non Intan mendingan tidur dulu, soalnya Tuan Guntur biasanya pulangnya larut malam." Tegur salah satu pembantu.

Intan menggeleng, "nggak mau Bi, Intan mau nungguin Mas Guntur pulang."

Pembantu itu duduk di lantai samping sofa, "ya udah kalo itu mau non, Bibi temenin disini ya?"

Intan yang awalnya duduk di sofa kini ikutan duduk di lantai, di samping pembantu itu.

"Boleh. Kalo boleh tau nama bibi siapa?" tanya Intan.

"Asti, Non."

"Bibi udah lama kerja disini?" tanya Intan.

Bi Asti mengangguk, "udah Non, dari Tuan Guntur masih bayi bibi udah kerja di sini."

Intan yang sejak berada disini merasa pembantunya banyak pun melihat ke sekeliling, "jumlah pembantu di sini berapa, Bi? Kayanya kok banyak banget yang kerja?"

"Banyak Non, sekitar dua puluh orang."

Intan membelalakan matanya, "dua puluh orang?" Gilaa pembantu dirumah Intan aja palingan cuma dua, disini sepuluh kali lipatnya.

Bi Asti mengangguk, "iya Non dua puluh orang, tapi tukang kebun sama saptamnya belum ke itung, Non."

Intan semakin menggelengkan kepalanya, sekaya apa sih suaminya ini.

"Terus kalo malem kalian tidur dimana?"

"Tidur di rumah belakang, Non. Sama nyonya, dulu kita dibikinin rumah, khusus buat kita di belakang rumah ini, Non." Jawab Bi Asti.

Intan mengerutkan dahinya, "nyonya? Ibunya Mas Guntur?"

Bi Asti menggeleng, "bukan Non, kalo itu nyonya muda, yang bikinin kita rumah itu neneknya Tuan Guntur, beliau baik banget Non, karena beliau, kita semua jadi punya rumah dan pekerjaan sekarang."

Sekarang Intan tau, jadi rumah ini dulunya punya Nek Sum. Intan tidak mengira kalo keluarga Guntur itu dari keluarga terpandang. Soalnya dulu pas Intan nganterin Nek Sum pulang rumahnya sangat sederhana.

"Dulu kita semua, pembantu disini, aslinya gelandangan, kita ketemu nyonya dijalan, terus diajak nyonya kesini, dikasih pekerjaan, nyonya baik banget Non." Cerita Bi Asti.

Intan termenung, Intan jadi keinget sama Nek Sum. "Tapi sekarang nenek udah nggak ada," lirih Intan.

"Iya, kita juga nggak nyangka, nyonya pergi secepat ini, nyonya baik banget, semoga Allah Swt menempatkan beliau di syurga-Nya."

"Aamiin."

Tok tok tok.

Intan dan Bi Asti memandang pintu utama yang diketuk.

"Itu pasti Mas Guntur." Kata Intan langsung berdiri, hendak membukakkan pintu.

"Bukan Non, itu bukan tuan Guntur, itu palingan salah satu Satpam yang mau naro vas bunga, soalnya tadi bibi minta dibeliin vas bunga sama Pak Anto, salah satu Satpam yang bekerja di sini." Jawab Bi Asti.

Benar saja, setelah Intan membukakkan pintu, nampaklah Pak Anto yang mengenakkan seragam Satpam lengkap.

"Maaf non, malem-malem bapak ganggu, bapak cuma mau nganterin vas bunga pesanan Bi Asti aja." Ucap Pak Anto tak enak pada Intan.

Intan mengangguk, "iya Pak, nggak papa, nggak ganggu kok, lagian Intan juga belum tidur."

Bi Asti beranjak dari duduknya mengampiri mereka yang masih berdiri di depan pintu.

"Lagian Pak Anto juga sih, biasanya kan lewat pintu belakang, lah ini lewat pintu depan, ada apa, Pak? Tumben."

"Hehe iya Bi. Tadi saya kebetulan lewat depan, jadi biar nggak kejauhan langsung saja tak ketuk pintu depannya." Ucap Pak Anto memberikan vas bungannya pada Bi Asti.

"Ini cuma vas nya aja Pak? Bunganya nggak ada?" tanya Intan yang melihat Pak Anto hanya memberikan vas bunga saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini cuma vas nya aja Pak? Bunganya nggak ada?" tanya Intan yang melihat Pak Anto hanya memberikan vas bunga saja.

Bi Asti menerima vas bunganya, "enggak non, bunganya udah ada, jadi bibi cuma pesen vas nya aja."

"Ya sudah, kalo begitu saya pamit dulu ya, mau ngopi sama yang lain." Pamit Pak Anto.

"Iya pak."

Bu Asti memandang vas bunganya, "cantik ya non?" tanya Bi Asti setelah Pak Anto pergi.

"Iya Bi, cantik, kaya bibi." Jawab Intan terkekeh pelan.

Bi Asti yang dibilang cantik itu perlahan pipinya bersemu merah, "ah Non bisa aja, bibi jadi malu kan," jawab Bi Asti malu-malu.

"Nggak usah malu Bi, yang namanya wanita tentu cantik, nggak mungkin kan dibilang ganteng?"

"Iya, Non."

"Ya sudah, Bi, ayo masuk, angin malem ga baik buat kesehatan." Ajak Intan.

"Ayo, Non." Jawab Bi Asti kemudian menutup pintu dan menguncinya.

"Intan pengin ngemil deh, Bi." Kata Intan yang sudah duduk di sofa.

Bi Asti meletakkan vas bunganya di lemari bumpet yang ada di ruang tamu, kemudian menghampiri Intan.

"Non mau Bibi buatin apa?" tanyanya.

"Buah dipotong kecil-kecil kayanya enak, deh Bi." jawab Intan.

"Ya sudah, Non, Bibi ke dapur dulu, Non tunggu sini, Bibi nggak lama kok." kata Bi Asti.

"Siap, Bi."

-


Happy Birthday!

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL!

Semarang, Minggu, 02 Mei 2021

Gurintan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang