⚜ zwanzig

8.5K 2.3K 1.4K
                                    

jam berapa kalian baca ini?

jam berapa kalian baca ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ΦΦΦ

mashiho menjatuhkan pedang di genggamannya ke tanah berumput dengan sengaja.

masa bodo kalau dimarahin pendamping atau siapalah, yang penting tangannya bisa istirahat dulu.

mashiho mendesis menahan sakit sambil menatap telapak tangannya yang sedikit lecet serta bergetar.

kelamaan berlatih dengan senjata yang sebenernya gak terlalu disukainya (pedang berat soalnya)

mashiho mengibas-ngibaskan tangannya ke udara, berharap hal itu dapat mengurangi rasa perihnya.

"sini."

seseorang datang, menarik perlahan pergelangan tangan mashiho mendekat ke arahnya.

mashiho sedikit tersentak. ia menoleh ke orang yang sekarang duduk di sampingnya.

jihan, yang kini sedang membuka sebuah kotak P3K yang dibawanya, entah darimana.

"gue liatin lo kayaknya luka, makanya gue ambil P3K," ucap jihan seolah mengetahui pikirannya.

setelah kejadian kemaren, yang pada nyurigain jihan tapi ternyata hasilnya nihil, mashiho ngerasa canggung apalagi kayak sekarang ini.

jihan notol-notolin alkohol ke luka mashiho. "gimana hasilnya kemaren?

"hm?"

"udah nanya ke kak nako kan?"

mashiho mengangguk samar, "udah."

"udah." bersamaan dengan jihan yang telah selesai memasang plester dengan rapi di kedua telapak mashiho.

"lain kali kalau latian jangan dipaksain." jihan menampilkan senyum malaikat. "pergi dulu, kak mashi."

"jihan, maaf ya." mashiho menatap jihan yang berhenti beranjak, kemudian memperlihatkan plester di salah satu tangannya, "makasih juga."

senyum di bibir jihan belum menghilang, malahan bertambah lebar ketika ia akhirnya beranjak pergi.

bola mata mashiho mengikuti jihan yang berjalan pergi lalu secara tiba-tiba tangan mashiho ditarik (lagi), kali ini tanpa perasaan sampai mashiho bersiap mau ngamuk.

yedam mengendus-endus telapak tangan mashiho yang baru diplester. "bau obat merah kok bukan spiritus."

"ih ngapain sih?" mashiho menarik tangannya.

"mau mastiin aja kalau beneran aman." balas yedam.

yedam menatap jihan yang udah jauh banget. "lo curiga gak sama dia?"

mashiho menoleh dan menaikkan satu alisnya. "buat apa?"

yedam mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng, ia berpikiran sama kayak mashiho.

[ii] feverfew ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang