"jihan, maaf ya." mashiho menatap jihan yang berhenti beranjak, kemudian memperlihatkan plester di salah satu tangannya, "makasih juga."
senyum di bibir jihan belum menghilang, malahan bertambah lebar ketika ia akhirnya beranjak pergi.
bola mata mashiho mengikuti jihan yang berjalan pergi lalu secara tiba-tiba tangan mashiho ditarik (lagi), kali ini tanpa perasaan sampai mashiho bersiap mau ngamuk.
yedam mengendus-endus telapak tangan mashiho yang baru diplester. "bau obat merah kok bukan spiritus."
"ih ngapain sih?" mashiho menarik tangannya.
"mau mastiin aja kalau beneran aman." balas yedam.
yedam menatap jihan yang udah jauh banget. "lo curiga gak sama dia?"
mashiho menoleh dan menaikkan satu alisnya. "buat apa?"
yedam mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng, ia berpikiran sama kayak mashiho.