[Day-2] 9 atau tidak sama sekali

359 97 23
                                    

Audisi kemarin berjalan lancar. Beneran lancar kok, karena memang penampilan mereka tidak seburuk itu, walau dikatakan sempurna juga tidak. Dengan waktu persiapan yang sedikit, datang terlambat, bahkan duduk sebentar atau sekedar tarik nafas sebelum tampil juga belum, eh nomor urut sudah dipanggil, penampilan King Krabby bisa dibilang bagus kok.

Cuma waktu tampil Hyeongjun sempat kesandung kabel, terus malah cekikikan di belakang sama Wonjin sampai terdengar ke satu ruangan. Tau sendiri suara ketawanya Wonjin khas banget, kalo kata Minhee, ketawanya Wonjin persis kayak motor yang akinya baru diganti. Gak paham deh gimana.

Kemarin hanya hari audisi saja dan semua peserta Voice of Ramadhan harus menuggu satu hari untuk pengumuman, apakah mereka dinyatakan lolos atau tidak. Yang penampilannya jelek banyak, tapi yang bagus lebih banyak.

Rasa insecure mendadak pasti ada, tapi balik lagi ke niat awal, ajang ini cuma coba-coba peruntungan. Kalau lolos alhamdulillah, kalau tidak ya jadikan pengalaman, lumayan bisa buat dipamerin walau cuma sampai tahap audisi, yang penting sudah masuk TV.

"Seongmin mana, sih? Sepuluh menit lagi udah harus masuk studio ini, udah harus stand by katanya." Tanya Allen.

Enam temannya yang lain cuma menggeleng atau mengendikkan bahunya tanda tak tau, sedangkan Serim, dia lagi ikut briefing sebelum acara mulai.

"Tadi mampir kamar mandi sama lo, kan?" Tanya Woobin sambil menyenggol lengan Jungmo.

"Iya, tapi itu anak tiba-tiba ngilang. Gue kira udah balik duluan, eh ternyata ilang beneran." Jawab Jungmo.

"Di mobil kali," Sahut Taeyoung, "Tadi, kan, ngeluh ngantuk."

"Ayo masuk," Serim sudah kembali setelah selesai briefing oleh kru acara, "Mukanya pada dikontrol, siapa tau kesorot kamera, kan, lumayan bisa diangkut jadi pemain figuran Ikatan Cinta ketemu Andin. Kalo kita gak lolos, nanti lo nangis ya, Jin? Wonjin?"

Wonjin memang sering dijadikan objek derita walau pura-pura. Soalnya Wonjin gampang banget nangis. Nonton film sedih, Wonjin nangis. Ada temennya nangis, Wonjin ikut nangis. Bahkan minggu lalu, waktu Wonjin pengen banget makan sate taichan tapi keburu kehabisan, Wonjin nangis di depan yang jualan sampai abang-abangnya bingung.

"Satu dua tiga.. Kok cuma delapan? Kurang satu siapa?" Tanya Serim lagi.

"Seongmin gak tau ke mana. Tiba-tiba ngilang."

Dan sedetik setelahnya, HP Minhee berdering menunjukkan nama Seongmin di layarnya.

"Nah, ini yang dicari, muncul. Halo, Seongmin, lo di mana?"

"Tadi gue ngambil HP gue, ketinggalan di mobil."

"Ke parkiran aja lama banget. Lo tidur ya-"

"Terus waktu mau balik, gue lewat kantin ehehe ya mampir dulu beli rawon."

"Min.."

"Bentaaarrr lagi gue balik, Kak. Baru juga makan dua sendok. Gue ngebut ini makannya."

"Kan, lagi puasa.."

"..."

"Lo lupa apa sengaja?"

"AAAAAAAAAAAAA.....!!!"

Dan teriakan lumba-lumba khas Seongmin terdengar melengking dari ujung sana. Minhee langsung menjauhkan HP dari telinganya, khawatir budeg seketika.

"Seongmin di mana, sih?"

"Makan rawon, di kantin."

Memang ya cobaan di awal puasa, kadang suka lupa kalau tidak ada lagi makan di saat matahari masih bersinar terang di atas.

"Udah kenyang?" Tanya Hyeongjun begitu melihat Seongmin yang berlari dengan nafas ngos-ngosan, ditambah sisa nasi yang masih menempel di sudut kiri bibirnya.

"Kok gak ada yang ngingetin gue, sih, kalo sekarang puasa?!"

Bingung, kan. Yang ngilang duluan siapa, yang lupa siapa, yang makan siapa, yang disalahin siapa.

"Udah udah gak usah pake urat dong. Batal nanti puasa lo." Allen mencoba menengahi.

"Kloter 9 dimohon masuk ke studio."

Entah karena ada banyak kamera yang menyorot atau karena empat dewan juri yang duduk berjejer di podiun depan panggung dengan wajah serius sambil memegang lembaran kertas, saat kaki pertama kali masuk dan melangkah masuk ke dalam studio untuk pengumuman peserta, semua orang seperti dipaksa untuk tegang.

Bahkan sembilan orang yang beberapa detik lalu masih ngebercandain sisa nasi rawonnya Seongmin, sekarang cuma bisa diam sambil bergandengan tangan. Akrab banget kayak anak TK mau nyebrang jalan. Enggak, emang lagi tegang kok, gandengan buat berbagi kekuatan.

"King Krabby silahkan maju kedepan."

Maju ke depan, saatnya pasang tampang tegang tapi harus tetap tampak rupawan. Seperti yang sang leader tadi bilang, siapa tau ada sutradara yang mau merekrut jadi pemain sinetron.

"Sembilan orang ya? Banyak juga anggotanya."

Padahal ya enggak juga, sih. Kemarin mereka sempat ketemu dan ngobrol sama grup peserta yang jumlah anggotanya sampai dua belas, udah berasa rombongan haji.

"Kalian yakin, dengan anggota sebanyak ini, semua dapat spotlight dan perannya masing-masing?"

"Iya, yakin."

Yakin, soalnya mereka terbentuk sudah cukup lama dan sudah terbiasa bareng. Lagipula semua punya perannya masing-masing. Minhee, Woobin kuat di vocal, Allen main keyboard, Taeyoung main drum, Jungmo gitar sekaligus sebagai donatur utama grup, soalnya cuma Jungmo yang punya black card, Serim bisa jadi bagian angkat-angkat sound, Wonjin juga biasa jadi tukang gulung kabel, Seongmin suka disuruh buat ke indomaret beli snack, Hyeongjun sebagai penyemangat. Iya, kan, semua punya peran masing-masing hehe.

"Kalau saya meloloskan King Krabby, tapi dengan syarat kalian harus menyisihkan beberapa anggota dari kompetisi ini, apa kalian bersedia?"

Kali ini semuanya beneran bingung. Disaat harus memilih kelanjutan karir dan kebersamaan, mana langkah yang harus diambil?

"Kami berpegang teguh pada motto King Krabby. Mati satu tumbuh seribu!"

"Gimana?"

Yang salah ngomong cuma Wonjin, yang malu satu kelurahan. Kepada editor, tolong jawaban asalnya Wonjin nanti dipotong saja, biar gak nurunin harga diri di depan negara.

"Maksudnya kami datang ke sini bareng-bareng, berjuangnya juga bareng-bareng."

"Jadi, gak masalah kalau harus berhenti di sini?"

Gimana ya..?




voice of ramadhan 🌠

Voice of Ramadhan― cravity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang