[Day-24] track 03 rumor

116 44 12
                                    

Tatapan dari semua orang yang mereka lewati itu, awalnya hanya membuat risih tapi lama kelamaan semakin mengganggu. Merasa terus diperhatikan, tapi giliran ditatap balik, mereka menghindar. Mencoba untuk tak mempedulikan, tapi bisikan-bisikan itu tak bisa begitu saja diabaikan.

Suasana senang selepas gladi bersih untuk penampilan 5 besar esok hari, kini berubah jadi, "Ada apa, sih?" dalam hati masing-masing anggota King Krabby. Padahal saat mereka datang tadi pagi, semuanya masih biasa saja. Tapi, setelah keluar dari studio tiga puluh menit yang lalu, lirikan yang lengkap dengan bisik-bisik tetangga itu muncul.

"Iler gue masih nyisa apa ya?" Minhee berkaca di jendala, mungkin memang ada yang salah dengan penampilannya, "Enggak ah, kan, gue udah cuci muka tadi. Masih ganteng."

Seongmin juga ikut berkaca di samping Minhee, walaupun celana panjang berwarna ungu mudanya cukup ngejreng dibanding yang lain, yang cuma pakai celana panjang warna netral, tapi penampilan Seongmin juga tidak seaneh itu kok sampai harus dilihatin sebegitunya.

"Ini gara-gara lo kemarin ngerusakin pintu kamar mandi kali, Kak." Senggol Taeyoung.

"Ngarang lo, mana ada gue ngerusakin pintu kamar mandi. Orang kemarin gue cuma nubruk pintu, gara-gara rebutan mau ke kamar mandi duluan sama Woobin." Aku Jungmo.

"Terus ini kenapa, sih? Gue berasa artis yang baru aja ketangkep pake ganja deh," Taeyoung beralih menghadap Serim yang dari tadi ada di sebelahnya, tapi cuma diam, gak belingsatan bingung kayak yang lain, "Bang, kenapa ya?"

"Gak tau juga gue, emang bukan ngeliatin kita kali." Jawab Serim singkat.

Walaupun jawabannya tampak tak peduli, tapi yang bisa Taeyoung tangkap, ada raut wajah khawatir di sana.

"Besok dateng pagi ya, kalian tampil pertama."

Minkyu yang menghampiri sembilan orang yang bergerombol itu sambil membawa rundown acara untuk esok hari, langsung ditarik duduk sama Hyeongjun.

"Kyu, lo bilang ke gue, ada apa." Hyeongjun dan tatapan tajamnya.

Minkyu tampak bingung, "Hah, apanya?" Atau berusaha menutupi sesuatu, mungkin.

"Gak usah pura-pura gak tau deh. Dari tadi semua orang ngeliatin gue sama temen-temen gue."

Minkyu ini anak jujur, mahasiswa teladan yang baru masuk tahun pertama kuliah saja sudah jadi calon mahasiswa berprestasi. Jarang bohong.

Buktinya, dengan sedikit ditekan juga Minkyu sudah tak bisa menyembunyikan ekspresinya. Dan semua yakin, pasti ada apa-apa, hal yang berkaitan dengan King Krabby.

"Aduh, kayaknya bukan kapasitas gue deh buat bilang tentang ini.."

"Wonjiiiinnnnn!"

Wonjin langsung menoleh ke belakang begitu namanya dipanggil, dan begitu tau siapa yang memanggilnya ia langsung mendengus malas.

"Wonjiiiinnnn!"

"Aduh, apa , sih?" Tingkat emosi Wonjin kalau sudah berhadapan sama Yuri itu otomatis langsung naik dua tingkat.

"Bang Serim mana?"

"Bang Serim segede gaban gini berdiri di depan lo, apa masih gak kelihatan?" Wonjin menunjuk Serim di sampingnya.

"Bang.. bener?"

Serim hanya menatap Yuri diam.

"Tolong bilang, kalo ini bukan Bang Serim.."

Sebuah foto didominasi dengan warna gelap, tak begitu jelas, sepertinya diambil pada malam hari dan dari jarak jauh.

"Apaan, sih, ini?" Tanya Seongmin.

"Ini, bukan foto Bang Serim sama Mba Dasom, kan?"

"Ini, bukan foto Bang Serim sama Mba Dasom, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jelas akar permasalahannya sekarang. Mengapa mereka tiba-tiba menjadi pusat berhatian dan bahan pembicaraan banyak orang, karena foto yang tersebar di sebuah group chat dan disertai dengan kabar bahwa Mba Dasom, eksekutif produser acara Voice of Ramadhan, sedang terlibat hubungan asmara dengan salah satu peserta kompetisi, Serim dari King Krabby.

Letak masalahnya bukan hanya itu, tapi yang terburuk adalah karena Mba Dasom diketahui sudah menikah, bahkan sudah memiliki satu anak.

Sebuah rumor yang tak terduga tiba-tiba muncul, cukup menarik bagi orang lain, tapi terlalu tak masuk akal bagi kedelapan orang di sekitar Serim. Delapan orang yang selalu bersama lelaki itu tak pernah mengetahui atau bahkan menduga bahwa sang pemimpin akan tertimpa kabar miring itu.

Kabar miring? Atau memang sebuah fakta baru?

"Kok bisa?"

"Maksudnya apa?"

"Apa semuanya benar?"

"Dari jarak sejauh itu, apa orangnya benar bisa dipastikan siapa?"

"Ini bukan asal tuduh, kan?"

"Ada puluhan orang yang mendatangi tempat di mana foto itu diambil, mungkin bukan Serim salah satunya."

"Mungkin salah orang.."

"Atau cuma sekedar ulah netizen iseng yang kebelet viral?"

Ada begitu banyak pertanyaan akan kemungkinan yang terjadi muncuk dipikiran masing-masing, tapi tak satu pun dari pertanyaan itu terucap.

Serim yang hanya bisa menundukkan kepalanya dan delapan orang lain yang tak pernah ingin menghakimi.

Seseorang dan segala perbuatannya, pasti selalu ada alasan di balik itu semua, kan? Dan menanyakan apa alasan di balik itu, apakah memang perlu? Atau hanya untuk memuaskan ego sendiri?

"Maaf.."

Serim menjadi suara pertama yang memecah keheningan. Satu kata yang mungkin juga sebuah pengakuan dari rumor yang beredar.

"Maaf, seharusnya gue mikir dua, tiga atau bahkan ribuan kali sebelum melakukan sesuatu- Ah, seharusnya gue gak pernah ngelakuin ini. Memulai sesuatu dengan konsekuensi yang besar, bahkan yang cuma bisa merusak."

Tentu saja, hanya rasa malu dan bersalah yang Serim rasakan sekarang. Tidak peduli dengan bagaimana orang lain, Serim hanya merasa bersalah dengan delapan orang anggotanya, yang harus ikut terkena getahnya walau tak melakukan apa-apa. Juga nama baik grupnya yang selama kompetisi ini dibangun baik, kini mulai hancur karenanya.

"Gue dan kita semua di sini gak pernah mau menghakimi lo atas apa yang terjadi. Lo udah dewasa, lo udah bisa bedain mana yang benar dan mana yang salah, lo bisa memilih untuk melakukan apa yang menurut lo benar. Lo yang paling tua di antara kita, dan lo juga yang selalu jadi panutan buat kita di sini."

Dan Allen yang mereka percaya bisa maju sebagai penengah, "Perasaan memang gak pernah bisa diatur, kapan, di mana dan dengan siapa ketertarikan itu jatuh. Tapi, kita sebagai manusia bisa mengendalikan itu, harus. Karena ada beberapa hal yang gak seharusnya kita langgar, ada hal yang gak seharusnya kita lewati. Semuanya punya batas. Dan kita harus tau, di mana batas itu berada. Sekedar mendekat tapi jangan pernah melewati. Atau mungkin, jangan pernah mendekati batas itu sekali pun."





voice of ramadhan 🌠




astafirullah, maaf ya ide kadang suka ngawuurr

maaf ya selm membuatmu begini 🙏

Voice of Ramadhan― cravity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang