[Day-19] datang 2 orang sebagai penyelamat

125 43 9
                                    

Sudah beberapa hari belakangan ini Hyeongjun merasa sedang diikuti oleh seseorang. Walaupun Hyeongjun tak pernah bertemu langsung atau melihat dengan jelas siapa yang mengikutinya, tapi instingnya mengatakan itu.

Hanya saja Hyeongjun tak pernah menceritakan ini pada siapa pun. Keluarganya atau teman-teman satu bandnya sekali pun. Hyeongjun takut kalau ini cuma perasaannya saja, lagi pula ia tak punya bukti.

Sampai beberapa pesan masuk dan panggilan telepon dari nomor asing masuk. Hyeongjun mengangkat tapi tak pernabmh terdengar suara sama sekali. Pesan masuk yang berisi foto Hyeongjun dari jarak jauh. Seakan ingin menunjukkan jika si stalker ini berada tak jauh dari Hyeongjun. Di mana pun Hyeongjun berada, di situ pun selalu ada tangkapan fotonya.

Ketakutan itu terbawa sampai alam bawah sadarnya. Hyeongjun bermimpi buruk sampai mengeluarkan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Hyeongjun mengingau, terdengar sampai dapur di mana Woobin sedang mempersiapkan makanan untuk sahur.

Hyeongjun menangis di sana. Ia menceritakan semuanya. Menunjukkan seberapa banyak panggilan dari nomor asing yang masuk, seberapa banyak teror melalui foto-foto yang dikirim padanya.

Allen sebenarnya juga sudah mulai menyadari sikap aneh Hyeongjun beberapa waktu belakangan ini. Hyeongjun yang biasanya banyak tertawa jadi lebih banyak melamun atau menunjukkan gerak-gerik cemasnya. Tapi, tiap ditanya, "Jun, are you okay?" Hyeongjun langsung senyum, walau Allen tau itu senyum dipaksakan.

Dan baru sekarang ini Hyeongjun berani cerita tentang semuanya.

"Block aja nomornya, Kak. Udah ganggu banget." Seongmin memberi saran.

"Udah, tapi dia ganti nomor baru terus. Selalu gitu."

Akhirnya Serim mengambil HP Hyeongjun, "Kalo gitu lo aja yang ganti nomor."

Tapi, sebelum Serim berhasil mencabut sim card nomor ponsel Hyeongjun, sebuah panggilan masuk.dari nomor asing kembali masuk.

"Ini?"

Hyeongjun mengangguk, "Jangan, Bang. Udah matiin aja, jangan diangkat."

Serim yang kepalang emosi bercampur khawatir karena Hyeongjun mengangkat panggilan itu tanla basa-basi lagi.

"HOI! SIAPA LO, SETAN?! GAK ADA KERJAAN LO NEROR ORANG?! KASIAN SAMA BAPAK IBU LO, CAPEK-CAPEK KERJA BUAT BIAYA SEKOLAH LO, EH ANAKNYA MALAH NGABISIN WAKTU SAMA DUIT BUAT JADI STALKER!"

Serim marah besar. Nada berat suaranya menggema, mungkin bisa terdengar sampai kamar sebelah saking kencangnya.

"Stop, sebelum gue laporin polisi."

"Tapi aku cuma mau kenal deket sama Hyeongjun. Aku fans beratnya."

Akhirnya seseorang di seberang sana buka suara. Walaupun ia memakan voice changer untuk menyamarkan suara aslinya. Entah laki-laki atau perempuan. Tapi, yang bisa didengar, suaranya jadi mirip campuran Barney sama Doraemon.

"Sebaiknya lo bisa ngerti, di mana batas seorang penggemar. Sebelum kelewatan dan berubah jadi obsesi."

Serim mematikan panggilannya sepihak. Memblokir nomor asing itu lalu mencabut sim card nomor Hyeongjun. Menggantinya agar panggilan dan pesan teror itu tak mengganggu lagi.

Dan setelah hari itu, Hyeongjun tak lagi mendapat panggilan telepon masuk dari nomor asing, pesan bernada teror atau pun merasa dirinya sedang diikuti. Hyeongjun sudah merasa aman.

Sampai..

Sebuah parsel berisi sati set produk perawatan rambut dikirim sebagai hadiah yang ditujukan untuk Serim. Sebuah hafiah dari penggemar yang beberapa waktu ini sudah cukup sering mereka terima. Kemarin Seongmin dapat banyak es krim sampai flu berat gara-gara kebanyakan makan es. Woobin dapat kiriman seperangkat alat masak, soalnya kata penggemarnya damage Woobin yang lagi masak itu bertambah sampai beribu-ribu kali lipat dari biasanya. Allen juga dapat hadiah sepatu. Dan banyak kiriman lain.

Entah datang pertolongan dari Tuhan atau hanya sebuah ketidak sengajaan yang menguntungkan, Serim yang baru mau mandi dan mencoba produk hafiah kiriman dari penggemarnya jatuh tersungkur, kesandung badan Minhee yang lagi selonjoran di lantai. Botol kaca itu jatuh dan menumpahkan semua isinya.

Beruntung, karena saat itu Serim menyadari ada yang aneh dari baunya. Cairan shampo itu pasti telah dicampur oleh sesuatu. Dan kalau saja Serim tak memecahkannya, mungkin Serim sudah botak sekarang.

"Gila! Lo udah punya haters, Bang? Keren juga."

"Keren palalo! Kalo gue botak, kan, gak lucu!"

Seketika itu pula, Hyeongjun mengingat hari di mana Serim mengamuk dengan nada mengancam di telepon untuk menghentikan stalkernya.

"Udah, Jun, paketnya biar gue aja yang ngirim. Tapi, bentar ya, perut gue mules."

"Gak apa-apa deh, biar gue sendiri aja. Deket lagian."

Seharusnya Hyeongjun menurut apa kata Taeyoung tadi. Seharusnya Hyeongjun tak berjalan sendiri. Karena setelah sekian lama, perasaan dirinya diikuti lagi oleh seseorang itu kembali muncul.

Hyeongjun berjalan dengan kecepatan normal, namun suara langkah kaki itu terdengar semakin mendekat. Hyeongjun berjalan cepat, dan ia merasa dikejar. Hyeongjun berlari, seseorang di belakangnya pun begitu.

Hyeongjun tak mampu berteriak. Hyeongjun tak berani untuk menoleh ke belakang. Hanya terus berusaha berlari menjauh.

"AARRGGHHH.."

Suara teriakan seseorang di belakang yang seketika menghentikan langkah Hyeongjun.

Memberanikan diri untuk berbalik badan dan Hyeongjun melihat Wonjin dan Jungmo yang jatuh saat berboncengan menggunakan sepeda, dan satu orang lagi dengan pakaian serba hitam yabg tertutup dari atas sampai bawah, tergeletak tak jauh dari sana.

Jungmo dan Wonjin menyusul Hyeongjun, menabrak orang itu ketika mengetahui jika itu dia, si stalker yang selama ini meneror Hyeongjun.

"Halo, pulisi?"

Dan malam itu juga, si peneror itu diseret ke kantor polisi.

Memiliki penggemar memang membanggakan, merasa telah berhasil memukau dan memberi kesan baik pada orang di luaran sana. Tapi, ketika kekaguman itu telah melebihi batasnya, semuanya tak akan lagi terasa menyenangkan.




voice of ramadhan 🌠

Voice of Ramadhan― cravity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang